Reza kembali menarik tangan Fani, karena Fani masih diam di tempatnya. "Ayo. Gausah salting!"

"Sialan!"

Setelah sampai di parkiran, Reza melepaskan tautan tangan mereka. Mengambil helmnya yang disampirkan di kaca spion motornya. "Ada satu, jadi lo aja yang make!"

"Terus lo ga pake helm?" tanya Fani.

Reza menggeleng, lalu memakaikan helm itu pada kepala Fani. Ahh... rasanya Fani menahan napas selama Reza melakukan itu, dia tidak sadar apa yang baru saja terjadi. Secepat itu, hatinya bergetar. Tangannya memegang dadanya kuat-kuat, Fani takut jantungnya copot saat ini juga. Dan dia takut kalau Reza mendengar suara jantungnya yang terlalu keras berdetak, uh malu sekali Fani.

Panas sekali udara hari ini, Fani merasa gerah. Dia ingin cepat-cepat pulang dan langsung mandi air dingin agar semuanya terasa adem lagi.

"Ayo, jangan ngelamun!" seru Reza menyadarkan lamunannya, "Perlu gue naikin nih?" goda Reza.

Fani menggeleng, pipinya terasa panas sekali.

●●●

"Ranti!"

Merasa suaranya terpanggil dengan ketukan keras dari pintunya, Ranti—Mama Reza—beranjak untuk membukakan pintu rumahnya. Tidak biasanya Kanaya menggedor-gedorkan pintu dengan suara keras seperti ini kalau tidak mendadak. Ranti segera membuka pintunya, keadaan Kanaya tidak jauh berbeda dari suaranya. Cemas.

"Kenapa, Ya?" tanya Ranti, "Duduk dulu sini!" Ranti menggiring Kanaya untuk duduk di sofa, sembari menenangkannya.

"Reza dah pulang?" pertanyaan langsung Kanaya membuatnya tahu keadaan. Pasti Zahra belum pulang lagi. Setahu Ranti, Zahra itu suka keluyuran dan mampir-mampir kalau tidak pulang bersama Reza. Maka dari itu, bisa dipastikan Zahra sedang tidak di rumah.

Ranti mengangguk, "Udah. Zahra belum pulang lagi?"

"Iya." Kanaya mencengkeram lengan Ranti, "Gimana nih, Ran. HP Zahra mati lagi!"

"Aku yakin sih, Zahra lagi ke rumahnya Gania. Dia kan sama-sama suka EXO, pasti mampir kesana buat tanya-tanya sesuatu." hibur Ranti. Ranti sebenarnya tidak terlalu yakin, mengingat rumah Gania jauh dari gedung sekolah juga rumah Zahra. Zahra tidak mungkin pergi kesana untuk bertanya sementara sekarang sudah ada HP yang bisa berkirim pesan.

"Kenapa, Ma?" tanya Reza yang baru datang dari kamarnya karena mendengar suara keributan dari ruang tamunya yang disebabkan Kanaya karena gelisah.

Terlihat Kanaya sekarang sedang mondar-mandir dan sambil menggigiti jari kukunya, Kanaya juga menggumamkan sesuatu yang tidak bisa didengar jelas oleh Reza.

"Kamu tau Zahra ada dimana nggak?" tanya Ranti. Reza menggeleng. Dia tidak tahu Zahra pergi kemana karena hari ini dia tidak pulang bersama Zahra, melainkan pulang bersama Fani.

"Zahra belum pulang, ini udah jam 7 malem!"

"Mama udah coba telfon Fani belum?" usul Reza mendapat pekikan dari Kanaya.

"Ah... Fani, belum ditelfon!" Kanaya memijit ponselnya, mencari nama Fani yang ada di kontaknya. Setelah tersambung, Fani langsung mengangkat telfonnya.

"Iya, ada apa tante?"

"Zahra ada di rumah kamu?"

"Nggak. Mungkin di rumah Gania tante," Kanaya langsung mematikan telfonnya, hasilnya nihil. Kanaya sudah menghubungi Gania dan Gania bilang Zahra tidak ada di rumahnya, setelah menelfon Fani sekarang Kanaya sadar kalau Zahra tidak ada di rumah siapapun.

Kanaya semakin cemas. Anaknya sekaligus putri satu-satunya hilang entah kemana, tidak ada yang mengetahuinya. Belum lagi, di rumahnya Ibrahim dan Fahmi sedang gusar menunggu kejelasan.

"Ah..." teriak Reza setelah mengingat terakhir kalinya Zahra tergeletak mengenaskan bersama buku-buku.

"Kenapa?" tanya Kanaya antusias melihat Reza langsung tersenyum kesenangan.

"Setahu Reza, Zahra kena hukuman suruh beresin perpustakaan. Mungkin aja Zahra masih di sana, biar Reza susulin dia ke sekolah."

TBC!

Break UpWhere stories live. Discover now