Jika yang kau ingin adalah pergi, tak perlu kau berlagak tak enak hati. Menutup kebohongan, berlaku seperti semua aman. Tanpa kau beri tahu, aku sudah tahu sejak lama. Bila yang kita jalani selama ini, hanya upayamu menutup laku busukmu.
Pergilah! Tak ada yang melarang kau untuk pergi. Jangan kau buat lagi kecewa, dengan mencari bahagia di luar sana saat kau masih denganku. Kecewamu, hanya karena tak sesuai dengan maumu. Nyatanya, hanya kau saja yang ingin selalu dimengerti tanpa sekalipun mau mengerti.
Kita pernah berucap saling menjaga. Terdengar sangat indah di awal kisah. Tawa bahagia yang tak mempedulikan perbedaan. Namun kini, terlanjur berat dirasa, terlanjur berpikir tak akan bertahan untuk suatu perbedaan.
Ketahuilah, di sini aku selalu mencoba agar terus berdampingan, menyamakan langkah agar tak mendahului atau tertinggal, mengimbangimu agar tak sampai salah satu di antara merasakan paling.
Sialnya, di sini aku yang paling. Yang selalu mau menyamakan, walau sudah tidak dipedulikan. Hingga detik kau memutuskan untuk berpaling, aku merasakan sakit yang paling.
Kumohon, jangan kau bunuh aku perlahan. Lebih baik kau lenyapkan aku sekarang. Agar bila aku bangkit nanti, aku tak lagi dihantui kisah-kisah hancur kita. Hancurkan benar-benar, hingga tak bersisa. Sebab aku benci memulai bila masih tersisa tentang kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Senja
PoetryPada sebuah perasaan, aku tak cukup mampu mengatakan bahwa aku terluka. Tak cukup sanggup, bila harus mengejarmu yang berlari sangat cepat, sedangkan aku di sini, tertatih, berdiri dari jatuh pun aku belum mampu. Lewat tulisanku, aku mendoakanmu dar...
