Part 7

1.6K 154 19
                                    

Sorry for late update :(
Happy Reading :)

• Flashback •

Langit masih gelap, ketika mobil Park Hyein menyusuri jalan Suwon.
Perjalanan panjang dan penuh liku tak  membuat wanita berusia 30 tahun itu gentar. Meski sesekali matanya mawas memperhatikan sekelilingnya melalui kaca spion.

"Ibu, kita mau kemana?" Tanya Hyerim dengan mata yang masih mengantuk, ia baru saja terbangun dari tidurnya dan mendapati Ibunya sedang menyetir, padahal tadi ia sedang tertidur dikamarnya. Hyein tak menjawab ia memilih mengabaikan pertanyaan anaknya dan fokus dengan jalan disekelilingnya.

"Ibu..." Hyerim kembali bersuara menarik ujung baju Ibunya yang sedang sibuk menyetir. Hyein menoleh sekilas menatap Hyerim, ada kilatan kecemasan disana, Hyein tersenyum sembari mengelus lembut pucuk kepala Hyerim.

"Ibu sayang padamu Hyerim, sangat menyayangimu." Lirih Hyein tersenyum lembut, Hyerim kecil balas tersenyum.

"Hyerim juga sayang Ibu."

ucapan polos Hyerim membuat Hyein tersentuh, ia langsung merengkuh tubuh mungil Hyerim mengecup rambut putri kecilnya itu gemas sembari tetap fokus mengemudikan mobilnya.

"Ibu akan selalu sayang padamu Hyerim." Lirih Hyein seperti merapal mantra.

"Ibu akan selalu sayang padamu. Selalu Hyerim."

***

• Panti Asuhan Haneul •

Hyein mengendong Hyerim turun dari mobil dengan sangat hati-hati. Dilepasnya seatbell yang melingkari tubuh mungil Hyerim lalu mengendongnya keluar.

Mata Hyein sudah berkaca-kaca sedari tadi, ditatapnya lagi wajah Hyerim, dielusnya lembut kepala gadis kecil itu yang sudah kembali tertidur di gendongannya.

"Ibu sayang padamu, Hyerim." Lirih Hyein menangis tertahan agar tak menganggu tidur Hyerim.

Hyein kemudiaan melangkah masuk melalui gerbang menuju pintu utama Panti asuhan itu. Ia mengetuk pelan pintu kayu berwarna coklat tua didepannya dan menunggu beberapa saat hingga seorang wanita berumur setengah abad membukakanya pintu.
Wanita itu menatap Hyein sejenak lalu tampa aba-aba mengambil ahli Hyerim dari tangan Hyein.

Hyein tertengun menatap Hyerim yang telah berpindah tangan darinya.

"Cepatlah pergi sebelum ia menemukanmu." Ujar Bibi Kim menatap lurus mata Hyein. Hyein mengeleng masih dengan isak tangis.

"Bibi, Kumohon jaga Hyerim dengan baik hiks." Isak Hyein tak sanggup menutupi kesedihannya, matanya membengkak karena telalu banyak menangis. Bibi Kim tersenyum lembut, mengelus pundak Hyein berusaha menguatkan wanita yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

"Tak usah khawatir Hyein, aku pasti akan merawatnya dengan baik." Ujar Bibi Kim menenangkan.

Benarkah? Benarkah seperti itu?

Hyein termanggu ditempatnya berdiri saat ini, hatinya mencelos. Belum pernah, belum pernah sekalipun Hyein merasakan kehilangan yang teramat sangat seperti ini. Bahkan ketika Hyein harus merelakan suaminya untuk menikah dengan wanita lain, dan meninggalkan dirinya sendiri bersama Hyerim. Saat itu mungkin lebih menyakitkan daripada ini. Tapi Hyein, lebih memilih kehilangan suaminya daripada kehilangan Hyerim, karena baginya Hyerim adalah satu-satunya alasan kenapa ia memilih untuk tetap bertahan hidup hingga sekarang. Hyerim adalah sumber kekuatan, disaat semua orang justru menyalahkan dan tak mau menerimah keadaannya. Hyerim, hanya Hyerim lah yang selalu ada untuk Hyein, menghibur Hyein dengan tingkah lucunya. Mengangkat semua beban berat yang dirasakan Hyein dengan Kehadirannya. Dan sekarang, Hyein terpaksa harus meninggalkan kekuatannya itu disini. Bukan, bukan karena Hyein tak sayang lagi pada Hyerim, bukan sungguh bukan. Melainkan karena Hyein ingin melindungi gadis kecil itu, gadis kecilnya agar Hyerim tak bernasib sama dengan dirinya nanti.

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang