Being a Real Daddy [Jimin - Part Extra]

8.4K 698 53
                                    

Jimin memandangi isterinya yang masih setia merajut topi untuk anaknya nanti. Wanita berperut buncit itu tetap setia merajut disertai senyum manisnya.

"Kata dokter perkiraan berapa hari lagi, sayang?" Tanya Jimin yang sedang tiduran di pangkuan Minsung.

"Oh, katanya sih sekitar satu minggu lagi."

"Asyik~~~"

Jimin menghadapkan diri ke arah perut Minsung, mengelusnya pelan kemudian mengecupnya dengan sayang.

"Appa benar-benar menunggumu~ ayo lekas keluar and call me appa!" Katanya sambil tersenyum dengan manis hingga kedua matanya membentuk bulan sabit.

Minsung tersenyum gemas sambil mengelus rambut halus suaminya. Sebenarnya ada yang ia sembunyikan darinya selama ini.

Dan sekarang, satu minggu berlalu. Jimin terus saja bertanya kepada Minsung, apakah ia merasa perutnya sakit? Apakah ia merasa tanda-tanda akan melahirkan? Namun, mungkin saja belum waktunya.

Minsung selalu menjawab, "Masih belum. Jika aku merasakannya, sudah pasti aku akan mengadu padamu."

Jimin benar-benar tidak sabar ingin bertemu dengan buah hatinya.

Lalu sekarang, sudah hampir dua minggu lamanya. Jimin yang sudah sangat tidak sabar, mulai terus-terusan mendesak Minsung untuk memeriksakan diri saja.

"Sayang, kandunganmu sudah hampir 10 bulan. Lihat, perutmu semakin membesar. Aku tidak tega melihatnya. Pasti berat—"

"Iya, tentu. Tapi jika memang belum waktunya mau bagaimana lagi? Aku benar-benar tak merasakan apapun."

Jimin melebarkan mata kecilnya, "Tak merasakan apapun? Mereka— Mereka masih hidup 'kan?" tiba-tiba matanya berubah berkaca-kaca.

"Ya Tuhan, Park Jimin. Jaga ucapanmu! Tentu saja mereka masih hidup. Lihat ini! Sikutnya menonjol." Sahut Minsung sambil menunjuk bagian perut kirinya yang menonjol.

"Sayang~" Jimin menciumi perut Minsung, bisa ia rasakan sebuah cairan merembes kedalam perutnya. Ternyata, Jimin menangis.

"Sudah, jangan menangis. Kita tunggu saja, sayang. Mungkin dia masih betah tinggal didalam perutku."

Jimin menganggukkan kepalanya pelan.


Minggu sore, papa-papa Bangtan berkumpul dirumah Jungkook, sekadar melepas rindu dan menengok anak Jungkook yang baru lahir.

Hoseok tertawa terbahak-bahak saat melihat kedatangan Taehyung, karena lelaki aneh itu menumbuhkan kumisnya. Meski masih tipis.

"Apanya yang lucu?" tanya Taehyung bingung.

"Tidak! Kau terlihat aneh saja hahahaha." Sambung Hoseok sambil terus tertawa memegangi perutnya.

Taehyung menatapnya datar, padahal yang lain biasa-biasa saja. Mengapa kuda ini bisa tertawa selantang ini?

Ah, tidak! Biasanya Jimin akan ikut tertawa jika Hoseok tertawa namun, lelaki berbibir penuh itu diam saja sejak tadi, sambil merenung.

"Sstt! Kenapa anak itu?" bisik Taehyung pada Jungkook yang sedang sibuk bermain game di ponsel.

Ia mempause gamenya kemudian melihat ke arah Jimin sambil memicing, "Mana kutahu, hyung 'kan temannya."

Taehyung langsung melemaskan pundaknya sambil memandang Jungkook malas.

"Jadi selama ini dia bukan temanmu? Hm." Taehyung memutar bola matanya namun, Jungkook masih saja fokus dengan ponselnya.

Baru saja Taehyung menggerakan badan untuk mendekati Jimin, pria itu sudah meninggalkan singgasananya.

BANGTAN DADDY [COMPLETED]Where stories live. Discover now