Hantu, 4

1.4K 162 35
                                    

"Ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya,"

*Fourth Dimension*
🍁

Edrin memandang wajahnya di depan cermin. Ia ingat tadi siang saat ayahnya menjemputnya di puskesmas, beberapa plester di tubuhnya sontak membuat ayahnya panik.

Insiden tadi pagi membuat ayah Edrin segera pulang dari tempat kerjanya. Ed merasa bersalah. Ia membuat ayahnya khawatir lagi.

"Besok kita check up ke rumah sakit ya, perawat bilang kepalamu terbentur aspal, itu harus diperiksa,"

"Tapi aku tidak muntah dan kepalaku tidak pusing,"
Muntah adalah tanda bahwa kau mengalami cedera otak.

Ed ingin mengatakan itu. Tapi ia menelannya saja. Ia tidak ingin menambah beban pikiran ayahnya dengan melawan pendapat sang ayah.

Ed hanya mengangguk.

Tapi ada hal yang lebih penting. Bagaimana cara membuang 'kemampuan' over nya ini.

Ed menyisir poninya ke belakang dengan jemari. Berpikir keras.

Ya, ya, ya, sebuah ide melintas di otaknya bila tidak menginginkan kekuatan itu. Ia harus berhenti menggunakannya. Jangan memanfaatkan kekuatan itu sama sekali. Abaikan saja.

Seperti tadi pagi saat lomba tancap bendera. Ia tak seharusnya melakukan percobaan dengan Indra berlebihannya itu.

Abaikan, Abaikan, Abaikan.

Ulang Ed dalam hatinya. Ed terus mengulangi kata abaikan itu sambil mengatur nafasnya, menahan gejolak emosi dalam hatinya.

Ed mendengar langkah kaki di tangga. Itu ayahnya. Ia akan ke kamar Ed.

Ed segera merapikan bajunya.

Tok tok tok!

"Masuk!"

"Ed?" Sang ayah masuk dengan pakaian bagus.

"Iya ayah?" Sepertinya mereka akan keluar malam ini.

"Mau makan di luar?" Nah benar kan.

Di luar? Oh bagaimana mungkin? Suara mobil dan orang-orang akan menyakiti telinganya. Belum lagi getaran setiap apapun yang bergerak di 1 kota? Bunuh diri?

Tidak!

Ini saat yang tepat untuk mencoba rumus barunya: abaikan, abaikan, abaikan.

"Ok!" Kata Ed sambil menahan napas di perutnya.

Di mobil, Ed merasa canggung. Karena pakaiannya mirip remaja yang pergi keluar di musim dingin di Inggris. Jaket tebal, sepatu tebal, pelindung telinga dan masker kain?

"Kau tidak apa-apa sayang?"

"Ya, aku baik saja," ujar Ed dengan senyuman pada ayahnya.

"Ok kalau begitu kita mau makan di mana?"

"Hmm...," Ed tak punya banyak referensi tempat makan. Kalaupun ada tempat favorit, iya akan lebih tergoda untuk mencari tempat lain. Ed sangat mudah bosan.

the fourth dimensionWhere stories live. Discover now