1.2 MR BLACK AND GREEN

31.9K 1.8K 40
                                    


.

.

.

"Tring..." bunyi lonceng yang menggantung di atas pintu berbunyi bersamaan dengan pintu yang didorong Joan bergerak masuk ke dalam.

"Maaf, kantornya sudah tutup harap kembali lagi besok," terdengar suara seorang wanita yang entah dari mana asalnya.

Joan mengamati seisi ruangan. Sambil mencari-cari dari mana sumber suara itu. Joan kembali mencari-cari sosok itu dengan matanya. Hanya mata Joan yang berkeliling badannya tetap membatu di depan pintu. Ruangan itu tidak terlalu besar dan terlihat sangat berantakan. Tidak cocok dengan selera Joan yang sangat mencintai kebersihan.

Beberapa rak melayang terpasang kokoh di dinding berisikan buku dengan ratusan judul. Banyak sekali buku disana. Bukan hanya di rak-rak yang melayang saja, di sofa hitam yang tepat berada di depan Joan pun penuh dengan buku. Dan nasib yang sama juga dirasakan meja kaca kecil yang berada di tengah-tengah sofa berwarna hitam tadi. Mejanya penuh dengan buku sampai-sampai menutupi vas bunga cantik yang berada di tengah nya.

"Sepertinya sofa itu telah beralih fungsi," kata yang keluar dari mulut Joan setelah melihat pemandangan yang disuguhkan kepadanya.

Matanya kembali mengamati. Ada sebuah meja kecil di seberang sana tepatnya di pojok sebelah kanan. Dan di pojok sebelah kiri ada pintu berwarna putih berplakat emas berukirkan sebuah nama. Di sebelah pintu yg berplakat emas tadi ada cermin besar yang hampir memenuhi dinding. Bahkan Joan sempat berkaca dan memuji bayangannya yang tertangkap oleh cermin itu.

Kalau Joan tidak salah membaca ukiran yang ada di plakat emas tadi bertuliskan "A.Jhonson". Tapi Joan sepertinya tidak terlalu peduli dengan apa yang di bacanya. Lima menit telah berlalu dan sudah cukup membuat Joan sedikit kesal.

Kedua tangannya dimasukkan ke saku lalu berteriak, "Haloooo!! Apa ada orang aku mencari Green!", dari suara yang keluar jelas pria itu sebentar lagi akan meledak.

Leah tersentak mendengar teriakan Joan, dengan rasa sedikit takut dan gugup Leah mencoba memberanikan diri dan bertanya, "kau kah itu Mr. Black?" Leah menyembulkan kepalanya dari balik pintu berplakat emas tadi.

Joan memicingkan matanya, alisnya tampak berkerut. Kedua tangan yang dari tadi disembunyikan di dalam sakunya menambah kesan bahwa pria ini tidak senang dengan kehadiran Leah.

"Tapi tunggu wanita itu bilang Mr.Black jangan-ja‒"

"Halooooo," suara Leah membuyarkan perkataan yang baru saja Joan rangkai di dalam kepalanya.

"Ya, aku Mr. Black bisakah kau panggilkan Green aku ingin bertemu dengannya?" tanya Joan tanpa ragu. Joan masih teguh dengan pemikirannya bahwa Green adalah seorang lelaki besar berotot dan juga berotak.

Kepala Leah yang tadinya hanya menyembul dari balik pintu sekarang keluar bersamaan dengan sebuah gelas berisikan kopi panas yang ada di tangan kirinya. Aroma kopi pun langsung menyebar ke seluruh ruangan memberi hawa segar lebih segar daripada pengharum ruangan.

"Aku Green," jawaban Leah yang singkat itu seperti memberikan efek sebuah pukulan keras yang melayang ke kepala Joan.

Leah masih berdiri tepat di depan pintu. Dia berusaha menahan rasa gugupnya. Berusaha terlihat normal dan menghilangkan keanikannya. Dan, Joan yang dari tadi tidak beranjak dari posisinya itu tak sadar melangkahkan kakinya selangkah ke belakang. Matanya sedikit melebar, ekspresi kaget yang tercetak jelas di wajah Joan membuat Leah bertanya-tanya.

"Oh my God!" Joan menjerit di dalam hati. Dia sadar telah melakukan sebuah kesalahan. Alih-alih tak ingin berurusan dengan wanita dia malah mengajak seorang wanita untuk kolaborasi bersamanya.

Dan yang terekam disini adalah Joan yang terlihat, lebih mirip dengan sosok Hulk. Karena wanita yang menyatakan dirinya Green itu terlihat sangat kecil di hadapan Joan. Pucuk kepala Leah hanya sebatas dada Joan saja. Joan masih tidak percaya dengan sosok Green yang dilihatnya. Kini Green yang dia kirimi pesan itu adalah seorang wanita. Wanita berbadan mini dengan rambut pendek sebahu berwarna cokelat gelap dan kaca mata yang menutupi separuh wajahnya yang bulat.

"Nerd!" bisik Joan tapi terlalu keras hingga di dengar Leah.

Leah mengabaikan perkataan yang dia dengar dari mulut Joan. Leah lalu berjalan mendekati Joan hendak menyalami Joan dan memperkenalkan diri secara resmi. Paling tidak dia harus menunjukan sopan santunnya.

"Bruuuk!" kaki Leah tersandung beberapa buku yang masih berserakan di lantai.

"Byur!!!" kopi yang Leah bawa tumpah dan disusul dengan dentingan gelas yang beradu dengan lantai, memecah suasana yang dari tadi begitu tenang.

"Tapi hanya ada gelasnya saja yang ada di bawah sana lalu di mana kopinya?" cicit Leah yang merasakan ada kejadian ajaib yang sedang terjadi. Mata Leah mencari-cari di mana tumpahan kopinya berada. Hampir saja Leah mengira ini kejadian ajaib atau hal-hal magis. Karena kopinya hilang sampai teriakan Joan meyadarkannya. Isi gelasnya itu sudah mengguyur Joan mulai dari bagian perut hingga ke bawah. Iya ke bawah! Ke bawah sana tempat si Joan junior berada. Ini adalah hari yang sangat-sangat buruk bagi Joan.

"Ouuuuuchhh panas!" teriak Joan sambil mengibas-ngibaskan tangannya menarik sedikit kemeja yang terkena kopi ke arah depan agar tak terlalu menempel dan beradu dengan perutnya. Dan rasanya Joan juga ingin melepaskan celananya karena sungguh adiknya kepanasan dengan kopi yang tak sengaja singgah disana.

"Kau bodoh? Tidak bisa berjalan menggunakan matamu hah!" bentak Joan.

"Ma-maafkan aku," Leah berteriaak agak sedikit gagap karena takut tiba-tiba menjadi tersangka dengan tuduhan kekerasan dalam rumah tangga. "No, lupakan kami belum menikah," kepala Leah mengeleng-geleng mencoba mengusir pikirannya yang sedikit kurang waras.

"Sedang apa kau di sana?" Joan menundukkan kepalanya melihat Leah yang dari tadi entah sengaja atau tidak, menepuk-nepuk celananya sambil sesekali meniupnya.

Gerakan Leah terhenti, dia mendongakkan kepalanya ke arah Joan dan dengan polos berkata, "Kau kan bilang panas!"

"Kalau kau tiup seperti itu yang ada malah adikku yang terbangun!" kata Joan dengan tatapan sinisnya.

Sadar dengan maksud dari perkataan Joan, Leah pun spontan menarik diri dari aktivitas yang dilakukannya tadi. Leah tidak bodoh untuk tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Joan, Leah bahkan bukan remaja lagi yang akan menutup mata ketika melihat pria dewasa bertelanjang dada hilir mudik di depannya.

>>

Unperfect Love (COMPLETE)  ✔✔ Sudah Terbit Ebook Di PlaystoreWhere stories live. Discover now