Monster, 9

853 117 83
                                    

"Membaca orang lain itu mudah, yang sulit adalah membaca diri sendiri,"

*Fourth Dimension*

🍁

Bel istirahat pertama berbunyi 🔊🎵🎶

Guru telah keluar dari kelas. Para siswa dengan cepat mendominasi lorong kelas dan kantin. Edrin dan Diana masih di kelas. Mereka mengintip gedung kelas 1 dari celah jendela nako.

"Lihat dia?" Tanya Ed.

"Enggak," sahut Diana.

"Eh itu dia!" Ed lantas menutup mulutnya, takut suaranya terdengar. Padahal tidak mungkin karena jarak kelas 2 dan kelas 1 dibatasi oleh parkiran yang lumayan luas.

"Mana? Oh iya! Dia kelas 1-9 ya?" Sahut Diana yang melihat Conan baru saja keluar dari kelas 1-9. "Ya ampun kalau dilihat-lihat dia kayak lucu banget, innocent gitu loh, Ed!" Diana terpukau dengan penampilan fisik Conan yang kecil, manis dan tampak riang.

"Ya coba saja kau dekati dia. Kalau darahmu sudah habis, kabari aku," jawab Ed datar.

"Yey, janganlah!" Diana menimpuk kecil kepala Ed.

"Aduh!" Ed menggosok kepalanya.

Tetiba seseorang datang menepuk meja di belakang mereka.

Brak! Brak!

"Astagfirullah!" Sahut kedua sahabat itu. Sambil menoleh ke asal keributan. Siapa lagi kalau bukan Abian.

"Kau ini ga ada teman ya? Hobi banget maen ke kelas orang?" Sarkas Ed sebal pada Abian.

"Lah, kau kan temanku?" Jawab Abian santai sambil memiringkan kepalanya.

Diana cuma garuk-garuk dagu.

"Kalian ngapain masih di kelas? Ngintipin siapa?" Kepo Abian.

"Mau tau aja!" Tangkas Ed.

"Eh, gimana kalau kita kasi tau aja Abian, Ed!" Tetiba Diana dapat ide.

Ed terdiam. Berpikir.

"Hah? Ada apa sih?" Abian jadi penasaran.

"Kamu tau anak baru di kelas 1-9, Bi? Pendek, kecil, lucu anaknya! Rambutnya pirang agak ikal," terang Diana.

"Emang ada anak baru di kelas 1?" Tanya Abian.

"Iya, anak cowok," jawab Diana.

"Ga tau," Abian menggedikan bahu.

"Kemarin dia gangguin Ed!" Terang Diana

"Hah? Dia apain Edrin?" Abian cemas.  Pandangannya tetiba melakukan scanning otomatis pada Edrin. Takut Ed terluka.

Edrin masih terdiam. Memangku wajahnya dengan tangan.

"Kami curiga dia bukan manusia!" Lanjut Diana.

Mendengar itu tawa Abian pecah!

"Ahahah! Kalian ini ngomong apa sih? Jangan berkhayal lah,"

"Makanya dengerin dulu ceritanya!" Pungkas Diana.

Edrin hanya memutar bola matanya sambil menghela nafas. Dia tahu Abian takkan percaya semudah itu.

Diana lantas celingukan memastikan tidak ada siapa-siapa di kelas, selain mereka bertiga. Ia pun lanjut menceritakan apa yang Edrin alami kemarin.

Usai mendengar cerita Diana yang didukung dengan anggukan kepala Ed, di luar ekspektasi Edrin, ternyata Abian percaya. Kini kening Abian berkerut. Memikirkan sesuatu.

the fourth dimensionWhere stories live. Discover now