• Sihir dan Keegoisan •

152 15 11
                                    

[Tema No. 5 - SIHIR]

Sihir dan Keegoisan
oleh wulansulistiawati

Aku menjejakan kaki di kampung halaman lagi setelah sekian lama, kubalikan badan menatap ke arah seorang pria didalam bis berseragam supir yang tersenyum kepadaku. "Terima kasih tumpangannya Paman Roy," ujarku dan membungkuk berterima kasih. Pria itu menggangguk kemudian berkata, "Sama-sama. Titip salamku kepada Ibumu ya, Paman pergi dulu. Sampai jumpa minggu depan!"

Aku melambaikan tangan sebagai jawaban. Ketika bis kuning cerah itu hilang dari pandangan, aku mengangkat koper berwarna cokelat ini dan berjalan lurus ke arah jalan setapak kecil didepanku. Tak butuh waktu lama, sekitar 15 menit kemudian aku sampai didepan rumahku yang bergaya tradisional Jepang. Aku memasang senyuman lalu beralih untuk mengetuk pintu, dan ketika pintu terbuka seorang wanita paruh baya yang selalu kupanggil Ibu menyambutku dengan pelukan hangat.

"Selamat datang ke rumah sayang, bagaimana kabarmu selama belajar di Tokyo?"

Aku mengendikan bahu, "Cukup baik. Dan yah, keadaan desa lumayan berubah sejak aku pergi 3 tahun lalu. Ibu sendiri bagaimana? Kakak tak berulah lagi bukan?"

"Tidak sayang, Kakakmu sudah lebih banyak berubah sekarang. Dia sedang mengambil beberapa sayur di kebun dan Ibu rasa tidak lama lagi akan kembali. Daripada itu, apakah kamu benar-benar sudah bisa melupakan semuanya?"

Aku tertegun sesaat, lalu menggangguk pelan dan tersenyum tipis. Kenangan buruk sekaligus baik. Sudah lama sekali, sejak sihirnya mengubah hidupku dan sekaligus merebut nyawanya. Miris sekali. "Kurang lebih begitulah, sudahlah Bu. Ayo masuk, angin musim gugur membuatku kedinginan."

Ya, ini juga waktu yang sama ketika aku bertemu dengannya. Pemuda aneh yang mengaku sebagai Penyihir yang akan mengabulkan semua permintaanku. Lalu bodohnya lagi aku begitu egois dan menginginkan segalanya, tanpa tahu bahwa setiap sihir yang dia keluarkan akan perlahan mengurangi detik hidupnya. Biar kuceritakan sedikit agar kalian mengerti.

Waktu itu, ketika umurku menginjak umur 17 tahun. Aku yang kala itu sedang di suruh Ibu mencari tanaman obat di dalam hutan, bukan berita baru jika masyarakta dahulu sering mengandalkan tumbuhan sekitar sebagai obat untuk menyembuhkan luka atau penyakit. Aku yang masih memakai seragam sekolah sedang mencabuti tanaman obat yang terletak di bawah pohon besar, namun alangkah terkejutnya aku ketika melihat sebuah kepala muncul dari atas.

Yang ada didalam pikiranku adalah, lari.

Namun semuanya gagal karena ada 'sesuatu' yang menahan kerah seragamku, membuatku tak bisa bergerak dan hanya meronta seperti orang gila sambil memegangi tiga tangkai tanaman obat. Hingga sejurus kemudian, sosok dari si pemiliki kepala muncul dengan tubuh yang utuh tanpa cacat sedikitpun. Meskipun penampilannya yang menurutku aneh, kemeja biru kotak-kotak berlengan panjang berlapis blazer berwarna hijau muda dan celana panjang berwarna cokelat berbahan kain yang lembut. Lalu sebuah topi mirip pesulap yang kutonton kemarin malam di rumah tetangga dan sepatu berwarna hitam.

"Tenanglah Nona Lily, aku adalah James. Penyihir yang akan mengabulkan segala permintaanmu, sesuai janjiku kepada Kakek buyutmu karena sudah mengampuni aku agar tidak di bunuh. Jadi jangan takut, anggaplah aku sebagai pelindung rahasiamu."

Aku menahan setengah napasku lalu berteriak, "IBUU!!"

Tepukan pelan pada bahuku membuatku tersentak dan semua lamunan itu buyar seketika, ternyata Ibu. "Melamun apa, sayang?"

"Ah, hanya mengingat saat aku pingsan ketika bertemu dia. Waktu itu aku sangat penakut sampai pingsan segala,"

"Oh waktu kamu teriak memanggil Ibu saking kencangnya hingga terdengar sampai di rumah, dan ketika Ibu dan Kakakmu mencari ternyata kamu pingsan di dalam hutan entah karena apa. Lalu sorenya ketika kamu bangun, kamu langsung menceritakan alasan kamu berteriak dan akhirnya pingsan. Awalnya Ibu dan Kakakmu tidak percaya, tetapi ketika kamu membawa James kesini, Ibu dan Kakakmu kemudian percaya bahkan terkesima akan sihir yang dia miliki. Dia benar-benar hebat, baik, tampan, sopan dan pintar. Tetapi sayang sekali, umurnya tak begitu panjang."

Random EventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang