Chapter 31

900 59 0
                                    

"Mmm. Terus, apa lo suka sama Bastian?"

Zalfa bingung mengapa Ruth tiba-tiba menanyakan hal itu kepadanya.
Zalfa : "Maaf, emangnya kenapa ya? Kok tanya begitu?"
Ruth : "Mmm. Enggak. Gakpapa. Gue cuma pengen tau aja. Soalnya kayaknya kalian berdua cocok banget."
Zalfa bingung harus menjawab apa.
Zalfa : "Bastian itu sahabat aku."
Ruth : "Oh sahabat ya. Eh btw salam kenal ya. Lo enak diajak ngobrol, pantes aja Bastian suka ngobrol sama lo."
Zalfa hanya tersenyum kemudian.

***
Marsha sedang mencari keberadaan Vanya. Ia ingin meminta maaf dan menjelaskan bahwa sebenarnya antara dirinya dan Alif tidak ada hubungan apapun.
Tetapi bukannya Vanya yang ia dapati, justru Devin yang yang ia lihat sedang terduduk sendiri di taman kampus.
Melihat Devin disana, justru membuat Marsha teringat akan ucapan Alif pagi tadi, "Devin, dia itu suka sama kamu Sha. Makanya dia gak pengen ada cowok lain yang jadi pacar kamu."
Marsha berpikir dalam hatinya, "Apa bener yang dibilangin sama kak Alif itu?"
Kemudian Marsha berjalan ke arah Devin sambil menunduk, kebiasaannya dari dulu.
"Dev.", sapa Marsha.
Devin yang ternyata sedang melamun itu terkejut akan kehadiran Marsha di depannya.
Devin : "Eh Sha. Hehehe. Ada apa? Sini sini duduk."
Kemudian Marsha duduk di samping Devin.
Marsha : "Kamu liat kak Vanya gak? Aku pengen minta maaf sama dia."
Devin : "Vanya ya? Hmmm belum liat sih. Tapi yuk kita cari bareng. Gue bantuin lo ngomong sama dia."
Marsha mengangguk. Kemudian mereka berdua berjalan mencari keberadaan Vanya.

***
Sementara itu Key melangkahkan kakinya ke dalam ruang rektor dengan berat.
Key : "Permisi pak."
"Ya, silahkan masuk Key.", sahut pak rektor disana.
Key melihat ibunya sedang terduduk disana. Dan Key pun duduk disamping ibunya itu.
"Mungkin selanjutnya ibu Dena bisa menjelaskan apa maksud dan tujuan ibu menemui saya disini.", ucap pak rektor.
Key mempunyai firasat tidak enak setelah mendengar ucapan itu.
Tante Dena : "Key."
Key tampak masih enggan untuk menatap wajah ibunya itu.

Tante Dena : "Key, mama kesini untuk mengajak kamu tinggal bersama mama. Kita akan pindah ke Australia. Kamu akan melanjutkan kuliah kamu disana nak."
Key sangat shock. Ucapan ibunya itu diluar ekspektasinya selama ini. Kemudian ia menatap wajah ibunya. Air mata hampir menetes di pipinya.
Key : "Apa ma? Pindah?"
Tante Dena : "Iya nak. Kamu mau kan? Mama mau menebus semua kesalahan mama sama kamu."
Key : "Enggak ma. Enggak! Key gak mau pindah dari kampus ini. Key gak mau pergi ninggalin temen-temen Key. Enggak!"
Air mata Key akhirnya mengalir disana. Ia langsung saja berlari meninggalkan ruang rektor itu karena sudah merasa sangat sedih, kecewa, marah pada ibunya itu.
"Enggak. Aku gak mau pergi dari sini. Aku gak mau.", Key terus berlari sambil menangis.
Zalfa yang sedang berjalan menuju kelas pun ditabraknya.

"Key, kamu kenapa?", Zalfa terkejut melihat Key yang berlari sambil menangis dengan terisak-isak itu.
Key tak memperdulikan Zalfa disana, ia kembali berlari, ia sedang membutuhkan ketenangan.
"Key!", teriak Zalfa yang melihat Key terus berlari. Ia tak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi pada sahabatnya itu.

***
Vanya sedang menikmati hembusan Angin dari balkon lantai 2 kampus itu.
"Kak Vanya.", terdengar ada suara seorang perempuan yang memanggilnya.
Vanya menoleh. Perempuan itu adalah Marsha, dan Devin pun ada disana.
"Mau apa lo kesini?", Vanya membuang muka, ia tak mau menatap Marsha.
Marsha : "Kak, aku kesini mau minta maaf atas kejadian semalem. Kakak harus tau kalau aku gak pernah jadi pacar kak Alif. Semalem aku bener-bener gak ngerti kenapa kak Alif bisa setega itu mutusin kakak."
Vanya diam tak menjawab ucapan Marsha.
Devin : "Van, Alif itu bukan cowok yang baik buat lo. Di luar sana masih banyak cowok yang jauh lebih pantes buat dapetin lo Van."
Vanya meneteskan air matanya.
Vanya : "Kalian tolong pergi dari sini."
Marsha : "Tapi kak..."
Vanya : "Pergi!"
Kemudian Marsha menatap Devin. Devin hanya memberi isyarat anggukan untuk dengan maksud agar Marsha menuruti permintaan Vanya.
Akhirnya Marsha pun mengikuti isyarat itu. Ia dan Devin melangkah menjauh dari Vanya.
Vanya kemudian kembali menangis.

"Kamu jahat Lif.", ucap Vanya lemah.

***
Ridwan berniat memberikan kejutan yang sangat spesial untuk Zalfa malam ini, selain memberikan cokelat, Ridwan juga ingin mengajak Zalfa makan malam berdua dengan uang dari hasil jerih payahnya mengamen selama ini.
Walaupun bukan makan malam di tempat yang mewah, tapi Ridwan yakin pasti Zalfa akan menyukainya.
"Zal, semoga malem ini akan jadi salah satu malem yang gak bakal lo lupain, jadi salah satu malem terindah dalam hidup lo.", ucap Ridwan dalam hati sambil menatap ke arah langit.
Ridwan mengerti betul, dirinya bukanlah orang yang romantis. Bahkan ia sangat jauh dari kata itu. Tapi malam ini Ridwan akan berusaha untuk melakukannya. Untuk Zalfa.

***
Ruth sudah menanyakan apapun tentang Bastian pada Zalfa. Dan ia pikir Zalfa memang bukan pacar Bastian. Tapi Ruth tidak tahu bagaimana isi hati mereka berdua yang sebenarnya, yang jelas Ruth hanya ingin memperjuangkan cintanya. Namun Ruth sadar, cinta tak selamanya harus memiliki. Ia memperjuangkan cintanya dengan cara membuat Bastian bahagia, walaupun hal itu akan membuatnya sakit.

Ruth masih melamun membayangkan wajah Bastian saat itu. Ia masih terduduk di kelasnya saat yang lain satu persatu mulai pergi meninggalkan kelas itu.
"Ruth? Ruth?", ujar seseorang membuyarkan lamunan Ruth.
"Ih apaan sih ganggu aja gue kan lagi enak-enak ngelamunin Bas...", belum sempat Ruth melanjutkan kata-katanya ia baru menyadari bahwa yang di depannya itu adalah Bastian.
"Eh Bastian hehehe.", Ruth tersenyum lebar sambil menggaruk-garuk kepalanya karena malu.
Bastian : "Lo lagi ngelamunin apa tadi? Bas? Bas apa?"
Ruth salah tingkah, ia bingung harus menjawab apa.
"Mmm...mmm...bas...bas...baskom. Oh iya Bas, gue lagi ngelamunin baskom gue tadi.", jawab Ruth sekenanya sambil tersenyum kikuk pada Bastian.
Bastian mengerutkan dahinya, "Makin aneh aja ni cewek.", dalam pikiran Bastian.
Bastian : "Eh Ruth, lo kenal Zalfa gak?"
Ruth : "Oh Zalfa? Mmm yang anak baru itu? Kenal kenal. Baru aja tadi pagi gue kenalan. Kenapa emang?"

Bastian : "Lo pasti tau kan kalau cewek yang tipe-tipe kayak Zalfa itu seleranya kayak gimana? Lo bantuin gue ya?"

The Colours Of LifeWhere stories live. Discover now