"Setelah kehilangan"

32 2 0
                                    

    KINI aku akan benar-benar berusaha untuk menautkan rasa patah hatiku. Dulu kau adalah orang yang selalu aku semogakan untuk segala kebaikan.  Tapi kenapa saat aku berteriak keras memintamu kembali, kau tak menghiraukan aku. Pernah aku menangis sejadi-jadinya untuk menetralkan rasa sakit perihal hatiku yang tersayat.

    Kenangan adalah sesuatu yang menjelma menjadi pisau tajam yang kemudian menusuk jantungku. Kenangan itu kembali terngiang dan bersarang di otakku. Tangisan yang ku lontarkan tidak juga membuatmu sadar akanku. Kau tetap membiarkanku berada dalam penjara luka. Berlinang sudah air mata. Namun tak satu pun hal yang kuperjuangkan kamu terima. Kamu mengelakkan kepalamu. Seolah hatimu sudah tertutup untukku. Kamu lebih memilih diam daripada menenangkan hatiku yang terluka semakin dalam.

    Setelah sekian lama setelah kehilangan, sekarang semua terasa beda. Aku kadang merasa aneh dengan semua yang terjadi. Aku kadang juga ingin tertawa sendiri. Aku tidak lagi menginginkanmu. Bahkan, tak ada lagi air mata itu. Dulu aku ingin sekali bertemu denganmu, namun kau mengabaikanku. Sekarang aku malah merasa malas berbicara lama-lama denganmu. Aku tidak lagi merasa rindu yang mendera.

     Aku tidak lagi berharap pada kebersamaan yang pernah ada. Entah mengapa bisa jadi seperti ini. Aku pun tak begitu mengerti. Padahal dulu aku yang terlalu berharap padamu. Sungguh aku kadang ingin tertawa sekeras-kerasnya. Mengingat perihal aku yang dulu dan aku yang ada di masa kini. Yang tak lagi menginginkanmu lagi. Jadi tolong. Resapi dan selami kata-kata ini dengan baik.

     Jika kamu hadir kembali kedalam hidupku, jangan berharap aku akan menaruh perasaan yang sama padamu. Kita mungkin masih bisa bersama, tapi tidak pada perasaan yang sama. Ingatlah jika nanti aku rada berbeda dan acuh padamu, itu artinya aku sudah tak ingin jatuh kedalam pelukanmu lagi. Barangkali beginilah hebatnya seseorang yang terlalu terluka, efek lelah orang yang jatuh cinta.

    Aku pernah begitu menginginkanmu dan kamu tak peduli semua itu. Hingga aku sampai di titik lelah dan hilang sudah rasa padamu. Maafkan aku telah lancang menuliskan hal yang seperti ini. Terang saja ini memang aku buat untuk sedikit menyindirmu agar kau bisa menilik kembali siapa dirimu. Teruntuk kamu, orang yang akan selalu menjadi kenangan terindahku.

Nandini Diva | 12/10/2017

Perihal KitaWhere stories live. Discover now