Eunhee mengalihkan pandangannya dari makanan di piringnya kepada Sehun. Manik matanya berbinar. Dan tak lama setelahnya, gadis itu tersenyum puas. "Ya, aku sangat menyukainya. Ini sangat enak," puji Eunhee senang.

Sebenarnya, malam ini Eunhee malas pergi ke mana-mana. Ia ingin langsung beristirahat, mempersiapkan tenaganya untuk bekerja di esok hari.

Eunhee bahkan sudah merebahkan dirinya di atas tempat tidur, sampai akhirnya, Sehun datang dan mengacaukan semua rencananya itu.

"Temani aku makan malam." Perkataan itu terlontar, dengan nada yang terkesan memaksa. Hal itu pun membuat Eunhee tidak bisa menolak, dan membiarkan dirinya pasrah dibawa oleh Sehun ke salah satu restoran terbaik di kota Seoul.

Tetapi, setelah makanan lezat ini masuk ke mulutnya, Eunhee tidak menyesalinya. Semua rasa kesalnya menghilang entah ke mana ketika ia mencicipi makanannya pertama kali.

"Lain kali, aku akan memasakkan makanan ini untukmu," kata Sehun, dengan kedua tangan sibuk memotong stik di piringnya.

"Kau bilang apa?" tanya Eunhee, berusaha meyakinkan pendengarannya.

Sehun tersenyum. "Kau pasti akan merasa jatuh cinta lebih dalam lagi."

Kalimat laki-laki itu terdengar ambigu.

"Jatuh... cinta?" Eunhee bertanya ragu.

"Mm-hmm. Jatuh cinta kepada masakanku, tentunya." Sehun mendongak, dan melihat ada seberkas rona merah muda menghiasi kedua pipi gadis di hadapannya. "Oh, pipimu merah!" serunya. "Kenapa... oh, aku yakin, kau pasti berpikiran bahwa maksud jatuh cinta di sini adalah... jatuh cinta kepadaku?"

"A-apa?" Eunhee tampak gelagapan. Ditatapnya Sehun tajam, namun terkesan ragu. Entahlah. Sepertinya Eunhee tidak ingin terlihat seperti kucing yang ketahuan mencuri ikan milik majikannya. "Apa yang kaukatakan, huh? Aku tidak bermaksud seperti itu!"

"Mengaku saja." Sehun tertawa puas. "Sejak dulu, kau tidak pernah pandai berbohong padaku, Park Eunhee," kata Sehun, semakin memojokkan gadis itu.

"Kau tahu, Sehun? Aku menyesal, telah bersedia menemanimu makan malam." Gadis itu mendengus, memalingkan wajahnya sebal, membuat tawa Sehun semakin pecah.

"Baiklah, maafkan aku." Sisa-sisa tawanya masih terdengar. "Ayo lanjutkan malam malammu, setelah ini kita pulang. Bukankah kau harus segera beristirahat?"

Eunhee kembali menatap laki-laki itu dan menggeram kesal. Dia ingin mengomentari ucapan itu dengan perkataan kasar, tetapi Eunhee berusaha menahannya. Tidak. Ia tidak boleh bersikap kasar di depan umum seperti ini. Dan juga, meskipun Sehun adalah sahabatnya, Eunhee masih tetap berpikir bahwa laki-laki itu adalah seorang presdir perusahaan.

Mereka kembali menikmati makan malamnya sembari diisi oleh obrolan ringan. Sampai tak lama setelahnya, mereka berdua mendengar seseorang memanggil dengan nada setengah terkejut.

Mereka sontak menoleh ke sumber suara. Mendapati sosok Jongin, berdiri di samping Sehun dan menatap mereka berdua bergantian dengan mata membelalak lebar, sementara gadis yang saat ini tengah bergelayut manja di lengan kanannya, turut menatap Sehun sambil tersenyum manis. Tetapi, senyuman itu sirna perlahan pada detik dirinya saling bersitatap dengan sosok gadis yang duduk bersama Sehun.

Krystal tidak bersuara. Otaknya sibuk berpikir mengenai siapa sosok gadis yang sampai sekarang masih menatapnya dengan mata melebar. Kalau tidak salah, Krystal pernah melihatnya, tapi di mana?

Dan, barulah, di saat Krystal sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, gadis itu menggumam dalam hati,

Bukankah gadis ini... adalah gadis yang ada di dalam foto itu?

Her, Who I LoveWhere stories live. Discover now