Daughter (4) [Jungkook]

8.5K 869 119
                                    

Masih membayangkan tentang masa lalunya, ia teringat bagaimana Hyojung terlahir di dunia ini. Malam menjelang 18 Februari 6 tahun silam, Jungkook menahan sakit pada ulu hatinya.

Sial, maag nya kambuh.

Sejak tinggal disini dia memang jarang makan, makan pun kalau ingat. Dalam pikirannya hanya satu, asal Jiseok dan bayinya bisa makan.

Ia merapatkan selimutnya dan menyamankan baringannya di sofa yang tak cukup bagus ini.

"Kook,"

Baru saja ia memejamkan mata, suara nyaring Jiseok mengganggu tidurnya. Ia bangkit dari tidurnya dan memandang ke arah Jiseok yang sedikit berkaca-kaca dan terlihat ketakutan. Ia jadi khawatir.

"Kook keluar darah, aku takut."

Jungkook melebarkan kedua mata, "Ya Tuhan. Perutmu sakit tidak?"

Ia dengan cekatan memapah Jiseok dan mendudukkannya ke sofa yang sempat ia tiduri tadi.

"Sedikit.. Aku rasanya ingin buang air besar, tapi cukup lama menunggu malah keluar darah. Bagaimana ini? Aku takut kook. Dawon Eonni bilang jika melahirkan itu sakit, aku-aku-aku takut."

Jungkook menggenggam tangan Jiseok dan mengelus-elusnya pelan, "Inilah saat yang tepat untuk menunjukkan kepada dunia jika kau adalah pejuang yang hebat. Melahirkan itu berjuang Seokie, tapi kalau kau tidak kuat lagi, katakan padaku. Aku akan bilang kepada dokter untuk mengambil jalan operasi."

"Yak! Operasi jidatmu? Uang siapa yang mau kau gunakan, ha?"

"Aku menabung untuk anak kita. Bahkan aku mendaftarkan asuran-"

"ARGH.. Sakit Kook!!" Jiseok meremas kuat kaos puma Jungkook, air matanya mulai berlinangan.

Jungkook sendiri mulai kalang kabut. Sungguh.. dari dulu hal ini yang selalu ia hindari saat guru Biologi menayangkan video tentang persalinan, ia lebih memilih tidur atau mengerjakan soal fisika di sela-sela pelajaran Biologi.

Namun, sekarang apa? Jungkook harus mengalaminya sendiri dan menyaksikan proses persalinan dengan mata kepalanya sendiri tanpa bantuan LCD dan proyektor.

Jiseok meronta-ronta kesakitan, ia yang dasarnya suka mengumpat dan cukup kasar pun sering kali mengumpat dan melontarkan kata yang -sedikit- tidak pantas kepada perawat-perawat disitu.

"SAKIIITTT!!! HEY KUNYUK ! KAU TEGA SEKALI MELIHATKU KESAKITAN BEGINI! ARRGGHH SUDAH MEMBUKA BERAPA INI KOOK? BERAPA?? AAA LAMA SEKALI!!! AKU SUDAH TIDAK TAHAN!"

"Masih empat nyonya, tolong bersabar. Masih enam lagi."

"MWOOOO?? MICHYEO NEO MICHYEO?? YAK! KOOK KAU KENAPA DIAM SAJA HAH? BANTU AKU! ARGH.. KAU DULU BERJANJI KALAU AKU SAKIT KAU JUGA AKAN IKUT SAKIT. Sakiiiittt iniii...."

Jungkook memandang ke arah kaki Jiseok yang bergerak terus menerus.

Ia menghembuskan nafasnya pelan, "Kau mau aku hamil juga?"

"Eo! Gantikan aku! Kau 'kan lelaki kuat. Ayo Kook ini sakit, sakit sekali..."

Jungkook mengusap rambut sahabatnya itu dengan perasaan iba, "Jika memang bisa aku sudah pasti akan menggantikan posisimu sejak dahulu."

"Pokoknya nanti setelah kita bercerai dan kau menikah lagi jangan hamili isterimu ! Bisa mati nanti dia jika merasakan sakitnya ini. ARRRGGHHH DOKTERRRR BANTU AKU!!!"

Hingga sekitar 30 menit -yang terasa sangat lama bagi Jiseok- kemudian Jiseok sudah seutuhnya pembukaan. Jungkook tak berani memandang ke arah kaki Jiseok, tidak! Dia tidak akan melihat bagian 'itu' Jiseok. Tidak!

BANGTAN DADDY [COMPLETED]Where stories live. Discover now