Part 7. END

3.1K 74 0
                                    

"Hallo..?" Ucap Mama.

"Apa ini dengan keluarga dari nona Aluna Dwi Zivanya?" tanya seseorang diseberang sana.

"Ya benar, saya ibunya.." jawab Mama.

"Maaf nyonya, saya dokter Rajidan dari pihak Rumah Sakit Kota, ingin memberikan kabar tentang putri anda." kata dokter itu.

"P-putri s-saya? Putri saya kenapa, dok?" ucap Mamanya dengan gemetar.

"Putri nyonya sedang dalam keadaan kritis, kami dari pihak rumah sakit tidak bisa menjamin kalau putri anda akan selamat, tapi kami akan mencobanya dengan sebaik mungkin. Diharapkan kepada pihak keluarga untuk segera datang kemari." jelas sang dokter.

"B-baik dok.." jawab Mamanya. Terlihat jelas wajahnya memucat dengan pandangan yang kosong. Ponsel yang digenggamnya pun jatuh ke lantai. Matanya mulai berkaca kaca, bibir yang gemetar berusaha menahan tangisnya. Kakinya terasa lemas, tubuhnya pun akhirnya limbung, dengan segera suaminya merangkul tubuhnya agar tidak jatuh.

"Aluna.." lirih Mama, sambil menitikkan air matanya yang sudah tidak terbendung lagi.

"Ma.. Luna kenapa, Ma?" tanya Alina khawatir.

"D-dia... Dia... K-kritis..." jawab Mamanya sambil terisak.

"Apa?! Aluna kritis?! Kita harus cepat cepat ke rumah sakit, ayo.. Bi Inem di rumah saja dan jaga Alina!" Ajak sang Papa.

"Nggak Pa, Lina mau ikut..." isak Alina.

"Jangan Alina, nanti kamu kenapa kenapa.." larang Papanya.

"Lina nggak peduli! Lina mau ikut, pokoknya Lina mau ikut! Lina mau nengok Luna, Pa.." ucap Alina, semakin terisak.

"Ya sudah lahh, ayo.." jawab Papanya menyerah, lalu menyuruh Rival untuk membantu Alina jalan ke mobil. Sedangkan dirinya membantu istrinya yang kelihatan shock itu.

***********



Sesampainya mereka semua di Rumah Sakit Kota, mereka semua segera menuju ke ruang ICU. Disana mereka melihat seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu dan mereka pun langsung menghampiri dokter tersebut.

"Dok, bagaimana keadaan putri saya Aluna, dok?" tanya Papa, dengan wajahnya yang kelihatan sangat cemas. Mereka menunggu jawaban dari dokter tersebut dengan mata yang berkaca kaca.

"Maafkan kami, Aluna tidak bisa kami selamatkan. Kami sudah mencobanya semampu kami, tapi Tuhan berkehendak lain. Bahkan alat penunjang kehidupan pun tidak dapat membantunya untuk tetap hidup. Kami sungguh sangat menyesal. Kami dari pihak rumah sakit mohon maaf, karena tidak bisa menyelamatkan nyawa putri anda." jelas sang dokter dengan penuh penyesalan, kemudian berlalu pergi.

Mereka merasa sangat menyesal, karena telah menyia nyiakan orang berhati malaikat seperti Aluna. Alina dan mamanya menangis terisak isak, air mata penyesalan bercucuran. Papanya mencoba untuk tegar dan menenang kan istrinya itu yang kelihatan sangat terpukul. Sedangkan Rival memeluk Alina yang lebih terpukul dibanding mamanya, dia terus menangis terisak sambil memandangi jasad Aluna yang terbujur kaku yang masih berada di ruang ICU.

Mereka semua benar benar merasa sangat menyesal dan terpukul. Tapi tak ada gunanya juga penyesalan mereka. Aluna sekarang sudah tenang dan bahagia di alam sana. Jauh dari rasa sedih dan ketidak adilan yang dia rasakan selama hidupnya.


END

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Haeee gengs... 😁😁
Duhh udah tamat yak?? Rasanya Nura masih pengin lanjut dehh, tapi ya mau gimana lagi yekan??
Nura ucapin makasih buat yang udah baca cerita Nura yang pertama ini.. Semoga banyak yang suka ya.. Aamiin, Hehe 😁😁

See you next time guys... 😉😉

Salam 💜

Nura

I Also Need Your Affection  [COMPLETED]Where stories live. Discover now