1.3 MR. BLACK AND GREEN

29.6K 1.8K 20
                                    

"Mr. Black mau aku cuci dan keringkan bajumu?" tanya Leah dengan tatapan matanya yang penuh dengan rasa bersalah. Kini rasa gugup dan khawatirnya seakan musnah karena ketidak sengajaan yang telah dia buat.

"Lalu aku pakai apa?" Joan lebih terdengar marah dari pada bertanya. Belum lagi mukanya yang terlihat menyeramkan dengan dua buah siku yang tercetak jelas di dahinya. Kalau tatapan mata Joan bisa membunuh mungkin Leah sudah mati sekarang.

Leah mengangkat telunjuk nya ke atas, "kau bisa tunggu di kamarku yang ada di lantai 3 dan menutupi tubuhmu dengan selimut yang kupunya," Jawab Leah asal dan memang hanya itu yang ada di pikirannya sekarang.

Joan mendengarkan saran yang Leah berikan. Sepertinya tidak terlalu buruk lagi pula setelah ini Joan harus menemui seorang investor penting. Dan, tak cukup banyak waktu yang tersisa sekarang untuk kembali ke apartmentnya hanya untuk berganti pakaian.

Joan mengganggukkan kepalanya menyatakan dia setuju dengan saran yang Leah berikan. Leah mengambil gelas yang dia jatuhkan tadi dan membawa gelas itu pergi bersamanya. Mereka berdua masuk ke dalam balik pintu yang berplakatkan emas. Ternyata ada sebuah ruang santai di sana dan sebuah dapur minimalis, yang langsung menyatu dengan bar kecil. Ada kursi-kursi tinggi warna merah di depan meja bar.

Leah berjalan menuju dapur lalu meletakkan gelas yang dia bawa ke dalam wastafel. "Ayo naik," tangan Leah melambai-lambai mengajak Joan untuk naik ke atas. Joan hanya mengikuti Leah, mengekorinya tanpa suara.

"Bodoh, bisa-bisanya kau melakukan hal yang bodoh!" Leah memaki dirinya sendiri di dalam hati.

"Ruang kerja nya lumayan, tapi apa dia seorang kutu buku atau dia memang bekerja dengan buku-buku wajar saja kaca matanya setebal itu," Joan membatin dalam hati sambil mengamati isi ruangan yang ada di lantai dua itu.

Lantai dua dibuat sebagai tempat Leah bekerja. Jadi, kantor Leah ada di lanta dua ini. Tempat dia mengadu jari-jemarinya dan juga imajinasi yang ada di dalam otaknya. Ruangan ini dipenuhi buku-buku. Rak-rak buku yang besarnya sepenuh dinding itu menutupi wallpaper cantik yang ada di belakangnya.

Mereka naik lagi satu lantai dan tibalah mereka di kamar Leah yang berada di lantai tiga. Kamar Leah sangat nyaman. Walaupun tidak besar karena dia hanya menggunakan setengah lantainya saja untuk dijadikan kamar. Setengah lantainya lagi dibiarkannya terbuka.

"Kamar mandinya disana," Leah menunjuk pintu yang ada di sebelah kirinya lalu berjalan mengambil selimut yang ada di atas ranjang dan memberikannya kepada Joan, "ini selimutnya, masuklah aku tunggu di depan pintu nanti berikan padaku kemeja dan celanamu,"

Joan berjalan ke kamar mandi mengikuti semua arahan yang Leah berikan. Tak ada sahutan yang keluar dari mulut Joan. Joan seperti terhipnotis dengan Leah. Ya, karena biasanya Joan yang memberi arahan atau perintah kepada orang lain dan seumur hidupnya Leah orang kedua setelah Ayahnya yang mampu memberi arahan dan langsung Joan lakukan tanpa protes.

Tak lama kemudian, Joan mengeluarkan kemeja dan celananya dari balik pintu. Joan sedikit menyembulkan kepalanya dari sana, "boleh sekalian aku mandi?" karena Joan benar-benar merasa lengket sekali dan membuat si pecinta kebersihan ini merasa tidak nyaman. Tidak-tidak! Joan lebih cocok disebut maniak kebersihan dari pada si pecinta kebersihan.

Leah hanya mengangguk setuju si pria itu menggunakan kamar mandinya. Leah lalu berjalan menuju pintu yang mengantarkannya ke setengah lantai yang terbuka. Ada mesin cuci di sana dan ternyata sebuah taman kecil menghiasi bagian yang terbuka dari gedung milik Leah.

"Taman di atas atap" itulah yang terekam sekarang. Bunga-bunga tulip warna-warni menghiasi setiap pojokan. Sebuah gazebo untuk berlindung dari teriknya sinar mentari atau air yang membasahi saat hujan turun.

Unperfect Love (COMPLETE)  ✔✔ Sudah Terbit Ebook Di PlaystoreTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon