Setelah kau tempatkan aku setelah koma, kini kau ganti dengan tanda titik. Mencoba meniadakan yang kau anggap menyusahkan. Mengakhiri yang kau anggap membebani.
Tentang tulus, mungkin tak ada yang bisa mengalahkanku. Tentang menerima, tak ada yang selalu senang bagaimana kau ada. Tapi kupikir, kau tak pernah menganggap hal itu. Atau mungkin memang kau hanya menerima berdasar kata "tak enak".
Tak akan memaksa untuk yang tak mau aku ada. Tak akan menunggu untuk Ia yang terang-terangan menganggap aku mengganggu. Kurasakan, ini cukup.
Tak perlu kau hentikan aku sebagai titik. Tak perlu kau memaksa memotong cerita untuk sekadar melenyapkan namaku. Aku yang akan pergi. Sebab setelah koma, kupastikan namaku tiada.
Tak perlu titik sebab setelah koma, aku tiada.
YOU ARE READING
Luka Senja
PoetryPada sebuah perasaan, aku tak cukup mampu mengatakan bahwa aku terluka. Tak cukup sanggup, bila harus mengejarmu yang berlari sangat cepat, sedangkan aku di sini, tertatih, berdiri dari jatuh pun aku belum mampu. Lewat tulisanku, aku mendoakanmu dar...