***

Salsa langsung menarik Luna keluar begitu pertunjukan berakhir. Ia sama sekali tidak bisa menikmati pertunjukan barusan. Ponselnya terus berdering, menampilkan nomor mamanya. Salsa mengangkat panggilan itu setelah lima kali mengabaikannya. Mengatakan pada Maria-mamanya seperti kesepakatannya dengan Luna sore tadi, bahwa Luna ada jam les tambahan mendadak. Namun tentu saja mamanya tidak percaya dan memintanya untuk segera membawa Luna pulang.

Salsa tidak menduga pertunjukan akan berakhir hingga jam 7 malam. Mamanya jelas khawatir. Karena Luna tidak pernah diizinkan keluar rumah setelah lewat dari jam 5 sore.

Meski terdesak, Salsa mengendarai motor dengan sangat hati-hati. Ia tidak pernah mau mengendarai dengan kecepatan lebih dari 40 km/ jam.

Seperti dugaannya, Maria sudah berdiri cemas di depan pintu rumah setibanya Salsa dan Luna di sana. Mamanya itu langsung menghampiri dan membantu Luna turun dari motor.

"Kamu nggak apa-apa, Sayang?" tanya Maria cemas. Ia membantu Luna melepas helm, kemudian mengusap rambut Luna.

Salsa mematikan mesin motor, kemudian turun dari sana.

"Tadi ada les tambahan, Ma. Jadinya Luna pulangnya telat," jawab Luna.

"Kamu sekarang masuk ke rumah. Mama mau bicara sebentar sama kakakmu."

"Ma, jangan marahin kak Salsa." Luna seolah tahu apa yang akan dikatakan mamanya pada Salsa. "Luna yang minta kak Salsa temenin Luna."

"Masuk!"

Satu kata dari Maria mampu membuat Luna berbalik dan menurut untuk masuk ke rumah.

Salsa baru saja melepas helmnya. Ia sudah bersiap menerima omelan mamanya tiap kali terlambat membawa Luna pulang.

"Sudah berapa kali mama bilang jangan bikin Luna kecapekan! Walaupun Luna yang minta kamu temenin maunya dia, kamu sebagai kakak harusnya tahu yang terbaik buat Luna." Maria mulai menceramahi Salsa. "Kondisi Luna nggak sama seperti anak-anak lain, Salsa. Dan kamu yang paling tahu apa yang buat Luna berbeda! Mama nggak akan bisa maafin kamu kalo kamu buat kesalahan yang sama!"

Salsa hanya menunduk, membiarkan mamanya selesai memarahinya hingga meninggalkannya sendiri di pekarangan rumah karena jengkel dengan sikapnya.

Salsa tidak langsung masuk ke rumah. Ia sengaja menghabiskan waktu lebih lama dengan duduk di motor sambil mengecek pesan yang masuk ke ponselnya. Ia mengabaikan pesan yang masuk di grup Chit Chat. Karena yang Salsa tahu, grup yang berisi 3 anggota itu hanya membahas seputar berbagai cara untuk membantu Salsa menaklukan si Kutub Es. Siapa lagi kalau bukan dari 2 sahabatnya yang paling cerewet-Nadin dan Fira.

Jari Salsa beralih pada sebuah kotak percakapannya dengan seseorang yang ia beri nama Miracle. Ia merasa miracle-nya semakin jarang membalas pesannya. Padahal biasanya, dalam keadaan sedih seperti sekarang ini, Salsa bisa bertukar pesan dengan orang itu hingga larut malam. Sampai Salsa melupakan kesedihannya sendiri.

Tapi belakangan ini momen itu sudah tidak pernah terjadi. Salsa memperhatikan kotak percakapan itu sekali lagi, lalu mencoba mengetik sebuah pesan untuk miracle-nya.

anastasyasalsa_: rupamu seperti apa?

***

"SALSAAAA!"

Salsa menutup kupingnya karena terkejut dengan suara nyaring Fira begitu memasuki ruang kelasnya pagi ini. Temannya itu langsung berdiri dan memaksanya melepas tas ranselnya.

"Ada apa, nih?" tanya Salsa heran ketika merasa tubuhnya diputar paksa oleh Nadin kemudian menggiringnya hingga keluar kelas.

"Lo belum kasih senyuman selamat pagi buat kak Galen, kan?"

My Ice Boy [Completed]Where stories live. Discover now