new classic | 14.

1.3K 412 157
                                    

bukan tanpa alasan mengapa yoojung yang cuma ahli selfie pakai kamera depan akhirnya memutuskan ikut ukm fotografi.

siapa lagi kalau bukan karena jimin, kakak tingkat yang sampai saat ini begitu didewakan oleh yoojung.


padahal tidak banyak yang patut dibanggakan dari mahasiswa semester lima itu.

tampan? ya relatif.

tinggi? hah, bahkan jimin tidak lebih tinggi dari anak sma yang banyak berkeliaran di taman kota.

kalau dinilai dari skala satu sampai sepuluh, jimin ini dapat nilai enam lah.

itu menurut jinyoung.


tapi menurut yoojung, ia akan memberikan nilai tertinggi untuk kakak tingkatnya itu.

tampan? jangan diragukan lagi.

tinggi? ya, jimin cukup tinggi untuk dirinya.

jadi, apa yang kurang?


"yoojung mau masuk fotografi gara-gara kak jimin, dan lo?"

chaeyeon melirik ke arah jinyoung yang membawa dua lembar kertas yang sama persis dengan milik yoojung.

"katanya mau ikutan badminton, nyoung, ga jadi?"

sewoon yang duduk di sebelahnya langsung merangkul chaeyeon, "jangan ditanya lagi dong, darl, udah jelas pasti jinyoung selalu ada untuk melindungi yoojung."


yoojung mau muntah rasanya. bukan karena kalimat terakhir yang diucapkan sewoon. tapi karena panggilan yang diberikan sewoon untuk chaeyeon.

yoojung tau jika dua kakak tingkat sekaligus tetangganya itu akhirnya bisa resmi jadian setelah melewati berbagai macam hal.

tapi darling?

ew..

ga cocok buat muka-muka kaya sewoon.


"muka kaya keset warung aja sok-sokan manggil darling."

itulah jinyoung. sekali menghina, sakitnya ga hilang sampai seminggu kemudian.

sewoon cuma bisa diam memegangi dadanya sambil terus mengikuti punggung jinyoung yang berjalan menjauh dari tempat duduknya.

chaeyeon mau ketawa tapi ga tega. masa dia harus ngetawain pacar sendiri, sih. walau memang benar sewoon tidak setampan itu, tapi sewoon ga separah itu juga.


"eh, raisa dan hamish."

hyunbin yang baru saja mau turun ke tangga sekre menyapa jinyoung dan yoojung yang naik bersamaan.

"raisa dan hamish apa, sih, kak."

hyunbin cuma cengengesan, "mau ke mana?"

jinyoung mengangkat lembaran kertas formulir pendaftarannya pada hyunbin, "sekre fotografi di mana, kak?"

hyunbin menunjuk salah satu bilik ruangan dengan pintu yang ditempeli sebuah poster berlatar belakang gelap.

"masuk aja, sekre lagi sepi."


memang sekarang masih jam efektif kuliah. jadi tidak begitu banyak orang yang menganggur di sekre ukm. tapi dosennya yoojung dan jinyounga katanya, sih, masih mengantar istrinya cek kehamilan, jadi jam kuliahnya saat ini kosong.


"gimana lo sama anak baru itu?"

"oh yoojung."

mendengar sayu-sayup suara yang menyebut nama yoojung dari dalam sekre membuat yoojung seketika menghentikan langkahnya.


"kayanya dia udah mulai tertarik ke gue."

jinyoung melirik ke arah yoojung.


"jadi lo siap-siap aja keluar duit."

"wah, wait, sob, perjanjian kita, kan, sampe kalian jadian."

"sekali tembak juga gue yakin dia mau."


yoojung masih membeku di tempatnya.

ia tahu, sangat tahu jika seseorang yang bicara di dalam sana adalah jimin, kakak tingkat yang selama ini ia anggap baik hati dan juga menyimpan ketertarikan padanya.


tapi apa,

ternyata dirinya hanya dijadikan bahan taruhan.


braaaakk!

yoojung yang tenggelam dalam pikirannya langsung terkisap kaget saat pintu sekre ditendang paksa oleh jinyoung.

"jin-"


"bangsat!"

jimin dan satu orang temannya langsung berdiri penuh amarah, "siapa lo!"

jinyoung berjalan mendekat ke arah jimin dan melempar kertas pendaftaran yang kini telah menjadi gumpalan padanya.

"shit!" sebuah umpatan kembali keluar dari bibir jimin.


tanpa aba-aba lagi, jinyoung yang sudah dipenuhi dengan amarah langsung melayangkan kepalannya pada jimin.

tak terima temannya dibuat terjatuh, lelaki di samping jimin langsung memukul balik jinyoung.

belum sempat jinyoung bangkit, jimin sudah mendekat lebih dulu padanya dan melayangkan pukulan bertubi.


yoojung tak bisa berbuat apa-apa kecuali duduk bersimpuh dan menangis melihat perkelahian di hadapannya. bahkan hanya untuk berkata berhenti, yoojung tak mampu.


bunyi benturan berkali-kali tentu saja menarik perhatian yang lain. 

"WOY APANIH?"

"HANTAM BOS HANTAM!"

"ASTAGFIRULLAH"

dan suara riuh langsung memenuhi gedung di lantai dua fakultas ekonomi. ada yang bertepuk tangan seakan mendukung, dan ada yang menyuruh untuk berhenti.  


tampaknya perkelahian itu tak akan berhenti berhenti.

sampai yoojung memberanikan diri untuk maju dan menarik tubuh jinyoung ke belakang.

yoojung masih menangis kencang.


dan suasana mendadak sunyi saat seseorang berjalan mendekat dan berdiri di ambang pintu sekre fotografi.


omar seongwoo.

sang wakil ketua bem fakultas ekonomi.





new classic ✤  

astagfirullah

apasih ini

semakin sampa saja huhu

new classic― jinyoung ; yoojung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang