PART XXIV

11.5K 400 21
                                    

DUA PULUH EMPAT


"Kayaknya gue perlu bantuan lo sekarang deh, Dev," ucap Daniel menatap kosong ke ponsel yang layarnya sudah mati, menampilkan kegelapan di layar tersebut.

Alis Deven menyatu mendengar ucapan Daniel yang tak dimengertinya. "What?" tanya Deven menghampiri Daniel yang masih terdiam.

Daniel mendelik kesal pada Deven. " Lo budek ya? Gue bilang gue perlu bantuan lo."

"Ye malah nyolot. Gue kan nanya lo perlu bantuan gue apa?" tanya Deven lagi.

Daniel membuang napas dengan kasar lalu membalikan badan menatap sahabatnya itu. "Sekarang mending lo mandi terus pake kemeja dan jas kaya gue gini," suruh Daniel mendorong badan tegap Deven untuk masuk ke dalam kamar Deven.

Deven memberontak, "yaelah, ngapain sih, Dan? Kan gue udah bilang gue gak mau dateng ke sana."

"Ini penting, Dev, lain cerita pokoknya. Kita gak ada waktu, ayo cepetan!"

"Gue gak mau."

"Lo mandi sekarang juga atau gue mandiin di sini!" ancam Daniel dengan penuh penekanan.

"Ah elah, ngapain sih gue harus ke sana? Emang ada apa sebenernya? Trus tadi yang nelpon siapa?" Deven melotot kesal pada Daniel.

"Gak ada waktu buat ngejelasin dulu, Dev."

"Gue gak mau ke sana kalau gak ada alasannya," kata Deven melipat tangannya di. dada.

"Dev, ini penting banget. Demi Maurel, lo gak mau liat Maurel hancur lagi, kan?" tukas Daniel.

Tanpa membalas ucapan Daniel, Deven pun langsung bejalan masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Daniel yang tersenyum kecil karena berhasil membuat Deven menuruti perintahnya.

Kalau sudah membawa nama Maurel, disuruh terjun ke jurang pun sepertinya dituruti oleh Deven.

Sekali lagi, cinta memang buta.

"Dev, gak usah mandi! Langsung cuci muka sama gosok gigi aja! Gue ke bawah dulu ngambil pakaian lo di mobil," teriak Daniel tepat di depan pintu kamar mandi Deven.

"Gak perlu, di lemari gue masih banyak kemeja sama jas yang lebih bagus dari lo!! " balas Deven tak kalah berteriak dari dalam.

"Ini perintah bukan penawaran! Lagian itu emang udah disiapkan khusus buat lo, mubazir kalo gak dipake!" Tak mendengar balasan dari Deven di dalam sana, Daniel pun beranjak untuk keluar dari dalam kamar Deven, untuk mengambil pakaian lengkap yang sudah disiapkan oleh keluarganya untuk Deven. Mulai dari kemeja putih, dasi, sampai celana bahan dipilih oleh Maurel sendiri. Menurutnya, Deven adalah tamu special yang harus datang ke pestanya dengan penampilan yang tak kalah mempesona dari pengantin prianya.

"Gue yakin setelah ini lo bakalan berterima kasih sama gue, Dev." Daniel tersenyum lebar. "Sekali brengsek memang akan selalu brengsek!! Gue heran kenapa bisa bersahabat sama manusia sebangsat dia," sambung Daniel melunturkan senyuman dan menyisahkan tatapan tajam dan rahang mengeras.

Entah apa yang dimaksud oleh Daniel, yang jelas keinginannya yang sebelumnya sudah padam kali ini kembali berkobar.


= = = = = M B A = = = = =


TOK TOK TOK

-1 MARRIED BY ACCIDENT [ REPOST ]Where stories live. Discover now