Part 4

2.3K 95 6
                                    

Hari demi hari silih berganti. Semenjak Kak Lina mengalami kekalahan pada Olimpiade Sains nya, sejak saat itu pula Kak Lina menjadi sangat terpuruk. Aku tau apa yang ia rasakan, dia merasa sangat tertekan karena kekalahannya itu. Satu lagi yang ku tau, saudara kembar ku ini terlihat lebih lemah dari yang biasanya.

"Udah dong Kak... Nggak ada gunanya ditangisin terus..." ucap ku menyemangatinya.
"Udah lahh Lun.. Kamu bahagia kan liat aku kayak gini? Kamu senang kan liat aku kalah?" isak nya.
"Nggak kak, nggak... Aku sama sekali nggak pernah ngerasa kayak gitu." sahut ku.
"Udah sana!! Pergi dari kamar aku, per -" ucap nya terpotong karena ia jatuh pingsan, tepat di hadapan ku.
"Pa! Ma! Tolongin Kak Lina!! Kak Lina pingsan Pa! Ma!" pekik ku.

Tak lama kemudian, ku lihat Papa dan Mama datang dan menghampiri ku, umm - lebih tepatnya Alina. Ku perhatikan raut wajah mereka yang tampak sangat mengkhawatirkan keadaan Kak Lina. Terlintas sebuah pertanyaan di benak ku, 'Apakah mereka akan sama khawatir nya, jika aku yang berada di posisi Kak Lina?'

"Kamu apa in sih saudara kembar mu ini?! Hah?!" bentak Papa sambil menatap ku tajam.
"Ak-Aku nggak ngapa-ngapain Kak Lina kok Pa.." jawab ku sambil menyembunyikan rasa sakit yang menusuk hati ku. "Pasti penyakit Kak Lina kambuh lagi Pa, kita harus cepat membawanya ke rumah sakit." sambung ku.

*****

Satu minggu lagi adalah hari ulang tahun ku dan juga Kak Lina. Aku sungguh takut kehilangannya, saudara kembar ku yang teramat ku sayangi. Dokter bilang kalau sekarang ginjalnya sudah benar-benar rusak. Setahu ku saat ini ginjalnya hanya ada satu, karena setahun yang lalu satu ginjalnya sudah diangkat. Sedangkan aku, masih memiliki ginjal yang lengkap.

"Hanya saudara kembarnya lah yang memiliki ginjal yang cocok dengan Lina. Jadi secepat mungkin diusahakan untuk diadakan pencangkokan ginjal, pak." beritahu dokter pada Papa.

Setelah itu, aku pun menjadi sasaran yang empuk bagi semua orang yang menyayangi Kak Lina. Mereka semua meminta ku untuk mendonorkan satu ginjal ku pada Kak Lina. Sebelum mereka meminta pada ku pun, aku memang sudah berniat untuk mendonorkan ke dua ginjal ku padanya, tapi aku tak ingin mereka tau akan hal ini. Karena aku tidak menginginkan kasih sayang palsu dari mereka, hanya karena aku yang telah mendonorkan satu ginjal ku pada nya, pada saudara kembar ku - Alina. Aku menginginkan kasih sayang yang tulus dari mereka, tapi entahlah aku akan mendapatkannya atau tidak.

"Ahh sudahlah Luna, kamu memang saudara yang kejam. Menyumbangkan satu ginjal pada saudara kembar mu sendiri saja tidak mau. Untunglah ada seseorang yang berbaik hati mau menyumbangkan ginjalnya pada Lina." ucap Papa pada ku.
"Aku nggak nyangka Lun, kamu tega sama kakak kamu sendiri." imbuh Rival, ku dengar ada nada kekecewaan pada perkataan nya kali ini.
"Memang siapa yang mau mendonorkan ginjal nya, Pa?" tanya Kak Arvin.
"Entahlah, pendonor itu tidak ingin memberitahukan namanya. Bahkan dia mau mendonorkan ke dua ginjalnya secara gratis pada Lina. Orang itu benar-benar memiliki hati malaikat." jawab Papa.

Ku pejamkan mata ku mendengar perkataan Papa, tak terasa setitik air mata jatuh ke pipi ku.

'Andai kalian tau, kalau yang mendonorkan ginjal itu adalah aku... Apakah Papa akan berkata seperti itu juga pada ku??' rintih ku dalam hati.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Haeee gaesss!!! I'm come back.... *bodo amat sihh thor 😂*
Duhh muup yaa lama updatenya... Nihh hp baru selesai operasi, sakit-sakitan mulu nihh hp... Emang dasar hp penyakitan 😂😂 *gak ada yang nanya thor 😂 *
Okelahh kalo gitu, see you guys... 😘😘
Ayaflu sider kuhh 😘😂

VOMMENT nya yaww...

Salam manis

Nura

I Also Need Your Affection  [COMPLETED]Where stories live. Discover now