9 - Dan Dan DanGer!

Mulai dari awal
                                    

Mungkin Dion bukan manusia paling suci di dunia, namun ia sangat tahu bahwa cinta tidak akan merusak melainkan menjaga. Cinta bukan hanya untuk melampiaskan hawa nafsu. Cinta takkan membawa seseorang menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Karena cinta adalah cinta.

***

"Aku rasa ... kamu lagi ngehindar dari aku." Gery memulai pembicaraan karena Gina sedari tadi hanya berdiam diri. Aneh. Biasanya gadis itu begitu aktif. "Ada masalah?" tanya Gery lagi.

"Hm? Nggak, kok. Mungkin perasaan kamu aja." Gina memilin-milin ujung dress yang ia kenakan. Tak mungkin Gina berkata dengan jujur bahwa saat ini ia sedang berusaha menghindar. "Aku lagi banyak tugas aja."

Suasana kantin FISIP lumayan sepi saat ini. Gina meminum es jeruk yang sisa beberapa senti di permukaan gelas menggunakan sedotan. Gadis itu berusaha menghindari kontak mata dengan Gery yang kini duduk di depannya.

"Oh, oke." Gery tersenyum dan menyelipkan rambut Gina ke belakang telinga. "Kenapa kamu cantik banget kalau diam begini?"

Gina langsung tersedak. Melihat itu, Gery kontan tertawa.

"Jadi maksudnya kalau lagi nggak diem nggak cantik gitu?" tanya Gina agak sewot.

Gery menggeleng dan mengacak puncak kepala Gina. "Kamu selalu kelihatan cantik."

Entah mengapa, rona merah menjalar di permukaan pipi Gina. Namun, gadis itu berusaha keras meyakinkan diri untuk tidak terjebak dalam pesona cowok tampan ini.

"Malam ini ... aku mau ngajak kamu dinner."

"Tapi-"

"Sst!" Gery tersenyum manis dan meletakkan telunjuknya di depan bibir Gina. "Nggak ada penolakan. Oke?"

Sementara itu, Dion melepaskan jas labnya dan memasukkan jas berwarna putih tersebut ke dalam ransel sambil berjalan cepat. Menyusuri koridor fakultas teknik dengan langkah yang begitu tergesa. For your information, Dion mengambil program studi Teknik Nuklir.

Setelah jas labnya terlepas, penampilan Dion sama sekali tidak menggambarkan identitasnya sebagai anak eksak. Semua orang mungkin setuju bahwa penampilan Dion lebih seperti anak FIB atau FISIP yang terkesan begitu santai.

Seperti biasa, Dion mengambil gitar akustiknya yang terbungkus dalam gigbag kemudian mencangklongnya di atas bahu. Ia begitu bersemangat melanjutkan langkah ke arah gedung FISIP tempat Gina bersarang. Gina mengambil jurusan Cinematography bersama dengan Kiya. Sedangkan Pilip dan Juli mengambil jurusan Ilmu Pemerintahan.

Senyum Dion terulas lebar melihat Gina yang melamun seorang diri. Gadis itu duduk di gazebo kampus dan memandangi angsa-angsa yang berenang di danau buatan yang berada di tengah-tengah kampus mereka.

Dion berjalan mengendap-endap berniat untuk mengejutkan Gina.

"DAR!" Gina berbalik secara tiba-tiba dan mengejutkan Dion lebih dulu.

"AYAM!" Gadis itu terbahak melihat Dion yang latah.

"Dasar rese lo," gerutu Dion kesal.

"Lo yang rese."

"Elo lah."

"Lo."

"Lo."

"Lo."

"Au ah." Dion mencibir menyudahi perdebatan mereka yang begitu unfaedah.

Gina tertawa dan menepuk lantai gazebo di sebelahnya mengisyaratkan Dion untuk duduk.

Halal Zone (SEQUEL FANGIRL ENEMY) [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang