Dua Sofi

183 9 0
                                    

Sofi merebahkan tubuhnya di atas sofa. Ia menatap bunga mawar yang ia dapat tadi. Senyumnya terulas kembali. Besok ia akan menanam bunga mawar tersebut di taman belakang rumahnya. Merasa bosan, ia meraih remote tv lalu menekan tombol merah. Ia sibuk mencari siaran. Gerakannya terhenti saat melihat sebuah siaran berita. Tampak kerusuhan SMA yang melakukan tawuran besar-besaran.

"Kerusuhan ini tidak bisa di kendalikan lagi. Bahkan beberapa anggota kepolisian mendapat lemparan batu dari para siswa. Mungkin-" Sofi langsung mematikan televisi tersebut dan melirik ke arah jam dinding.

"Kok abang belum pulang?" Batinnya. Ia meraih handphone dan mencari kontak Rangga. Namun, ia mengehentikan aktifitasnya saat mendengar deruman motor di halaman rumah. Sofi segera berlari kecil ke halaman rumahnya.

"Abang darimana?" tanya Sofi yang melihat Rangga masuk meninggalkannya. Tampak penampilan Rangga yang berantakan dengan baju lusuh.

"Abang habis tawuran lagi kan?" Sofi bertanya dengan nada serius sembari berjalan mengikuti Rangga dari belakang. Dengan kesal, Sofi mempercepat langkahnya, lalu menghalangi Rangga.

"Bang Rangga denger gak sih?!" kesal Sofi.

"Bukan urusan lo," jawab Rangga dingin, lalu berjalan melewati Sofi

"Abang gak sedih liat papa di rumah sakit terus?" lirih Sofi membuat Rangga mengehentikan langkahnya.

"Bahkan abang belum pernah jenguk papa sedikitpun. Abang gak kasihan sama papa? Cuma papa yang kita punya." Setetes butiran bening jatuh dari pelupuk mata Sofi.

Rangga mengepalkan tangannya menahan emosi. "Kasihan kata lo? Cuma orang bodoh yang mau jenguk orang munafik kayak dia."

Sofi terdiam mendengar ucapan Rangga. Ia melihat Rangga yang berjalan menaiki tangga. Seketika handphone miliknya bergetar, tanda pesan masuk dari seseorang. Ia tersenyum tipis melihat isi pesan tersebut.

Dari: Tante Ana

Sofi, ntr kmu gk usah krmh sakit lagi. Hari ini Om Bayu yang jaga, lagian besok kamu udah mulai sekolah. Jangan lupa makan.

♤♡♤

"POKOKNYA GUE GAK MAU TAU! Lagian lo tuh kebiasaan, setiap gue nelpon gak pernah di angkat. Padahal gue butuh teman buat curhat, lah elo malah berbuat jahat. Ingat! Lo harus datang," Gino mengancam Sofi. Sedangkan Sofi, ia bosan mendengar Gino yang sedari tadi berbicara panjang lebar, sejak mereka berjalan masuk gerbang.

"Tapi gak janji, gue harus jenguk bokap. Lagian gue bosan dengar curhat lo terus. Cuma bahas ikan gobi-gobi lo yang belum besar, kucing lo yang punya jimat 7 turunan, WC lo yang mampet pas lo boker, terus-" ucapan Sofi terpotong saat Gino menutup mulutnya.

"Pelanin suara lo kek, malu banyak orang," ujar Gino kesal. Lalu mereka melanjutkan perjalanan. Seketika Sofi terdiam, sedangkan Gino masih melanjutkan perjalanannya.

"Ya, ampun, Papa!" Batin Sofi. Dengan sigap, ia mencari handphone di dalam tasnya. Ia lupa menanyakan kabar papanya pada Tante Ana. Namun,

DUKK!!!

Bola tersebut tepat mengenai kepala Sofi, membuatnya terhuyung dan jatuh ke lantai. Gino yang sedari tadi berkomat-kamit sendiri, langsung membalikkan badannya.

"Sofi!" teriak Gino sembari berlari mendekati Sofi. "Fi, lo gak apa-apa?" Sofi hanya meringis kesakitan. Seketika beberapa orang mengerumuni tempat tersebut.

"Siapa yang nendang?!" tanya Gino dengan emosi. Semua orang saling menatap, bingung dan menatap ngeri.

"Gue," jawab seseorang di balik kerumunan. Kerumunan itu terbuka, terlihat seorang cowok berjalan dengan santai sambil memegang bola di tangannya.

FiloSofiWhere stories live. Discover now