PART I

25.5K 734 5
                                    

SATU


"Kayaknya aku udah bener-bener kena hipnotisnya Kak Varo deh, atau jangan-jangan pas mama Kak Varo hamil dia ngidam narkoba? udah sejam di sini tapi gak pernah bosen-bosen liat wajahnya yang ganteng itu. Malahan mau lagi-lagi, dan lagi. Ah ini mah aku aja yang crazy. Liat Kak Varo pup pun tetep enak dipandang," gumam seorang gadis cantik yang sedang memandang ke arah lapangan.

Lebih tepatnya, ke arah pemuda yang sedang asyik bermain basket seorang diri di tengah lapangan itu. Pemuda yang gadis itu panggil bernama Varo.

"MAUREL GRACEYLA VIRENDRA!" Sedang asyik-asyiknya mengagumi ketampanan Varo, gadis yang ternyata bernama Maurel itu dikejutkan oleh teriakan yang berhasil memecahkan keheningan di lorong kampus sedari tadi.

Mau tak mau Maurel pun mengalihkan pandangannya dari pemuda tampan itu untuk melihat sosok gadis yang tadi meneriaki namanya. Sebenarnya, tanpa menoleh pun Maurel sudah tahu pasti siapa pemilik suara yang telah mengganggu keasyikannya itu, tetapi Maurel juga sangat paham jika ia tak menengok atau menyahutinya, sahabatnya itu akan terus berteriak memanggil namanya tanpa henti sampai Maurel menyerah dan mengalihkan pandangan terhadapanya, gadis itu adalah sahabat Maurel--- Lefanny Delvinda.

"Lo main lari aja sih, Rel, tau gak sih gue tuh dari tadi nungguin lo di depan kelas lo," gerutu Lefa saat sudah berdiri di hadapan Maurel dengan napas yang terengah-engah.

"Hehehe, maaf deh Lefa sayang, gue kan gak tau kalo lo mau nungguin gue. Lagian lo sendiri juga gak bilang apa-apa ke gue," balas Maurel terkekeh kecil.

Maurel memang menjawab keluhan Lefa, namun matanya tetap fokus kembali memandang ke arah lapangan. Ternyata Varo sudah tak memainkan bola basketnya melainkan duduk di tengah lapangan dengan mengipas-ngipas wajahnya dengan handuk kecil. Entah Maurel yang mempunyai kekuatan ajaib atau efek dari cinta, Maurel merasa bisa melihat titik-titik keringat yang membasahi tubuh Varo dengan bau keringat yang sangat memabukkan. Kalau orang lain akan merasa geli dengan Varo yang dibasahi keringat, berbeda dengan Maurel yang merasa Varo terlihat semakin sexy.

Lefa mengikuti arah pandangan sahabatnya dan melihat sosok Varo, pujaan hati Maurel. "Alesan, bilang aja lo mau buru-buru karena mau liat Kak Varo main basket." Lefa membalas ketus.

"Yah ketahuan hehe."

"Rel... gue tuh heran sama lo. Kok lo gak ada bosen-bosennya sih kaya gini?"

"Kaya gini gimana?"

"Look at me," suruh Lefa karena Maurel tak kunjung melihatnya.

"Ntar dulu, Lef."

"Now." Lefa memberikan nada tegas yang langsung dituruti oleh Maurel.

Dengan wajah kesal, Maurel memandang sahabatnya yang sudah berjongkok di hadapannya. Kesal karena Lefa sudah merusak acara pandang-pandangan dengan Varo. Tidak pandang-pandangan sih, orang cuma Maurel yang mandangin Varo dengan mupeng, sedangkan Varo sibuk dengan dunianya. Poor you, Maurel.

"Kenapa? Kaya gini apa maksud lo?" tanya Maurel tanpa menyembunyikan nada ketus dari suaranya.

"Lo gak capek mencintai sepihak? Mengagumi sosok Kak Varo yang menurut gue tuh bukan boyfriend material. Emang lo gak sakit hati apa dicampakkin sama dia? Gak dianggep sama dia? Rel, wake up lo sama dia tuh gak akan bisa bersatu. Mending lo liat sekeliling lo, masih banyak cogan yang dengan senang hati mencintai lo," tutur Lefa mengeluarkan isi hatinya yang selama ini ingin ia keluarkan.

-1 MARRIED BY ACCIDENT [ REPOST ]Where stories live. Discover now