9 - Dan Dan DanGer!

Start from the beginning
                                    

"Lo sendiri aja. Nggak sama Kiya? Dia lagi pacaran sama Juli?" tanya Dion sembari mendudukkan diri di sebelah Gina.

"Yoi, males gue jadi obat nyamuk. Biar Pilip aja jadi obat nyamuk. Gue mah ogah." Gina kemudian meraih gitar yang Dion bawa. "Eh tapi, Yon."

"Hm? Kenapa?"

Gina mengeluarkan gitar akustik Dion dari gigbag dan memangku gitar tersebut. "Lo sadar nggak Pilip suka sama Kiya? Apa perasaan gue doang, ya?"

"Pilip emang suka Kiya dari dulu sebelum Juli ngomong dia juga naksir Kiya."

"Hah?! Seriusan?" Mata Gina kontan membulat. "Jadi Ijul nikung temennya sendiri?"

"Nggak bisa dibilang nikung sih. Kan Pilip nggak jujur dan nggak ngomong apa-apa ke Juli. Dia lebih memilih mengalah dan biarin Juli deketin Kiya."

"Kasian ya pilip-pilip. Apalagi dia sering liat orang yang dia suka bareng sama orang lain," Gina memetik senar gitar Dion dengan melodi menyedihkan.

Sepertinya, Dion juga merasakan apa yang Pilip rasakan. "Nggak tau kapan waktu yang tepat untuk menyatakan. Karena semua nggak pasti. Dia cuma bisa memendam dan memendam. Atau mungkin melepaskan adalah pilihan yang lebih tepat." Dion turut memetik gitar yang ada dalam pangkuan Gina. "Tapi Pilip seneng, seenggaknya Juli memperlakukan Kiya dengan baik."

Gina mengangguk setuju. "Gue harap akan ada cewek yang benar-benar baik buat Pilip."

Melodi yang muncul dari permainan gitar mereka mengalun dengan begitu indah.

Lihatlah bunga di sana bersemi
Mekar meski tak sempat kau semai
Dan suatu hari badai menghampiri
Kau cari ke mana, dia masih di sana

Walau tak semua tanya datang beserta jawab
Dan tak semua harap terpenuhi
Ketika bicara juga sesulit diam
Utarakan, utarakan, utarakan.

Dengarlah kawan di sana bercerita
Pelan ia berbisik, pelan ia berkata-kata
Dan hari ini, tak akan dimenangkan
Bila kau tak berani mempertaruhkan

(Banda Neira - Utarakan)

Gina dan Dion tersenyum mendengar lagu yang mereka nyanyian bersama. "Malam ini jangan lupa datang ke gigs gue."

"Malam ini?" tanya Gina terkejut. Gadis itu baru menyadari bahwa Gery juga mengajaknya makan malam di waktu yang sama.

Dion mengangguk. "Iya. Kenapa lo nggak bisa?"

"G-gue ...." Gina memeluk gitar Dion dan mendaratkan dagu di atasnya.

Dion memandang Gina penuh harap, menanti jawaban cewek itu.

"Hmm ... bisa kok bisa." Gina tersenyum sampai gigi gingsulnya terlihat jelas. "Tampil yang bener lo."

Senyum lebar pun terpatri pada bibir Dion. "Siap, Nyai. Tenaaang."

***

Malam ini Gina tampak begitu cantik mengenakan dress selutut berwarna pastel. Gadis itu terkejut saat Gery memberikan sebuket bunga untuknya.

"Makasih," kata Gina sambil tersenyum kaku.

"Sama-sama."

"Tapi ... hmm sorry, kayaknya aku nggak bisa lama."

"Lho, kenapa?" tanya Gery bingung.

"Kamu tau kan teman aku Dion? Dia lagi ada gigs," Gina melihat arlojinya, "satu jam lagi."

Halal Zone (SEQUEL FANGIRL ENEMY) [complete]Where stories live. Discover now