Pertemuan Singkat - the King -

1M 40.4K 3.4K
                                    

Bandara Soekarno Hatta, 12 Juni 2016

"Tuan, Jadwal sore ini rapat dengan sekjen BPC singapura, dan juga kita akan langsung ke malaysia menghadiri conferensi furdl "

"Untuk malamnya, anda mendapat undagan ke pesta pernikahan anak sultan ta—"

Rio menghentikkan sekertarisnya, ia mengambil Handtask (layar kecil berisikan segala agenda, seperti sebuah Ipad) dan membacanya sendiri. Kakinya semakin cepat ia langkahkann. Ia tak suka dengan hal yang membuang-buang waktunya.

Ia masuk kedalam jet pribadi keluarga , siang ini ia harus sudah sampai di singapura. Banyak rapat menantinya.

"Apa kursi ini belum diganti seperti yang saya suruh kemarin?" tanyanya dingin, berdiri dari tempat duduknya semula. Semua cap-pilot dan pramugari terdiam menunduk.

Rio tersenyum sinis,

"Layani saya dengan baik dan selamat sampai singapura"

"Setelah itu, silahkan kirim surat pengunduran diri kalian semua"

Rio melepaskan jas hitamnya, memberikan ke sekertaris yang sedari tadi sedia di samping. Dengan wajah enggan Rio kembali duduk di kursi yang sudah membuat mood.nya buruk.

Tak bisa ada perlawanan, bahkan untuk menghela nafas kecewa saja tidak diperbolehkan. Cap-pilot dan pramugari hanya bisa pasrah dan kembali ke tugas mereka. Protes? Sama saja mereka mengirimkan nyawa mereka hidup-hidup. Membicarakan di belakang ? Silahkan saja di coba, atau kepala dan tubuh kalian berpisah begitu saja dalam hitungan kurang dari satu jam.

Kejam? Bukan mengajarkan tentang kejam, tapi Rio selalu memegang prinsip printahnya untuk dipatuhi, janjinya untuk ditepati, waktunya untuk ketidak sia-siaan.

****

3 hari yang mematikan. Ia bekerja seperti anjing gila, untuk tidur terkadang tak bisa. Pekerjannya menuntut dirinya untuk selalu on .

Rio menutup laptopnya, menyenderkan kepala pada kursi dengan kedua tangan mulai memjiat pelipis yang terasa menegang. Menghembuskan nafas berkali-kali, berhadap udara segar dapat menyemangatinya.

DRRTTDRTTT

Sebuah panggilan masuk dari ponselnya, Rio melihat ke layar ponsel. Nama "Mom" tertera disana. Rio tak perlu fikir panjang dan segera menerima panggilan tersebut.

"Iya Mom?" sahut Rio dengan suara lemah.

"Kamu besok tidak ada rapat bukan? Pulanglah. Istirahat dirumah untuk 1 hari"

Suara wanita paruh baya terdengar memohon, Rio mengembangkan senyum simpul.

"Jangan merengek. Aku akan pulang" jawab Rio menenangkan sang Mama.

Rio menutup sambungannya, berdiri dari kursinya dan mengambil jasnya. Ia merapikan beberapa tumpukan map, memasukan laptop kedalam tas kerjanya, kemudian melangkagkan kakinya ke pintu. Ia memilih untuk pulang saja malam ini, dengan langkah tanpa energi keluar dari ruang kerjannya.

Di depan pintu, sang sekertaris sudah siap berdiri menanti, bersama dengan beberapa bodygard yang sudah melayaninya selama 5 tahun. Rio masih tetap mencoba berjalan dengan penuh wibawa, ia tak pernah menunjukkan kelemahannya kepada siapapun. Menunjukkan kelemahan dirinnya sama halnya dirinnya memberikan satu peluang kepada lawannya.

Sekertaris dan bodygard mengikuti Rio dari belakang.

"Bagaimana rumah di Real Estate Jaugar ? "

ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang