(10) Dia istimewa

49.4K 3.3K 182
                                    

Gue nggak suka ada orang
lain yang berusaha jadi
'seistimewa' lo di hidup gue

-Al-

Tangan itu terpaut erat, melangkah bersisian diatas es dengan posisi tangan Varo yang satunya memegangi pinggang gadis itu agar tidak terjatuh. Hari ini mereka sengaja untuk pergi ke sebuah tempat ice skating. Karena Jerman sedang musim salju, tempat ini adalah salah satu yang paling diminati pengunjung.

Vina masih berusaha untuk berjalan lancar tanpa dipegangi Varo, tapi karena Varo juga takut gadis itu jatuh, Ia sengaja untuk tetap meletakkan tangannya di pinggang Vina.

"Al, jangan dipegangi."

"Kamu nanti jatuh El."

Bukannya menurut, gadis itu justru menatap Varo dengan sorot mata tajam membuat seseorang yang ditatap dengan berat hati perlahan melepaskan pegangannya. Ia benar-benar khawatir ketika melihat Vina mulai berjalan menjauh. Namun tanpa diduga gadis itu sudah mulai lancar dan seimbang berjalan diatas es.

Varo yang masih terpaku menatap Vina tidak ada persiapan untuk menghindari lemparan bola salju yang tiba-tiba datang. Cowok itu terkejut ketika dinginnya salju baru saja mengenai dahinya dengan lumayan keras.

"El,  apaan sih?" omel Varo sambil menggulung segenggam salju untuk siap dilempar kearah Vina.

Vina yang merasa namanya dipanggil menjulurkan lidahnya dan berusaha untuk menghindari lemparan balasan dari Varo. Alhasil, mereka justru bermain lempar-lemparan dan saling mengejar.

Semua orang yang ada disana tidak lagi berkutat dengan kegiatan mereka. Orang-orang justru mengamati ciptaan Tuhan yang saat ini seakan tidak peduli dengan makhluk tuhan yang lain. Berbagai tatapan kagum dan iri bertebaran dimana-mana. Pasalnya, dengan ekspresi datar saja mereka begitu mengagumkan, apalagi jika sedang sama-sama tertawa seperti ini. Sungguh, nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Hari ini, mereka berdua benar-benar tertawa lepas. Sifat dingin dan cuek itu melebur jadi satu untuk berubah menjadi sebuah 'keceriaan'. Varo yang berhasil menangkap Vina memeluk erat gadis itu.

"Capek"

"Siapa dulu yang ngajak main lempar-lemparan?" tanya Varo dibalas kekehan panjang oleh Vina.

Cowok itu berhenti tertawa dan menatap mata Vina dengan serius. Perlahan namun pasti ia mencium kening Vina untuk menyalurkan kehangatan.

Beberapa menit tetap dalam posisi yang sama, Varo melepas ciumannya dari kening Vina dan kembali menatap gadis itu.

"Aku benci sama kamu."

"Aku juga benci sama kamu."

Varo tersenyum dan mengangguk mengerti. Cowok itu kemudian balik badan dan berjongkok dihadapan Vina membuat gadis itu mengernyit bingung.

"Ayo naik, katanya capek."

Setelah mengetahui maksud Varo, ia menaiki punggung cowok itu dan mengalungkan kedua tangannya dileher Varo dengan erat.

"Aku berat nggak Al?"

"Berat"

"Berapa kilo?"

"98 kayaknya."

"Mulutnya ketahuan nggak pernah disekolahin." jawab Vina membuat Varo kembali tertawa dan menggendong Vina pergi dari tempat itu.

Di dalam mobil, Vina melepaskan kedua sarung tangannya dan meniup kedua tangannya untuk memberikan kehangatan. Ketika ingin kembali meniup, kedua tangan itu ditarik oleh seseorang yang berada di sampingnya. Varo meniup kedua tangan Vina berkali kali hingga suhunya berubah. Lalu,  ia beralih meniup tangannya kemudian menempelkan kedua tangan itu di pipi Vina agar gadisnya tidak kedinginan.

ALDANEL (2)Where stories live. Discover now