Ia tidak mempedulikan betapa terluka hati Jihan yang selalu melindungi dirinya yang kini telah menjadi milik pria lain. Yang bertambah buruk, saat ia sendiri lah yang membuat Jihan jatuh dalam pelukan wanita lain.

Pada saat Jihan mengetahui bahwa Putri Mahkota lah yang mengajukan pernikahannya, pada saat itu bagaimana perasaan Jihan? Bayangkan bahwa wanita yang kau cintailah yang memberikan dirimu untuk wanita lain. Ia tak hanya melukai hati Jihan, namun juga harga diri lelaki itu. Betapa menyakitkannya hal itu bagi Jihan sebenarnya? Dan masih saja Putri Mahkota menuntut lelaki itu dan mengatainya mengingkari janji.

Putri Mahkota melipat kertas di tangannya seperti semula. Bekas air mata masih tampak di wajahnya yang pucat. Kedua matanya menatap sayu tanpa makna. Dengan gontai ia berusaha bangkit berdiri. Meski perutnya yang kini sudah besar cukup menyulitkan, ia menyeret langkahnya di lantai yang terasa dingin oleh kakinya yang tanpa alas. Berjalan ke arah lemari kecil dimana di atasnya terdapat salah satu lilin yang menerangi kamarnya, pikiran Putri Mahkota kembali mengelana ke masa lalu.

Terlahir sebagai putri pertama dari keturunan yang sah di kediaman Perdana Menteri Kang, ia hampir memiliki segalanya. Ia hidup selalu berkecukupan, memiliki keluarga yang utuh, orang-orang yang memuja paras dan talenta dirinya, dan yang paling penting, ia memiliki Han Jihan sebagai orang yang ia kasihi dan mengasihinya.

Dulu ia hanya memiliki impian yang sederhana. Ia berpikir kalau di masa depan ia akan menikah dengan Jihan. Membangun sebuah keluarga dengannya dan saling mencintai sampai akhir ayat mereka nanti. Namun semua berubah di akhir musim gugur tahun lalu. Ia tak pernah menyangka kalau itu akan menjadi titik balik yang memporak-porandakan seluruh dunianya.

Saat itu ia menjadi tamu yang mendapat kehormatan untuk menunjukkan kemampuan bermain musiknya yang sudah terkenal dalam sebuah jamuan istana. Jamuan itu adalah perayaan untuk para lulusan tertinggi ujian gwageo dan merupakan penerimaan mereka secara tak resmi di kalangan pejabat negara. Ia ingat kalau adik Jihan dari Rumah Kedua Han merupakan salah satu lulusannya, karena itu ia menyanggupi permintaan tersebut. Ia menunjukkan talentanya di sana dan seperti biasa, membuat terpukau banyak orang.

Setelahnya, ia mengira akan melanjutkan hari-harinya seperti biasa. Namun beberapa hari kemudian, ayahnya dengan suka cita menyampaikan kabar kalau dirinya akan dipinang untuk menjadi menantu kerajaan. Dan yang terjadi selanjutnya adalah dirinya yang adu mulut dengan sang ayah tentang betapa ia tidak rela karena telah memiliki seseorang yang ia kasihi. Ayahnya tentu saja marah besar padanya.

Putri Mahkota ingat setelah itu ia diam-diam menemui Jihan. Meski pengumuman itu belum resmi namun para pejabat seperti Jihan pasti telah mengetahuinya. Begitu melihat Jihan, dengan menangis dan meracau ia mengatakan semuanya yang hanya dibalas tatapan tenang oleh lelaki itu.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Orabeoni?"

"Sekarang semua sudah menjadi seperti ini, kita tidak bisa melakukan apapun. Perintah atas nama kerajaan adalah mutlak dan kita tidak bisa menentangnya."

Jawaban dengan nada kalem itu membuat hati wanita itu berubah dingin. "A-apa maksudmu?"

Jihan tak menjawab, namun pandangannya berubah sedih.

"Jadi kau akan membiarkanku menikah dengan orang lain?!" ia kembali buka mulut begitu melihat Jihan hanya diam, nada bicaranya naik satu kali lebih tinggi.

"Kita tidak punya pilihan." Jawaban Jihan tetap tegas tanpa keraguan.

Air mata mengaliri pipinya. Ia benar-benar tidak percaya pada apa yang didengarnya kini. Ia tahu Jihan adalah abdi yang loyal pada kerajaan, tapi ini sangat menyakitkan. "Orabeoni, sekarang masih belum terlambat. Kalau kau mengajukan lamaran untuk menikahiku lebih dulu, semuanya akan batal. Mereka tak akan bisa menyentuh kita!"

A Bride Without VirtueTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon