II

31K 2.7K 235
                                    

Aruna menyusuri lorong kos-kosannya dengan tubuh menggigil. Hujan deras yang turun sore ini seperti membantunya menyamarkan luka di hati. Airmata yang terus mengalir sepanjang jalan tertutupi oleh derasnya hujan. Hujan juga seolah berusaha meluruhkan semua dosa yang ada pada dirinya, serta membersihkan tubuh kotornya.

Aruna berdiri di depan pintu kamarnya, tangannya bergetar mencari kunci di dalam tote bagnya

"Mana sih," omelnya saat tak menemukan kuncinya. "Argh," Aruna kesal.

Ia menjatuhkan diri di depan pintu kamarnya. Mengeluarkan semua isi tasnya ke lantai. "Simpan kunci aja ga benar! Pantas jaga diri sendiri kamu ga becus, dasar bodoh," Ia memaki dirinya sendiri sambil terisak dan mencari kunci dia antara barang-barangnya yang berserakkan.

"Runa, cari apa?" Tanya Petra -penghuni kosan di sebelah Aruna- yang kebetulan lewat.

"Diam!" Bentak Runa. Ia buru-buru menghapus lelehan air di pipinya. Petra yang juga sedang membuka pintu kamarnya terkejut. Tak biasanya gadis ramah itu menjadi kasar begini.
Ia memandang kondisi Runa dan barang-barang yang berserakan di lantai.

"Dimana sih kuncinya," gumam Runa yang terus meraba semua benda di lantai.

"Run, coba cek pot bungamu," ucap Petra lalu ia melangkah masuk ke dalam kamar kosnya.

Runa menatap kepergian Petra. Ia lalu memalingkan wajahnya ke deretan pot yang berada di rak di samping pintu masuk kamarnya. Ia mengangkat pot pertama dan menemukan kunci kamarnya disana, di tempat biasa ia meletakkannya.

◎◎◎

Suara kran air yang menyala tersamarkan oleh suara hujan serta petir yang menyambar. Runa dengan membabi buta mengguyurkan air dari gayung ke tubuhnya. Berulang kali, terus menerus hingga tangannya sendiri lelah. Untuk kesekian kalinya selama seminggu ini ia melakukan hal seperti itu tiap membersihkan tubuh.

Runa benar-benar merasa menjadi wanita kotor, dua bulan ini ia hidup dengan rasa bersalah dan amarah. Hidupnya yang sulit kini semakin sulit. Di tambah dengan kenyataan seminggu yang lalu saat melihat dua garis tertera pada stick itu, jantungnya seakan terlepas dan jatuh ke lantai.

Ia kembali teringat pagi itu, saat ia melihat pakaiannya berserakan dan di sebelahnya tidur seorang lelaki yang ia kenali sebagai tunangan temannya. Ia benar-benar kaget, apalagi saat lengan itu menarik tubuhnya ke dada bidang yang polos tanpa sehelai benangpun, begitu juga dengan dirinya.

Pagi itu ia memikirkan apa yang terjadi, bagaimana ia bisa berada di kamar itu dan sampai sekarang ia tak menemukan jawabannya.

Ia masih ingat jelas saat dirinya pura-pura tertidur ketika pemilik lengan itu terbangun. Sepertinya lelaki itu juga terkejut, teriakkan penuh amarah sangat keras terdengar, ia berusaha tetap memejamkan matanya, sampai suara tangisan itu terdengar dan bisikkan lembut permohonan maaf itu terucap di depan telinganya. Air matanya saat itu mengalir, entah lelaki itu melihat atau tidak, tapi Runa masih erat menutup matanya.

Mengingatnya membuat Runa marah, ia melempar gayung di genggamannya, suara gayung yang beradu dengan lantai berbarengan dengan suara teriakkannya. Jeritan yang memilukan, penuh kemarahan dan keputusasaan.

Ia meraba perutnya sendiri, mengelusnya pelan lalu meremasnya dengan kuat tenaga.

Gugurin aja

Dua kata yang ia ingat dan mungkin bisa menjadi penyelesain untuk masalahnya. Saran yang terucap dari ayah anak yang di kandungnya. Remasan di perutnya semakin keras, ia akan menuruti kemauan lelaki itu.

"Akh," Jerit Runa, tangannya kini terkepal memukul-mukul perutnya semakin lama semakin kencang ia meninju perutnya sendiri.

Diam Runa! Kamu sama bodohnya dengan lelaki ini! Kamu boleh kasih keperawanan kamu sama lelaki ini tapi jangan kamu jual otak kamu!

Runa memperlambat tinjuan di perutnya, suara Dini terngiang di telinganya. Suara isakan tangisnya semakin kencang. Perasaan bersalah muncul di hatinya. Bodoh, kenapa aku mendengarkan ucapan setan kayak Irsyad.

"Dasar lelaki brengsek!!" Teriak Runa. Ia menunduk, berlutut dilantai dan betapa ia kaget saat melihat tetesan darah di lantai kamar mandinya.

"Mama... Mama maafin Runa Ma," Runa terus bermonolog, jemarinya meraba kemaluanya. Darah itu berasal dari sana.

"Runaaaaa," teriakkan dari luar terdengar di telinga Runa. Ia masih diam memperhatikan darah di jemarinya.

Tok..tok..tok..

"Run... Runa, kamu didalam," suara Petra memanggil  Runa. Gadis penghuni kosan di sebelah Runa itu masuk ke kamarnya karena beberapa kali mendengar jeritan Runa dan pintu kosan yang tidak terkunci membuatnya khawatir ada apa-apa dengan tetangganya itu.

"Kamu ga apa-apa Runa?" Tanya Petra sambil mengetuk pintu berkali-kali. Yang ia dengar jelas hanya suara air, tapi samar-samar terdengar isakan tangis juga dari dalam.

"Maafin Runa Ma, aaaaa... Mama sakit Ma," pekik Runa dan membuat Petra kaget.

"Abang di dobrak aja deh," ucap Petra pada lelaki yang bersamanya.

"Kalau lagi telanjang gimana Pet," jawab lelaki itu, wajahnya terlihat panik sekaligus binggung.

"Abang dobraknya sambil tutup mata, buruan nanti anak orang kenapa-kenapa di dalam gimana," perintah Petra. Ia lalu menyingkir saat lelaki yang dipanggilnya abang itu mendobrak pintu dalam dua kali dobrakan, pintu terbuka menampilkan Runa yang duduk bersimpuh dengan tubuh telanjang sambil menatap ujung jemarinya yang berdarah serta salah satu tangannya yang memegang perut.

"Abang tutup matanya," teriak Petra, ia lalu berlari menyambar sprei yang terpasang di kasur Runa dan masuk ke dalam kamar mandi.

"Kamu kenapa Run?" Tanya Petra, wajahnya panik sambil menyelimuti tubuh Runa dengan sprei.

"Petra, aku... aku.. darah Pet," isak Runa. Petra mengikuti arah pandang Runa dan wajahnya pucat saat melihat darah di jemari Runa.

"A-a-abang, tolong... tolongin," Petra tergagap, tangannya bergetar saat melihat darah.

Lelaki yang di panggil Petra masuk perlahan-lahan. Melihat tubuh Runa yang tertutup sprei ia masuk dan mendekati Petra.
"Kenapa ini," tanyanya.

"Tolongin bayi aku," ucap Runa dengan airmata berlinangan.

"Hah?!" Petra memekik kaget sedangkan satu-satunya lelaki di sana langsung membopong tubuh Runa.

"Petra ambil kunci mobil di tas abang, buruan!" Perintah lelaki yang sudah berjalan ke luar kamar.

Petra yang masih berjongkok di kamar mandi hanya diam sambil memegangi kepalanya.

"Petra!" Teriak si lelaki.

"I-iya," jawab Petra

"Ambil kunci mobil!"

"Iya... iya," Petra berdiri dan segera menuju kamarnya. Si lelaki yang membawa tubuh Runa sudah setengah berlari menuruni tangga.

◎◎◎◎

An/

Bgr, 20-10-2017
07.43

Selamat pagi, selamat beraktivitas. Happy friday.
Setelah dua part cerita ini apa pendapat kalian? (Tolong di jawab dong) 😊

Silahkan di komen dan di vote jika suka.
Makasih 😘

Pulang kembali (Tamat)Where stories live. Discover now