Part 9

74 3 0
                                    

FLASHBACK

      "Dobi jangan pergi!" Hyerim mengikuti langkah kecil laki-laki itu menuju mobil yang datang menjemputnya di depan Panti Asuhan.

"Hyerim," Bibi Kim berusaha menahan gadis kecil tersebut agar tak menghalangi Dobi pergi.

"Dobi!" gadis kecil itu semakin terisak ketika Dobi justru mengabaikannya.

"Hyerim," Bibi Kim berhasil menangkap tangan gadis kecil itu "biarkan dia pergi."

Gadis kecil itu mengeleng pelan, "Dobi idak boleh pergi!" Hyerim melepaskan pengangan Bibi Kim dari tangannya.

"Dobi" lirih Hyerim sesugukan, gadis kecil itu terlihat sangat menyedihkan dengan rambut yang berantakan di kedua sisinya.

Langkah Dobi terhenti, bocah kecil itu berbalik menatap Hyerim.

Bibi Kim menyerah, ia membiarkan Hyerim berlari memeluk Dobi. Teman yang sudah menemaninya selama ini.

"Dobi, jangan pergi." Hyerim menarik tangan laki-laki itu agar berdiri disampingnya. Tapi laki-laki kecil itu menolak.

"Maafkan aku Hyerim, aku harus pergi. Ibuku sedang sakit di Seoul." Sesal Dobi mengusap rambut Hyerim sambil tersenyum.

"T-tapi H-hyerim tidak mau kau pergi," lirih gadis kecil itu terisak sambil memeluk Dobi.

"Maafkan aku," sesal Dobi membalas pelukan Hyerim, mungkin ini menjadi pelukan terakhir mereka.

"Dobi jahat!" Hyerim mendorong Dobi, "aku tidak mau bertemu Dobi lagi!" Gadis kecil itu melarikan diri begitu saja tampa menoleh.

"Tunggu, Hyerim!" Dobi berlari mengikuti Hyerim namun seseorang menahan tangannya.

"Kita tak punya banyak waktu lagi Tuan Muda. Nyonya besar membutuhkan anda sekarang."

Dobi menatap Sekertaris yang dikirim Ayahnya dengan wajah memohon.
"Sebentar saja, Paman,"

"Ibumu, lebih membutuhkanmu sekarang Dobi ," ucap Sekertaris itu melembut seraya memengang pundak Dobi.

Dobi menunduk, jika Sekertaris Ayahnya sudah memanggilnya dengan sebutan nama berarti Ibunya sedang tak baik-baik saja sekarang.

"Ayo kita pulang," ajak Sekertaris itu membawa Dobi menuju mobil dan membukakan pintu untuknya.

"Tapi, Paman.." Dobi menatap taman yang berada tak jauh dari panti. Ia yakin Hyerim pasti sedang menangis di sana sekarang.

"Kau akan menyesal jika tak pulang sekarang Dobi ..." Ucap Sekertaris itu membantu Dobi duduk di jok tengah dan ia duduk di samping anak laki-laki itu.

Lalu dengan bahasa isyarat pria paruh baya itu meminta supir untuk segera menghidupkan mesin mobil. Mengabaikan raut sedih Dobi yang akan menangis disampingnya.

"Hyerim pasti akan membenciku Paman." Dobi menatap taman melalui jendela mobil yang terbuka. Dobi berharap bisa melihat Hyerim setidaknya untuk yang terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi.

Hyerim, maafkan aku. Aku tak bisa lagi membantu mencari Ibumu. Dobi menaikan kaca jendela mobil di saat Hyerim keluar dari tempat persembunyiannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang