38 - AS TIME GOES BY: THE WAY LOVE WORKS

8.7K 334 121
                                    

"Oh, dia masih nyari tempat parkir, takut kamu keluar lebih dulu dan nggak lihat aku. He dropped me first because we left in a hurry."

Egil mengembuskan napas lega. "Aku kira ada yang tidak kamu ceritakan kepadaku."

Karan menggeleng. "Kami baik-baik aja, Egil."

"Thank God we don't have to take a taxi. Mereka agresif sekali." Egil meringis saat mengucapkan kata terakhir sambil menunjuk para sopir taksi yang masih menyemut di sekitar mereka.

"Don't worry, I'm here."

Tidak jauh dari mereka berdiri, Oscar menembus keramaian dengan harapan bisa menemukan Karan. Senyumnya mengembang saat sosok Karan dan Egil saling berhadapan beberapa puluh langkah darinya. Dia memelankan langkah menghampiri keduanya.

"I had a hard time finding a space," ucapnya ketika sudah berdiri di samping Karan. Dia mengulurkan lengan. "How are you, Egil?"

Egil menjabat tangan Oscar erat. "I'm fine, Oscar. How are you doing?"

"I'm great! I'm happy that I finally able to meet you in person."

"Thank you for picking me up, by the way. You actually didn't have to."

"Please, it's nothing."

Karan mengamati dua pria itu bergantian.

Meski bukan kali pertama mereka saling bicara—Oscar dan Egil sudah beberapa kali mengobrol lewat Skype—tetap tidak mudah bagi Karan membayangkan pertemuan mereka. Ganjalan yang ada di hati Egil mungkin sudah sepenuhnya tak bersisa—mengingat sudah ada pria lain dalam hidupnya—tetapi dia pun sadar, Egil dan Oscar pernah berebut mendapatkan hatinya. Jika pada akhirnya pertarungan itu dimenangkan Oscar, bukan berarti sejarah hubungannya dengan Egil terhapus begitu saja.

"Sayang sekali Mads tidak bisa ikut," sesal Oscar sambil mengarahkan mobil keluar dari bandara.

Egil mendesah pelan. "He loves his job more than me," guraunya yang disambut Karan dan Oscar dengan senyum. "Hopefully we can go to Bali together next time and he sent his regards to both of you."

"We should video call him while you're here," usul Oscar.

"Oh, that's a great idea, Oscar! I just hope he won't die of envy because I'm in Bali, drinking my coconut water while he stuck to his job. Ha!"

Mau tidak mau, Karan tergelak sebelum berujar, "Bagaimana Oslo, Egil?"

"Still a stuck-up place. Nothing compared to Portugal, obviously. Aku senang bisa pergi dari Oslo sebentar. Jika bukan karena pekerjaan dan Mads, aku mungkin sudah kabur ke Spanyol atau Italia."

"Kamu bisa ajak Mads pindah, kan?" tanya Oscar

Egil mengedikkan bahu. "Dia masih belum mau beranjak dari Oslo. He literally just started his career, so it will be a while before we can discuss something as drastically as moving to another country. After all, we're still new."

Karan hanya diam mendengar Egil bercerita tentang Mads, pria yang sudah bersamanya hampir setahun. Dia tidak mampu menahan perasaan bahagianya saat tahu Egil mulai mengisi obrolan mereka dengan menyelipkan nama Mads. Namun ada sepercik rasa yang tidak mampu dia jabarkan setiap kali didengarnya nama itu dari mulut Egil. Dia tidak yakin kosakata yang ada saat ini bisa menjelasakan apa yang dirasakannya dengan tepat.

"Jadi, bagaimana perkembangan filmnya, Oscar?"

Karan mengerjap, tersadar bahwa sikap over thinking-nya kembali menguasai. Dia berdeham pelan sebelum tatapannya dan Oscar bertemu. Senyum lebar menghiasai wajah pria itu.

AS TIME GOES BYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang