PART XV

11.7K 414 3
                                    


LIMA BELAS

Dikeheningan malam, Maurel hanya bisa berdiam diri sendiri menghindar dari beberapa orang yang sejak tadi menanyakan kondisinya. Setelah kejadian di café tadi Maurel kembali membisu seperti beberapa waktu yang lalu pasca awal malam yang kelam, membuat kedua kakak serta orangtuanya heran dan khawatir atas apa yang sebenarnya terjadi pada Maurel, sampai-sampai Maurel enggan untuk membuka suara kepada mereka. Karena tak mau memaksa, mereka pun membiarkan Maurel menyendiri mengurung diri di dalam kamarnya. Menurut mereka, mungkin itu bisa membantu Maurel menenangkan diri dan kembali menjadi Maurel yang ceria seperti sedia kala.

Daniel menyangka jika perubahan adiknya ini ada sangkut pautannya dengan si brengsek Alvaro, karena tadi pagi saat dia mengantar adiknya ke toko buku terdekat, dia merasa Maurel baik-baik saja bahkan manja dan ceria seperti biasa, tak ada tanda-tanda yang menyebabkan Maurel kembali menjadi sosok tak tersentuh seperti ini.

Daniel sempat ingin menghubungi Deven dan menceritakan tentang apa yang terjadi saat ini, namun segera diurungkan oleh Daniel karena teringat jika Deven sekarang sedang berada di Surabaya untuk mengikuti meeting mewakilkan papanya yang sedang terbaring sakit.

"Maurel, udahan ya ngurung dirinya. Kita makan yuk," ajak Daniel untuk kesekian kalinya, namun yang didapatkan tetap keheningan di balik pintu tersebut.

Sudah beberapa kali Daniel serta Irene bergantian untuk mengajak adik bungsunya itu makan malam bersama, namun Maurel tetap diam tak merespon ajakan mereka, bahkan mommy dan daddy nya pun sudah ikut turun tangan memanggil Maurel tapi tetap mendapatkan respon yang sama.

"Rel, nanti kamu sakit lho, Sayang." Daniel kembali melanjutkan ajakannya.

Hanya Daniel yang mengetahui kondisi Maurel yang sedang mengandung, oleh karena itu ia terus menerus mengajak Maurel untuk makan demi kebaikan kandungannya. Sudah berkali-kali Daniel ingin mengucapkan kalimat yang menyinggung kandungan Maurel agar Maurel bisa memikirkan kandungannya, tetapi selalu ia tahan kembali karena bagaimanapun juga Maurel tidak mengetahui kalau Daniel sebenarnya sudah tahu bahwa dia sedang mengandung.

"Rel." Daniel menyandarkan kepalanya ke pintu kayu kamar Maurel.

"Kak, kayaknya kita harus telpon Kak Deven deh," sahut Irene yang sejak tadi menemani Daniel.

"Buat apa?"

"Buat bantu kita rayu Maurel biar mau makan, efeknya Kak Deven buat Maurel kan besar banget."

"Tapi Deven lagi sibuk, Ren."

"Apa salahnya nyoba, Kak."

"Ah gak usahlah nanti yang ada ngerepotin dia di sana."

"Yaudah, trus ini gimana?"

"Kamu turun aja temenin Mommy dan Daddy makan malam duluan, biar Kakak yang bujuk Maurel lagi," perintah Daniel yang langsung dituruti oleh Irene.

Setelah kepergian Irene, Daniel kembali memutar otak mencari jalan agar Maurel mau ikut makan malam bersama.

"Rel, kata orang kalau gak makan dari pagi nanti sesuatu yang ada di perut jadi busuk lho, Rel." Daniel memberikan informasi dengan asal.

Ah entahlah,, hanya itu ide yang terlintas di otak Daniel.

Daniel mengangkat kepalanya setelah mendengar kasak-kusuk dari balik pintu tersebut. "Maurel."

"Iya-iya aku makan." Maurel membalas dengan cepat di dalam sana.

Maurel membuka pintu kamarnya lalu segera turun ke lantai bawah, untuk ikut dalam makan malam tanpa memperdulikan Daniel yang masih berdiri di depan pintu kamarnya, sedang termenung.

-1 MARRIED BY ACCIDENT [ REPOST ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang