Flashback, 11

757 79 25
                                    

"Dear daddy, i may find a prince someday, but you will always be my king,''

*Fourth Dimension*
🍁

:: ::Flash back:: ::


Empat bulan sebelumnya.

Aku berjalan ke kelas dengan gontai. Pikiranku masih dipenuhi bayangan mimpi tadi malam. Aku tak pernah mendapati mimpin aneh seperti itu sebelumnya terasa sangat nyata! Hingga aku berpikir bahwa itu dimensi lain!

Keyakinanku adalah, saat aku tertidur, aku masuk ke dunia mimpi, dan saat aku hendak terbangun, entah bagaimana, aku malah terjebak di dunia lain!

Semua itu sangat nyata, aku bahkan masih ingat bagaimana bau udara di duniaitu bahkan berat udaranya! Dan tekstur daun pintu yang keras di ujung jariku!

Tidak seperti udara di dunia manusia. Udara di sana sangat ringan dan jernih! Seperti tak ada beban saat bernafas di dunia itu.

Lamunanku buyar saat angin dingin menusuk kulitku. Padahal sudah mengenakan jaket, tapi masih saja dingin. Pangkal hidungku juga rasanya pedih sekali.

Menuju tempat dudukku, di dekat jendela. Aku melipat tangan di meja dan menampung wajahku. Aku tak bergerak sampai bel masuk berdering.

Kertas ulangan diedarkan. Aku membaca soal dengan malas. Tangan kiriku menampung wajah, dan tangan kananku menulis dengan malas.

Aku berhenti saat kebingungan di soal terakhir. Aku sudah membaca materi ini, tapi aku lupa.

Kucoba menggali ingatanku. Berkonsentrasi. Tetiba telingaku berdenging! Lalu mendadak sakit! Aku mengernyit menahan perih.

Hanya beberapa detik lalu sakitnya mendadak hilang. Aku bersyukur bercampur heran. Pasti karena aku sedang tak enak badan.

'hei, ini apa isinya?'

'sstt'

'nomor 11 apa?'

Suara gaduh anak anak yang minta contekan mulai menguar.

Haish, berisik.

Aku merasa terganggu, kulirik guru di depanku, tapi dia bergeming. Kukira anak-anak itu bersuara keras, kenapa guru ini diam saja?

Aku menoleh ke sumber keributan. Mereka terdiam karena 'transaksi gelapnya' tertangkap mataku. Aku kembali pada soalku.

Haish, aku masih tak bisa ingat jawabannya.

Seorang siswi berlalu di sebelahku, ia tampak akan mengumpulkan kertas jawabannya ke meja guru. Angin berhembus masuk ke pintu kelas, melewati gadis itu dan sampai ke hidungku.

Tercium bau menyengat yang anyir! Ini bau darah! Bau darah!

Aku terkejut dan memencet hidungku. Perutku berontak mual! Aku menutup mulut menahan muntah dan berlari ke luar kelas!

Aku sesak nafas karena bau itu masih tersisa di pangkal hidungku.

Kenapa anak itu bisa sebau itu? Kenapa yang lain tidak terganggu dengan baunya?

Salah seorang teman menyapaku.

"Hai Edrin, kau kenapa?"

Namun dia juga berbau sama!

'Ini darah haid,' pikirku,

"Edrin?" teman yang lain ikut bertanya.

'Dia pasti sedang haid!'

the fourth dimensionWhere stories live. Discover now