PART XVI

11.5K 406 3
                                    

ENAM BELAS


"Lo mau ngomong apa sih, Dev, sebenernya? Sejam lo di sini tapi kagak ada tuh hal penting yang mau lo omongin seperti yang lo bilang tadi di LINE," gerutu Daniel seraya melempar Deven dengan majalah yang terletak di sampingnya dan tepat terkena sasaran—Kepala Deven.

"Gue bingung." Deven beranjak dari balkon kamar lalu menghampiri Daniel yang sedang duduk di atas tempat tidurnya.

"Pegangan."

"Serius."

"Makanya lo ngomong, lah lo dari tadi diem aja kaya orang sakit gigi jadi gue gak tahu mau ngasih solusi apaan."

"Tapi lo jangan emosi dulu ya."

"Iya."

"Jangan potong omongan gue."

"Iya."

"Jangan---"

"Buset dah, iya, Dev, iya. Gue akan diem sampe lo selesai ngomong." Daniel mendelik kesal terhadap sahabatnya yang entah telah dirasuki oleh setan apa sampai bisa semenyebalkan ini. Biasanya di antara mereka, Varo lah yang selalu mencari ribut terhadap Daniel, dan Deven yang selalu menengahi mereka berdua.

"Jadi kemaren pas gue di Surabaya gue di chat sama si Varo."

"Ngapain tuh setan nge-chat elo?"

"Tuh kan, lo tadi udah janji gak motong omongan gue." Deven memberikan pelototan kepada Daniel yang langsung membuat Daniel bungkam seketika.

"Oke maaf lanjutin."

"Dia ngajak ketemuan gitu trus gue iyain aja kan, gue pikir dia mau ngomong hal penting makanya sampe berani nge-chat gue. Trus tadi ketemu lah gue sama dia di tempat biasa."

"Kok lo gak ngajak gue sih?" protes Daniel berteriak. " Maaf, refleks." Daniel menahan ucapannya karena kembali mendapatkan tatapan geram dari Deven.

"Ini mau dilanjutin gak, sih?" omel Deven kesal, karena dari tadi Daniel selalu memotong omongannya dengan pertanyaan-pertanyaan protesan.

"Yaelah, Dev, lo kaya cewek lagi haid aja emosian, udah lanjutin."

"Awas sekali lagi lo motong-motong omongan gue, gue potong otong lo," ancam Deven membuat Daniel meringis seraya memegang benda pusakanya.

Deven menghela napas lalu kembali melanjutkan ceritanya, "Varo nuduh gue, dia nuduh gue nyabut beasiswanya si Kimy. Padahal gue sama sekali gak tau apa-apa tentang beasiswanya Kimy yang tiba-tiba dicabut, walaupun gue pengen banget liat Varo menderita tapi gue gak selicik itu sampe bawa-bawa Kimy ke masalah ini. Varo emang brengsek, kita tau itu. Tapi kita juga tahu betul kalau Kimy itu gak pantes untuk masuk ke penderitaan yang Varo perbuat, Kimy itu sama kaya Maurel. Sama-sama pihak yang gak berdosa."

"Udah lo boleh ngomong." Deven melirik Daniel yang sejak tadi terdiam meskipun beberapa kali membuka mulut ingin berbicara, tetapi ia tahan karena takut akan mendapatkan omelan dari Deven.

"Bener, Kimy gak pantes dapet balasan dari perbuatan bejat Varo. Dia gak tau apa-apa," terang Daniel membenarkan ucapan Deven. "Tapi yang gue bingungin, siapa yang nyabut beasiswanya si Kimy?" sambung Daniel dengan mengelus dagunya.

"Bukannya elo?" tuduh Deven menatap mata Daniel dengan sinis.

"ENAK AJA! BUKAN YAELAH!" teriak Daniel tak terima.

-1 MARRIED BY ACCIDENT [ REPOST ]Where stories live. Discover now