"Dan membuat keluarga kerajaan membangun permusuhan dengan klan kita? Jangan lupa, meski dekrit resmi belum datang padamu namun semua pejabat negara sudah mengetahui hal ini. Statusmu sekarang adalah wanita kerajaan. Kalau kita menentang hal ini, tak hanya kau dan aku, tapi keluarga kita akan ikut menanggung konsekuensinya! Ini sama saja dengan membunuh mereka!"
"Lalu apa yang harus kulakukan?!" pekiknya histeris. Matanya menatap Jihan dengan keputusasaan yang sama. Jihan yang melihat mata yang biasa penuh kemurnian dan keceriaan itu kini meredup merasa ikut terluka. Mereka berdua sama-sama terluka.
Namun ketika Jihan teringat dengan almarhum ayah dan ibunya, hutang luka yang harus ia bayar di masa lalu... Jihan benar-benar tidak bisa. Ia punya tanggung jawab yang harus ia emban dan keluarga yang harus ia lindungi. Itu adalah janji terakhirnya pada sang ayah.
Karenanya, Jihan menutup mata untuk menenangkan diri, lalu menatap Kang Soobin yang masih menangis di depannya dengan keteguhan, "Kau sudah tahu apa yang harus kita lakukan. Kita tidak bisa egois."
Tubuhnya seketika gemetar hebat. Menatap lelaki di depannya tak percaya, wanita itu lalu maju selangkah dan memukuli dada Jihan sembari memaki, "Kau benar-benar lelaki dingin tidak punya hati! Selama ini apa pernah sekali saja kau mencintaiku?!"
Jihan menahan tangan wanita itu sehingga membuatnya terkejut. Selama ini Jihan selalu bersikap sopan dan tak pernah sekalipun menyentuhnya. Dan mirisnya Jihan baru melakukannya di saat keadaan mereka seperti ini.
Jihan melepaskan tangan wanita itu perlahan lalu berkata dengan nada final. "Selama ini aku mencintaimu dan itu bukanlah kebohongan. Kita hanya ditakdirkan untuk tidak saling memiliki. Tapi jangan khawatir, aku akan melindungimu," ujarnya sembari tersenyum pahit, "dan maafkan aku, Soobin, karena sampai akhir hanya itu yang bisa kulakukan untukmu."
Lutut wanita itu melemas dan ia jatuh bersimpuh di depan Jihan. Suara tangis kembali terdengar darinya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia sudah tahu sebenarnya, bahwa mereka tidak bisa melarikan diri dari hal ini. Ia sudah tahu jawabannya, namun ia tak ingin menerima. Tak ada jalan keluar selain menjalaninya.
Putri Mahkota menatap surat di tangannya yang sudah agak remuk karena ia genggam berlebihan selama beberapa saat, lalu mengarahkannya pada api lilin di atas lemari. Api dengan cepat menyambar kertas tersebut lalu membakarnya perlahan. Putri Mahkota hanya memandangi proses itu dengan pandangan kosong.
Jarak membuat seseorang merasa tidak tenang dan perasaan itulah yang membuatnya dengan egois mengambil keputusan untuk Jihan yang akhirnya ia sesali. Setelah semua hal yang ia jalani, salahkah ia merasa tak percaya pada Jihan?
Salahkah ia bila ia membenci Putra Mahkota yang menurutnya telah merampas segala kebahagiaannya dan menyeretnya pada kehidupan yang penuh derita seperti saat ini?
Bagi Putri Mahkota, Putra Mahkota hanya memanfaatkannya. Hampir tidak pernah ada cinta yang tulus dalam keluarga kerajaan. Kalau bukan karena janin yang ada dalam kandungannya saat ini, Putri Mahkota ragu kalau Putra Mahkota akan memaafkannya dengan mudah setelah membawa banyak masalah untuknya.
Putri Mahkota melepaskan kertas yang mulai mengecil di tangannya karena dilalap api. Kertas tersebut melayang turun di udara sebelum habis tak bersisa menjadi abu. Setetes air mata kembali turun mengaliri pipi wanita itu. Betapa ia ingin melepaskan diri dari sesak yang membelenggu ini. Sama seperti kertas yang baru saja dilalap api tadi. Betapa ia ingin perasaannya pada Jihan dibakar habis, lalu menghilang.
=====
*Puisi karya Yi Kyubo (1169-1241), penyair terkenal di zaman Goryeo, yang berjudul 詠井中月 (영정중월) atau bisa diartikan Bulan di Dalam Sumur. Sebenernya makna puisinya untuk menunjukkan ajaran Budha yang mengatakan kalo kehidupan dunia itu hanya kesia-siaan dan bersifat fana. Namun (lagi-lagi) buat kepentingan cerita ini saya ubah maknanya sedikit biar sesuai ama cerita.
Saya awalnya mau cari macam2 gasa, yaitu jenis puisi yang lebih terkenal di zaman joseon yang lebih mengangkat tema mengenai alam dan perasaan manusia, tapi saya ga nemu yang pas di internet jadi yah saya pake ini. Saya payah dalam hal puisi sayangnya :v Temen2 kalo mau nyari makna asli puisinya browsing di internet aja ya. Info di cerita ini mah banyak saya karang2 jadi jangan dipercaya semua haha.
Makasih buat yang baca, vote, dan comment chapter sebelumnya. Apalah daya cerita ini tanpa kalian~
Oh iya, ada yang komen kemaren kalo chapter depannya harus nunggu sebulan lagi. Mau saya pertimbangin jadi upnya sekali sebulan gitu? :v #kzl
Yah... saya kan bikin cerita ini hobi doang dan ngerjainnya pas ada waktu luang. Kalo lagi ada waktu bisa cepet. Kalo lama up ya artinya ada hal di RL yang menghalangi saya, so... ngertiin aja ya, readers~
See u~
YOU ARE READING
A Bride Without Virtue
Historical FictionKarena dekrit dari Raja mereka berdua terikat dalam pernikahan. Bagi Yeonhee, yang terpenting adalah menikmati hidupnya dengan santai. Karena itu, ketika di malam pernikahan mereka suaminya berkata, "Aku bisa memberikanmu semua yang kau ingink...
