"Saat kepercayaan itu hilang hanya karna kesalahpahaman, saat itulah kita tak menyadari jika kita sudah terlarut emosi menjadi benci."
♤♤♤
Tok Tok Tok!
"Non Sofi, bangun non," sahut seseorang sembari mengetuk pintu kamar Sofi.
"Non, bangun," panggil orang itu lagi. Perempuan tersebut menguap lebar,lalu melirik jam weker yang menunjukkan pukul setengah 7.
"Non Sofi,"
Sofi terdiam sejenak. Ia seperti mengenal suara tersebut. Tiba-tiba ia membulatkan matanya lalu tersenyum dan berlari turun dari ranjang. Dengan semangat ia membuka pintu kamarnya.
"Mbok Kety??!" Sahut Sofi lalu memeluk orang tersebut.
"Mbok Kety apa kabar? Kapan mbok datang? Ya ampun Sofi kangen tauk!" Ujar Sofi yang masih tenggelam dalam pelukan Mbok Kety. Mbok kety tersenyum lalu melepas pelukan Sofi.
"Kabar mbok baik, non. Mbok dateng jam 5 subuh tadi. Simbok juga rindu sama, non."
Sofi masih tersenyum manis. "Hmm, baunya nih pasti makanan kesukaan Sofi kan?" Mbok Kety hanya menganguk dan tersenyum hangat.
"Asyik! Yodah mbok, Sofi mandi bentar. Ten minutes, ok!" Ujarnya dan berlari ke arah kamar mandi.
Mbok Kety merasa bingung. "10 detik? Cepat amat mandinya".
♤♤♤
Suara kaki Rangga bergema sepanjang koridor. Jam masih menunjukkan pukul setengah 7 dan hanya beberapa siswa-siswi yang sudah datang.
"Duh!" Kesal seseorang membuat Rangga menghentikan langkahnya. Rangga melirik ke kanan ke kiri. Lalu ia berjalan menuju asal suara tersebut.
"Dah gue bilang, pasti ni ember pecah jugak! Dasar ketua kelas gak becus," kesal perempuan tersebut. Rangga terkejut melihat perempuan yang berada tak jauh darinya dengan roknya yang basah.
"Ck! Basah lagi!" Kesal perempuan itu lagi sambil membersihkan roknya. "Buat apa cobak uang kas yang udah segudang, tau gini gue gak ba-"
"Gak berubah ya lo, di saat gini aja masih celoteh," sahut Rangga sambil bersender di dinding.
Dinda terkejut, "Terserah gue, bukan urusan lo!"
"Deket gudang ada ember bagus, mungkin membantu," ujar Rangga dan berlalu pergi. Sedangkan Dinda, ia hanya terdiam mematung.
♤♤♤
Sofi memasukkan suapan terakhirnya. "Masakan mbok gak pernah berubah, pas dan mirip dengan masakan mama."
"Oh iya, mbok, Sofi ikut seneng kalo suami simbok udah sembuh."
"Makasih, non. Sebenarnya simbok mau mulai kerjanya minggu depan. Tapi semalem mas Rangga nelpon simbok, minta tolong supaya mulai kerja lagi hari ini. Kasihan Non Sofi sendiri terus di rumah." Sofi tertegun karna ia semakin bersalah akan kejadian semalam.
"Bang Rangga mana, mbok?" Tanya Sofi sembari berjalan ke wastafel untuk mencuci piringnya.
"Tadi mas Rangga udah berangkat duluan, Non."
"Mbok, boleh bungkusin makanannya gak? Sofi mau kasih ke bang Rangga," ujarnya sambil tersenyum.
♤♤♤
Rangga berdiri di dekat gerbang sekolah sambil memejamkan matanya, mengikuti alunan musik dari Earphone. Dari kejauhan Dinda berdiri dengan gugup.
"Bilang gak, ya? Nanti di kira gue masih ngarepin balikan, Ck!" Kesal Dinda.
YOU ARE READING
FiloSofi
Teen Fiction#CERITA INI TIDAK DILANJUTKAN 🙏 Perempuan yang sedari tadi asyik menyeruput jus nya itu terdiam, saat sepasang mata di depannya terus menatapnya. "Kenapa?" tanya perempuan itu. "Tidak. Saya hanya hanya kesal pada pipet itu," jawab laki-laki itu sem...