Selamat Hari Appa [Jimin]

9.3K 800 130
                                    

Di dalam ruangan bernuansakan putih ini, tangan Minsung bergetar menerima sebuah amplop yang juga berwarna putih dan tertera nama Lab dari rumah sakit tersebut.

"Silahkan dibuka, Nyonya," ujar dokter cantik didepannya.

Namun, tangan lentik Minsung langsung memasukkan amplop itu begitu saja kedalam tasnya.

"Ah, saya akan membukanya dirumah saja, dokter." Jawabnya kemudian.

Dokter itu tersenyum, "Anda ingin memberitahukan kepada suami anda?"

Alih-alih agar segera keluar dari ruangan itu, Minsung mengangguk.

"Baiklah, saya mengerti." 

"Ne, saya permisi pulang dulu dokter Go. Kamsahamnida~"

Sesampainya di rumah, Minsung menutup pintu dengan pelan, sungguh pikirannya terganggu.

Dokter tadi tersenyum padanya seolah berita yang akan ia dapatkan dari amplop itu adalah berita baik namun, perasaannya tetap tidak enak. Ia segera mendudukan badan kurusnya ke sofa di ruang keluarganya, tangan lentiknya mencoba membuka amplop dengan hati-hati.

Tak perlu lagi ia membaca keterangan-keterangan diatasnya karena indera penglihatannya langsung fokus kepada tulisan yang tercetak tebal di bagian tengah-tengah.

Dinyatakan INFERTIL (MANDUL)

Melebar sudah kedua bola matanya, memerah, dan kertas tak berdosa itu jatuh begitu saja. Tumpah ruah sudah air matanya, tubuh kecilnya merosot kebawah dengan kepala yang ia tenggelamkan di sofa ia menangis, menangis dalam kesendiriannya.

Ia berpikir, ia sudah sangat mengecewakan Park Jimin.

"Jimin-ah, mianhae~ hiks.."

...

Jimin memakirkan mobilnya di garasi kemudian menutup pagar rumahnya dan rolling door garasinya.

Saat masuk ke rumah ia disuguhkan dengan pemandangan seseorang yang selalu ia syukuri kehadirannya, Minsung tengah memasak dengan rambut yang dikuncir setengah. Jimin sangat menyukai itu, sangat cantik.

"Sayang, aku pulang." Ia berlari ke arah isterinya kemudian mengangkat tubuh mungil isterinya itu dari belakang.

"Yak! Oppa jangan seperti ini!" Minsung memukul lengan Jimin yang melingkari pinggangnya.

Jimin pun menurunkan gendongannya dan membalikkan badan isterinya agar menghadap ke arahnya.

Isterinya hanya setinggi dagunya, jadi ia merendahkan badannya hanya untuk sekedar berkata, "Ppopo dulu.." Sambil memanyunkan bibir penuhnya.

"Aish. Kau ini," meski protes, Minsung tetap saja menciumnya.

Oh ayolah, siapa yang mau menolak seorang Park Jimin?

Setelah adegan itu, Jimin pun pergi ke kamar untuk mandi dan berganti baju sedangkan Minsung kembali memasak. Senyum manis yang sedari tadi ia suguhkan kepada sang suami tiba-tiba lenyap begitu saja saat sang suami telah pergi. Ia masih belum siap mengutarakannya kepada Jimin.

"Sayang. Ada yang ingin aku bicarakan,"

Jimin yang sedang sibuk membaca sebuah novel pun menolehkan kepalanya kepada seseorang yang sedang memeluk manja perutnya.

"Bicaralah sayang, aku akan mendengarkan."

"Aku pergi ke dokter tadi."

Pergerakan iris Jimin terhenti, "Oh ya? Lalu?"

BANGTAN DADDY [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora