Epilog

2.8K 67 3
                                    

Satu tahun kemudian....

Seorang gadis dengan wajah sendunya dan sebuket bunga yang digenggamnya, saat ini sedang terduduk disamping pusara orang yang sangat berjasa padanya.

Dia kembali mengenang masa masa dimana mereka selalu bermain bersama, bersenda gurau dan segala yang telah mereka lewati bersama. Dia benar benar merindukan orang itu, seseorang yang bahkan lebih mementingkan nyawa orang lain, dibandingkan nyawanya sendiri. Orang yang tidak pernah mengeluh pada orang lain dengan perlakuan yang telah ia dapat, dan memilih untuk memendam semua masalah yang ia hadapi sendiri, lalu meluapkannya dalam bentuk linangan air mata setiap malam.

Gadis itu meletakkan buket bunga itu didekat nisan yang ada di pusara itu. Dia menghapus air matanya yang terus mengalir, jika ia mengingat Aluna, saudara kembarnya.

"Hai, Aluna.. Kamu denger aku kan?" Alina tersenyum kecut, menatap pusara yang ada dihadapannya itu.

"Luna, nggak kerasa ya, udah satu tahun kamu ninggalin kami? Aku yakin kamu disana pasti bahagia banget kan? Apa kamu nggak kangen sama aku, Mama dan Papa? Makasih ya, semalam kamu mau mampir ke mimpi aku.. Seenggaknya meskipun lewat mimpi, itu bisa mengurangi rasa kangen aku ke kamu. Aku tau kok, dari sana kamu pasti selalu memperhatikan kami kan? Apa kamu tau? Papa sama Mama juga kangen banget sama kamu. Kami semua benar benar menyesal udah perlakuin kamu kayak dulu. Kami juga tau kalau penyesalan kami ini juga percuma, karena udah terlambat, kami menyesal disaat kamu udah nggak ada. Aku, Mama dan Papa minta maaf ya, Lun.." Ucap Alina sambil terisak. Tempo nafasnya tak beraturan, dan berkali kali juga dia menghapus setiap tetes air mata yang keluar dari matanya.

"Apa kamu tau, Lun? Aku berhasil dapat ranking paralel satu di UN. Aku juga berhasil masuk ke universitas yang dari dulu aku impikan. Itu semua berkat kamu, Lun. Kalau nggak ada kamu yang mau sumbangin ginjal kamu, aku nggak tau apa aku masih ada di dunia ini atau nggak. Tapi gara gara aku, jadi kamu yang meninggal. Kamu korbanin nyawa kamu, demi nyawa aku. Kamu benar benar malaikat tak bersayap, Lun. Ohh ya, kamu masih inget Rival kan? Dia udah melamar aku, dan setelah dia lulus kuliahnya tahun depan, rencananya kami akan bertunangan. Dia benar benar menjaga aku dengan baik, Lun. Sesuai yang kamu mau." sambung Alina. Isakannya sudah mulai mereda, namun rasa sesak di dadanya masih terasa. Entah sesak karena dia terlalu lama menangis, atau karena rasa penyesalan dan kerinduannya pada saudara kembarnya itu.

Dengan mata sembabnya, dia memandangi pusara itu dan mengusap nisan yang beratas namakan Aluna Dwi Zivanya. Berat rasanya meninggalkan tempat itu, Alina masih belum puas melepas kerinduannya dengan cara seperti itu. Dia sangat ingin bertemu dan memeluk saudara kembarnya dengan erat, agar tidak pergi meninggalkannya. Tapi itu semua mustahil, karena pada kenyataannya Aluna memang sudah tiada.

Dengan berat hati, Alina mulai melangkah pergi dari pemakaman itu. Baru beberapa langkah, Alina kembali membalikkan badannya. Dia melihat gadis cantik dengan wajah bersinar yang berdiri disamping pusara saudara kembarnya. Alina melihatnya dengan jelas, gadis itu mengenakan dress putih selutut, wajah yang bersinar, dan memperlihatkan senyum teduhnya. Alina tersenyum melihatnya, lalu dia berbalik dan kembali berjalan pulang.

"Aluna, kami pasti akan selalu mengenangmu sampai kapanpun.." gumam Alina sambil tersenyum.

~~~~~~~~~~~

Horeee... Selesai dehh nihh cerita.. 😁😁
Ntah kenapa, pas bikin nih epilog kaya ada sedikit rasa merinding gitu dehh.. 😆
Tapiii asyudahlahh abaikan saja... 😂
Duhh duhh Nura bahagia banget dehh, gk tau kenapa.. Tapi yaa pokoknya bahagia.. 😂😂
*gaje batt lu thor 😂*
Dari dulu keleus.. 😁😂
Yodah lhh yaaa.. Sekian dari Nura..

Salam💜💜

Nura

I Also Need Your Affection  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang