BK, 13

919 91 12
                                    

"Fake friend: once they stop talking to you, they start talking about you,''

*Fourth Dimension*

🍁

Edrin tak tahu di mana kelas Del, alhasil dia hanya mematung kebingungan di lapangan upacara, sampai akhirnya dia kembali ke kelasnya. Bel pelajaran kedua telah berbunyi, namun karena guru masih rapat, anak-anak di kelas hanya mengerjakan tugas yang dititipkan sang guru. Kelas lumayan bising dengan gosip tentang adik kelas yang baru pindah 4 hari lalu.

"Anak perempuan itu?"

"Dia laki laki tahu!"

"Tapi dia manis sekali!"

Sambil mengerjakan tugas di LKS, Edrin menggaruk daun telinganya yang gatal.

"Hei Edrin. Bagaimana pembicaraanmu dengan Abian?" Diana mengajak cerita di sela-sela membaca LKS-nya.

"Kukira kau ke WC, tapi rupanya sudah di kelas,"

"Hehe, habisnya kalian keliatan serius bicaranya. Jadi aku tidak mau mengganggu," Diana ber-hehe lagi.

"Tidak ada yang penting kok. Btw, kau tahu di mana kelas Del?"

"Del... Delion? Preman kelas satu itu?" Tanya Diana.

"Berhentilah memanggilnya begitu. Dia itu anak baik kok," Edrin heran kenapa semua orang di sekolah membenci Del. Abian pun begitu.

"Dia pernah mengurung anak kelas 1 di gudang, dia juga sering bertengkar dengan anak kelas 3, dia bahkan pernah menamparmu sampai berdarah Ed?" Beber Diana yang heran dengan sikap Edrin.

"Dia dua kali menolongku Diana, dia tak seburuk yang kita kira," Edrin menutup LKS-nya sambil menatap Diana.

Diana melongo tak percaya. Kenapa Edrin malah membela Del?

"Kau tahu, Del barusan diserang oleh Conan," lanjut Edrin.

"Apa? Monster itu berani dengan preman sekolah? Ya tentu saja, preman vs monster akan menang monster sih," Diana tak peduli.

"Bagian terpentingnya adalah alasan Del. Del pernah mengatakannya padaku saat di UKS di hari dia tak sengaja menampar keningku," Edrin menjelaskan.

Diana menutup LKS-nya. "Kau berjumpa dengan Del di UKS? Kenapa kau tak cerita padaku sebelumnya?"

"Del bilang. Dia pernah memperingati monster itu agar hanya menyerangnya saja, jangan orang lain," Edrin menunduk sedih. "Aku yakin tadi pun saat Conan menyerangnya, pasti dia tidak melawan. Karena aku yakin kalau Del melawan setidaknya mereka akan berkelahi dan orang-orang akan berdatangan untuk melerai, jadi Conan pasti tidak akan sempat mengambil darah Del," Edrin mengigit bibirnya, kasihan pada Del.

Diana mulai sadar bagaimana Del di pandangan sahabatnya. Diana percaya pada Edrin.

"Berarti, dia anak yang rela mengorbankan dirinya demi orang lain. Tapi aku masih belum paham kenapa dia membuat onar dengan orang lain,"

"Pasti ada alasannya. Pasti ada kesalahpahaman di sini. Kita belum pernah menanyakan hal ini secara langsung pada Del kan? Kita hanya mendengar gosip dari orang-orang," pikir Edrin.

"Ya. Semua orang mengatakan Del itu preman dan anak yang suka berkelahi," Diana menggedikan bahu.

Telinga Edrin menangkap pembicaraan anak-anak di kelasnya.

"Kudengar namanya Conan!"

"Hee, benarkah? Lucu sekali!"

"Apa dia punya akun media sosial?"

Spontan bahu Edrin bergidik mendengar nama itu, sejak kapan si vampir kecil itu malah terkenal di sekolahnya? Tetiba Edrin tersadar, 'bisa gawat kalau mereka dekat dengan Conan, bisa bisa mereka malah di-

-"Diberitahukan kepada siswa kelas 2-2, Edrin Wijaya, untuk segera menuju ruang BK, sekali lagi diberitahukan kepada Edrin Wijaya untuk segera ke ruang BK. Terimakasih,"

Susana kelas langsung senyap mendengar nama teman sekelas mereka disebut dengan pengeras suara sekolah. Ini jarang-jarang terjadi. Tak ubahnya mereka, Edrin sendiripun bingung, namun ia segera menepisnya dan lantas memenuhi saja panggilan itu.

Edrin berdiri, dia hendak memenuhi panggilan itu. Diana menahan pundak Ed, "Mau aku temani?" Tawar Diana.

Edrin menggeleng pelan sambil tersenyum pada Diana.

Edrin berjalan keluar kelas. Menimbang-nimbang kenapa dia panggil ke BK?

Setibanya di pintu BK, Edrin tak lantas masuk, iseng ia merasakan pergerakan di dalam ruangan itu. Ada 3 orang di dalam, siapa?

Angin sedang tak kencang siang ini, membuatnya tak bisa mencium langsung bau orang orang di sana. Edrin pun mendekatkan hidungnya ke celah pintu. Ia menghirup udara menemukan bau yang perlu. Lantas beberapa bau terdeteksi. Satu bau yang jelas: bau Delion!

Heh! Apa kenapa ada Del di dalam? Kenapa dia- Edrin berpikir keras.

Puk!

Edrin nyaris terperanjat! Ia spontan menoleh ke belakang, ternyata Abian yang menepuk pundaknya. Belum surut terkejutnya karena Del dan sekarang sikap Abian yang 'tak terdeteksi' ini pun menambah keheranannya.

"Abian?"

"Aku dengar kau dipanggil? Kenapa tidak masuk?"

"Seperti biasa selalu saja ingin tahu," dan seperti biasa selalu tak bisa kurasakan kehadirannya, lanjut Edrin dalam hatinya.

"Aku kan tidak mengganggu," bela Abian dengan polosnya.

"Kau baru saja membuatku jantungan tahu!"

"Kukira indramu peka," Abian mengeluarkan wajah poker face nya, dan Edrin ingin menonjok wajah itu.

Ia sendiri juga heran kenapa ia tak bisa merasakan keberadaan Abian, ia akan menyimpan pertanyaan ini untuk nanti. Suasana sedang tak mendukung untuk adu mulut.

"Abian pergilah, aku ada urusan di BK!" Edrin mendorong tubuh Abian menjauh.

Abian sebenarnya enggan. Ia ingin tahu apa yang terjadi. Tapi ya apa boleh buat. Edrin mengusirnya.

Abian pun ber-dadah ria pada Edrin sambil tersenyum dan memberikan kode tangan mengepal untuk menyemangati Edrin.

Alis Edrin bertaut. Untuk apa semangat itu? Memangnya Edrin akan mengahadapi masalah di BK?

Ed hanya menggeleng tak habis pikir sambil membuka pintu BK. Benar saja, ternyata memang ada Del di dalam. Ed menutup kembali pintu itu.

Ada satu tamu di ruangan itu dan satu guru BK. Pembicaraan pun dimulai.

Abian melipat tangannya di dada. Dia tahu di ruang BK ada tamu. Dari sepatu yang di jejerkan di depan ruang BK. Satu sepatu guru BK, dua sepatu siswa dan satu sepatu tamu, sepertinya tamu itu laki-laki, karena itu sepatu laki-laki.

Abian pun memutuskan ke pos guru piket. Dia yang biasa ramah ke guru-guru dengan gampangnya mendapatkan info dari guru piket. Ternyata yang datang adalah abangnya Del, Haris, seorang dokter muda. Dia dipanggil pihak sekolah lantaran kasus Del yang menampar Edrin sampai berdarah.

Abian bergidik, dia tak menyangka kalau ada yang tahu kasus itu dan melaporkannya ke guru. Karena dia sendiri baru tahu kasus itu hari ini.

Abian pun memutuskan pergi ke kelas Edrin. Dia akan menanyakan ini pada Diana.

👣👣👣Fourth Dimension👣👣👣

*
1007 words

readeer??? bagaimana pendapat Andaa??
Chapter ini agak pendek ya?


Ulala...tak sabar saya menuju chapter 14 (o ̄∇ ̄o)♪

the fourth dimensionWhere stories live. Discover now