Remember Them - Tiga

154K 6.2K 337
                                    


Sebelumnya, untuk RM-Dua emang nggak ada ya udah aku unpublish. Itu cuma isinya pertanyaan-pertanyaan aja kok. Jadi nggak usah bingung ya. Dan selamat membacaa ^^

Besok, aku mulai hapus random beberapa part yaa. Maaf harus dihadapu cerita EL nya. Salam perpisahan ya buat semua readers yang udah setia baca EL. 

DAN JANGAN LUPAA AYO NABUNG UNTUK BELI NOVEL EL YANG AKAN KELUAR AKHIR BULAN INI ATAU BULAN DEPAN DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA, TOKO BUKU LAINNYA DAN JUGA ADA PRE-ORDER ^^ 

Selamat Membaca ~

*****

Ify membuka matanya yang memberat, tanganya terjulur ke samping bersamaan dengan kepalanya yang ikut tertoleh. Kening Ify berkerut, pria itu tak ada disampingnya. Ify menghela napas, dengan keadaan masih cukup mengantuk ia membangungkan tubuhnya. Kedua matanya tersorot pada jam dinding, menunjukkan pukul 03.00 a.m.

Ify segera bangun dan berjalan keluar kamar, untuk menemui suaminya yang sudah dapat ia pastikan ada diruang kerjanya.

****

Ify membuka pintu ruang kerja Rio pelan-pelan tak ingin mengejutkan suaminya. Bibirnya tersenyum kecil, melihat sosok pria yang sangat ia cintai itu sedang berkutik dengan benda persegi, bahkan tak menyadari kehadiranya.

"Bukanya aku nyuruh kamu buat tidur?"

Suara Ify berhasil mengejutkan Rio, kepala pria itu langsung terangkat. Rio membalas senyum Ify.

"Kenapa bangun?" tanya Rio lirih.

"Kamu juga kenapa bangun? Bukanya temenin aku tidur," balas Ify tak mau kalah. Ia berjalan mendekati Rio setelah menutup kembali pintu ruang kerja suaminya.

Rio menjulurkan tanganya, menyambut kedatangan istrinya.

"Aku masih ada beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan untuk rapat besok siang,"

"Yaudah ditunda aja rapatnya.!" sewot Ify.

Jujur, bukanya ia tidak ingin mengerti kesibukkan atau pekerjaan suaminya. Ify sangat mengerti, namun ia tidak bisa membiarkan suaminya selau gila kerja tanpa istirahat sedikitpun. Ia sangat khawatir dengan kesehatan Rio.

"Jangan marah. Maaf," bujuk Rio. "Sini,"

Rio menarik lengan Ify, mendekatkan tubuh Ify kedirinya.

"Ayo tidur lagi," ajak Ify.

"Kurang sedikit lagi Fy, kamu duluan ke kamar habis ini aku su..."

BRAAKKK

Tanpa rasa takut maupun iba, Ify langsung menutup laptop Mario yang masih dalam kondisi menyala. Ify sengaja melakukanya agar Rio jerah dan tidak melawannya.

"Fy... Belum aku simpan laporanya...." ucap Rio dengan kedua mata terbuka lebar. Ia memandangi laptopnya tanpa bisa berkedip.

"Mangkanya, Aku bilang tidur ya tidur! Suka bantah istri sih!" kesal Ify, ia menyentakkan tanganya yang digenggam Rio. Raut wajahnya berubah marah.

Rio memilih mengalah saja, ia tidak ingin membuat istrinya marah. Ditambah lagi saat ini Ify sedang hamil tiga bulan. Masa kandungan yang cukup rawan. Rio mengangguk sembari tersenyum.

"Maaf sayang." ucap Rio "Ayo tidur lagi,"

Ify akhirnya bisa tersenyum lagi, ia puas mendengar jawaban Rio. Mereka berdua pun bersamaan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur mereka berdua yang tertunda.

****

Rio menarik selimut untuk mereka berdua, ia memiringkan badanya untuk menghadap sang istri, begitupun dengan Ify. Posisi mereka saling berhadap-hadapan saat ini dan cukup dekat.

ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang