(29) Ikhlas?

45.4K 3.3K 258
                                    

Apabila mengikhlaskan adalah cara terbaik, aku akan berusaha.

-El-

Sorot bola mata hijau menatap kosong ke arah deretan jas mewah yang baru saja dikeluarkan oleh salah seorang desainer ternama di kota itu. Ia duduk terdiam diatas sofa tanpa mendengarkan sama sekali ocehan Evelyn yang berada di sampingnya.

"Var, lo dengerin gue ngomong nggak sih? cepetan pilih mana yang lo suka, udah dikeluarin semua tuh model yang paling baru dan keren banget

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Var, lo dengerin gue ngomong nggak sih? cepetan pilih mana yang lo suka, udah dikeluarin semua tuh model yang paling baru dan keren banget."

Bukannya menjawab cowok itu justru menoleh ke arah Evelyn dengan pandangan tajam dan memutuskan untuk bangkit.

"Pernikahan ini cuma kemauan lo, bukan gue. Jadi silahkan pilih sendiri jas yang bakal lo nikahin, karena gue nggak akan mau pakai jas itu untuk datang sebagai calon suami lo." ucap Varo lalu pergi dari hadapan Evelyn.

Sebelum sempat menyentuh pintu masuk, dihadapannya sudah berdiri ayahnya bersama dengan orang tua Evelyn yang notabene juga orang tua Vina. Cowok itu terdiam dengan rahang mengeras melihat ayahnya datang.

"Mau kemana?"

"Pergi."

"Nyawa dia ada di tangan papa,Varo."

"Jenner, jangan sekali-kali kamu menyentuh putriku." saut papa Vina yang tidak terima seluruhnya dengan keputusan yang dibuat.

"Kalau begitu, kita lihat bagaimana dia menyelamatkan orang yang dicintainya." jawab laki-laki itu sambil menyentuh pundak Varo yang langsung ditepis kasar olehnya.

"Kamu udah milih bajunya sayang?" tanya mama Eve ketika tiba-tiba gadis itu datang dan membaur dengan mereka.

"Udah ma, tinggal Varo yang belum, sama ada satu baju lagi yang belum sempet aku pilih." jawab Evelyn merangkul lengan mamanya dengan manja.

"Varo, masuk dan segera pilih baju kamu."

Cowok itu masih terdiam sambil melihat papanya dengan ekspresi datar. Sungguh, ia muak dengan hal yang berbau pemaksaan, apalagi jika hal yang dipaksa adalah sesuatu yang tidak ia sukai.

"Varo, masuk dan pilih baju kamu!!"

"Varo, kamu mau kemana?"

Tanpa memperdulikan teriakan papanya, cowok itu tetap berjalan meninggalkan bangunan bertulisan "Elly's", butik milik tantenya Evelyn.
Langkahnya membawa ia menuju mobil yang terparkir rapi di dekat trotoar. Tidak tau mau kemana, yang jelas ia ingin segera pergi dari tempat itu sekarang juga.

Dengan tangan yang masih sibuk menyetir, ia mengambil ponselnya untuk mencoba menghubungi Vina di ujung sana. Sebelum berhasil membuka layar utama, cowok itu menggenggam erat benda yang dia pegang dengan wajah kesal. Bukannya nomor ponsel Vina dan orang-orang yang ada di Paris sudah dihapus oleh Evelyn? lalu bukannya nomornya juga sudah diganti?

ALDANEL (2)Onde histórias criam vida. Descubra agora