Chapter 53 (Last Chapter)

1.3K 61 1
                                    

"Gue juga seneng ngeliat kalian kayak gini.", ujar Fani sambil tersenyum. Ia menggenggam tangan Malvin dan Vanya secara bersamaan.
Malvin dan Vanya juga terlihat senang dengan kondisi mereka saat ini. Tak ada lagi dendam dan sakit hati pada siapapun di dalam diri Vanya. Ia menjadikan semua masa lalunya sebuah pelajaran terindah dalam hidupnya.
Dan Malvin, ia juga menganggap pertemuannya dengan Vanya adalah sebuah cerita terindah yang akan selalu ia kenang nanti.

***
Ruth dan Bastian kini berjalan pulang. Dan sekarang entah sadar atau tidak, Bastian menggandeng tangan Ruth selama berjalan menuju mobilnya.
Ruth hanya tersenyum menatap Bastian. Ia senang, perlahan-lahan Bastian dapat menerimanya.
"Bas.", ucap Ruth.
Langkah mereka terhenti. Bastian menoleh ke arah Ruth dan menatapnya.
"Ya Ruth?", sahut Bastian.
"Thanks.", ujar Ruth singkat sambil tersenyum manis.
Bastian membalas senyuman Ruth. Kemudian mereka berdua berjalan masuk ke dalam mobil. Bastian mengantar Ruth pulang.

***
Sedangkan Alif masih terdiam di dalam mobilnya yang masih terparkir dengan rapi di bandara itu.
"Gue gak nyangka, hidup gue bakal berubah 180 derajat kayak gini. Tapi gue seneng dengan hidup gue sekarang. Key, gue belajar banyak dari lo. Nenek sihir.", ucap Alif dalam hati sambil tersenyum.

***
Key kini sudah masuk ke dalam pesawat bersama sang Ayah. Key tersenyum menatap ayahnya lalu melihat ke luar jendela. Ia kembali mengenang masa-masa bersama sahabatnya. Canda, tawa, air mata, semuanya menjadi warna tersendiri dalam hidup Key. Ia bersyukur bisa memiliki mereka untuk menjadi bagian dari cerita hidupnya. Dan tentunya Key akan sangat merindukan saat-saat bersama mereka. Tak terasa air mata kembali menetes di pipinya.
"Thanks guys. You are the colours of my life.", ujar Key dalam hati sambil terus menatap keluar jendela itu.

***
Ridwan masih terdiam menatap Zalfa. Setiap memulai hari, harapannya selalu sama, ia ingin melihat mata Zalfa terbuka dan mendengar Zalfa memanggil namanya.
Ia menghela nafas kemudian mengusap-usap kepala Zalfa.
"Gue sayang sama lo Zal.", batin Ridwan.
Kemudian ia berdiri dan berjalan membuka jendela ruang inap Zalfa yang berada di lantai atas rumah sakit itu. Ia memandang ke arah langit yang bersinar cerah saat itu. Sebuah pesawat melintas disana.
"Key, hati-hati ya disana.", batin Ridwan.
Tak lama kemudian Ridwan dikejutkan oleh suara seseorang yang memanggilnya.
"Ridwan.", panggil orang itu lemah.
Ridwan terhentak, ia merasa sangat mengenali suara itu. Kemudian dengan segera ia menoleh ke arah suara itu datang.
Setelah menoleh dan melihat orang yang memanggilnya itu, Ridwan melebarkan senyum bahagianya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak tahu lagi bagaimana melukiskan perasaannya saat ini.
"Zalfa!", ujar Ridwan.
Air matanya menetes dan ia segera berlari memeluk orang yang sangat ia sayangi dan sangat ia rindukan itu...

***
THE END.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang