"Maafkan aku, dan tolong kuat. Kita bisa baik-baik saja"

109 10 3
                                    

    HAI! Aku ingin mengulas kembali kisah indah perihal kita yang dulu. Dulu. Sulit dipercaya sebelumnya. Bahkan aku tak pernah memikirkan sebelumnya.

    Aku ingat dimana saat itu kau menghampiriku dengan lugunya. Kau datang menemuiku dengan begitu lucunya. Rasanya ingin tertawa saja mengingat dulu. Bagaimana lugunya sebuah cinta. Betapa lucunya saat mencintai dalam diam.

     Apa kau masih ingat saat hari pertama kita jadian? kau menciptakan bait-bait puisi yang indah untukku. Aku sedikit tak percaya mendengarnya. Bahkan sulit untuk dipercaya. Kau melantunkan syair-syair puisi itu dengan sangat indah.

    Aku tertawa keras saat itu. Dan kau pun ikut tertawa. Kita menertawakan diri kita sendiri. Sungguh ini sulit dipercaya. Barangkali kita akan berpisah, aku akan mengingat saat kau membacakan bait itu untukku.

    Kita melewati hari yang indah bersama. Dimana saat aku menangis, kau datang memberiku kehangatan—sebuah pelukan. Sesuatu yang sulit untuk di definisikan kenyamanannya. Dimana saat kau menangis, aku tak tahu bagaimana cara menyembuhkan luka yang bersenayam dalam hatimu itu. Yang aku tahu, kau hanya menyukai saat aku mencubit pipiku. Sekian kali aku mencoba. Namun sepertinya kali ini kau benar-benar hilang kendali. Hingga akhirnya kau mengatakan 'biarkan cerita kita yang dulu usai'.

     Jujur. Aku adalah orang yang paling terluka parah saat kau memutuskan untuk mengakhiri kisah indah yang telah kita rangkai. Ingin rasanya barangkali nanti kita akan terus seperti kisah Habibie dan Ainun, aku ingin menuliskan bait -bait indah tentang benteng yang telah kita bangun bersama.

    Aku hanya membalas perkataanmu dengan sebuah anggukan beserta senyum yang merekah. Sempat saat itu aku berusaha mempertahankanmu dengan berkata 'maafkan aku, dan tolong kuat, kita bisa baik-baik saja'.

    Dengan mengelus pucuk rambutku, kau menggelengkan kepala. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi mempertahankan benteng itu. Mungkin ini sudah saatnya bagi benteng itu untuk kembali roboh. Barangkali aku bersalah, maka aku akan mengajakmu menilik kembali siapa dirimu. Biarkan cinta kita berakhir indah.

Nandini Diva | 08/10/2017

Perihal KitaWhere stories live. Discover now