Part 2

2.2K 100 4
                                    

***

Waktu seakan berlalu begitu cepatnya, hari ini adalah hari pembagian hari belajar siswa. Aku dan Kak Lina berbeda kelas dan juga berbeda sekolah, Kak Lina sudah berada di kelas XI , sedangkan aku? Aku masih kelas X. Ini semua terjadi karena pada saat SD aku pernah tidak naik kelas. Papa sengaja menyekolahkan Kak Lina di sekolah paling favorit yang ada di Jakarta, sedangkan aku disekolahkan di SMA yang didalamnya hanyalah sekumpulan siswa buangan dari sekolah lain yang tidak menerima kami. Karena nilaiku tidak setinggi yang diperoleh Kak Lina dan Kak Arvin, mereka mempunyai IQ yang jauh lebih tinggi dari pada aku.

"Pa.. Ambilin raport Luna ya.." pinta ku.

"Papa sudah janji kalau papa yang akan mengambil raportnya Lina. Kalian kan beda sekolah." jawab Papa ku.

"Ma.. Ambilin raport Luna yaa.." pinta ku lagi pada Mama.

"Mama juga sudah janji kalau Mama yang akan mengambil raportnya Arvin. Dia kan sudah kelas XII, jadi harus diwakilin." jawab Mama.

"Ohh gitu yaa.." balas ku dengan kecewa.

Aku hanya bisa menangis sendirian didalam kamar. Tak ada satu orang pun yang mau mengambilkan raport milik ku. Jalan terakhir adalah Bi Inem. Tentunya dengan sepenuh hati Bi Inem mau mengambilkan raport milik ku.

"Gimana hasilnya Bi??" tanya ku sembari menatap Bi Inem dengan penuh rasa penasaran.

"Selamat Non... Non Luna dapat peringkat 1." ucap Bi Inem dengan penuh semangat.

"Yang bener Bi??" sahut ku dengan tak kalah semangat.

Usaha ku selama ini ternyata tak sia sia. Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa menyamai prestasi Kak Lina dan Kak Arvin.

***

Setibanya aku dan Bi Inem di rumah, semua orang yang sedang tertawa ria melihat hasil belajar Kak Lina dan Kak Arvin, jadi terdiam dalam seketika saat mereka melihat kedatangan ku dan Bi Inem.

"Gimana hasilnya Lun?? Pasti jelek.." ucap Kak Arvin menyindir ku.

"Nggak kok.. Aku dapet peringkat 1.." sanggah ku dengan semangat.

"Ahh.. Peringkat satu di kelas mu kan peringkat terakhir di kelas Lina." ejek Papa pada ku.

Sungguh... Aku merasa sangat kecewa, benar benar kecewa. Karena semua prestasi yang sudah ku raih tak pernah dihargai sedikit pun oleh mereka. Dengan penuh rasa kecewa dan sesak yang memenuhi rongga dada ku, aku berlari ke kamar ku meratapi semua ketidak adilan yang ku rasakan ini. Aku mengurung diri di dalam kamar selama 2 hari pun tak ada yang peduli pada ku. Semua orang di rumah ini sibuk mementingkan urusan mereka masing masing. Hanya Bi Inem lah yang hampir setiap jam membujuk ku untuk keluar dari kamar. Penyakit maag ku  kambuh, rasanya teramat sangat perih, bahkan lebih perih dari yang biasanya ku rasakan.

Di hari ke 3 aksi ku mengurung diri di kamar, aku mendengar sebuah suara yang terdengar sangat familiar di telinga ku. Ternyata hari ini, keluarga Om Valdi sudah tiba di Jakarta untuk berlibur bersama.

"Rival?? Aku merindukan mu.." ucap ku sambil tertunduk lesu di dalam kamar.

Aku pun keluar dari kamar ku untuk menemuinya, tetapi ternyata dia sudah berubah dan tak peduli lagi pada ku. Semua benar benar sudah berubah, ia mengingkari janji nya untuk langsung menemui ku saat ia pulang ke Jakarta. Penantian ku selama ini sia sia, semua orang telah melupakan kehadiran ku.

Aku sendirian di rumah, Bi Inem pulang ke kampung halaman nya karena anak nya yang sedang sakit. Sedangkan yang lain?? Sedang asik menikmati makan malam di restoran. Dan aku?? Ditinggalkan sendirian disini, tak ada yang menghiraukan ku.

~~~~~~~~~~~

Duhh duhh.. Udah post an ke 2 aja... Ada yg nungguin gk?? Gk ada jga gk papa shh.. 😂😂

Nura minta maaf ya kalo ada typo / yg semacamnya. Barangkali ada kata yg kurang cocok jga Nura minta maaf. Tolong di maklumi yaa.. Hehehe

Ohh iya satu lagi.. Jan lupa vomment nya ya.. 😚😘

Salam Sayang 😘😘

Nura

I Also Need Your Affection  [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora