PART XXI

11.2K 373 10
                                    

DUA PULUH SATU

Satu minggu telah berlalu, Varo menempati janjinya untuk membawa kedua orangtuanya datang menghadap keluarga Maurel dan melamar Maurel secara resmi. Varo sama sekali tak menjelaskan maksud lamaran yang dilakukan secara tiba-tiba itu dengan jujur, lagi-lagi ia mengatur cerita yang menyatakan bahwa posisinya saat ini ingin membantu Maurel yang sedang kebingungan. Varo belum berani menjelaskan semuanya di depan kedua orangtuanya, dengan alasan bahwa ia masih belum siap untuk melihat wajah kecewa papa dan mamanya, bagaimanapun juga dia adalah anak pertama yang sangat diandalkan oleh kedua orangtuanya.

Papa dan mama Varo sempat terkejut dan tak percaya akan keputusan anak pertamanya itu, karena yang mereka ketahui Varo sedang menjalani cinta bersama Kimy sampai saat ini bahkan Varo berencana menikahi Kimy disaat mereka menyelesaikan perkuliahan mereka. Apalagi keputusan pernikahannya bersama Maurel terbilang terburu-buru.

"Papa, Varo mau nikah, tolong lamarin Varo," pinta Varo dengan cepat dan lancar membuat papanya yang saat itu sedang meminum kopi tersedak dan mamanya yang sedang membaca majalah langsung menjatuhkan majalahnya.

"Dengan Kimy, Nak?" tanya Nyonya Fidel setelah sadar akan keterkejutannya.

"Bukan, Ma."

"Lalu dengan siapa sayang? Kamu sama Kimy kan udah pacaran lama, sejak kapan kalian putus?" tanya Nyonya Fidel kembali seraya membantu suaminya yang masih terbatuk-batuk dengan mengelus punggungnya.

"Sama Maurel, Mah."

"Maurel adik dari Daniel?" Kali ini Tuan Fidel yang bertanya.

Istrinya menggelengkan kepala, " tunggu-tunggu, Mama gak ngerti sama semua ini, kamu pacaran lama dengan Kimy tapi nikahnya dengan Maurel yang sama sekali gak Mama tau kedekatan kalian."

"Aku mau bantu Maurel, Mah, Maurel diperkosa. Masalahnya orang yang udah perkosa Maurel itu kabur dan gak mau bertanggung jawab, dan aku tergerak untuk membantu Maurel, apalagi melihat sahabat aku yang sangat hancur menerima kenyataan yang harus dilalui adiknya itu." Varo menjelaskan dengan tenang tanpa ada gangguan sama sekali. Ia menceritakan hal tersebut tanpa beban seakan-akan cerita itu memang kenyataannya, bukan alur cerita yang ia atur sendiri. Varo sangat direkomendasikan untuk menjadi seorang aktor, atau penulis fiksi paling tidak.

Hari itu Varo berhasil membuat kedua orangtuanya hampir pingsan karena terkejut atas segala yang keluar dari bibir Varo. Walau sempat heran dan tak percaya, namun melihat wajah penuh harap Varo mereka pun akhirnya menuruti kemauan anaknya untuk segera dinikahkan dengan Maurel. Dan saat itu pula kedua orangtua dari Maurel dan Varo bertemu dan menyetujui rencana pernikahan kedua anak mereka.

Sempat kembali dikagetkan oleh informasi bahwa ternyata Maurel saat ini sedang mengandung, tapi rencana pernikahan itu tetap berjalan dengan lancar. Tanpa diketahui oleh Varo, kedua orangtuanya ternyata sudah mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini, mereka menduga bahwa anak yang sedang Maurel kandung itu adalah darah daging Varo bukan orang lain. Dari awal Varo bercerita pun mamanya tidak mempercayai ucapan Varo, mungkin papanya akan cepat percaya tetapi seorang ibu pasti akan mengetahui ketika anaknya berbicara kebohongan. Yang menjadi pertanyaan mereka adalah, kenapa Varo menyembunyikan kenyataan itu dan menciptakan alur cerita dengan sendirinya?

"Kakak mau konsepnya kaya gimana?" Suara Maurel membuat Varo kembali sadar dari lamunanya.

Saat ini mereka berdua sedang berada di salah satu kantor weeding organizer yang terkenal di bilangan ibu kota Jakarta. Kedua keluarga itu memutuskan untuk menikahkan Varo dan Maurel satu bulan lagi dari perhitungan seminggu yang lalu.

-1 MARRIED BY ACCIDENT [ REPOST ]Where stories live. Discover now