#6. The Past

15 1 0
                                    

Forest, ??? 08.00 PM

Normal POV

Klenting!

  Nero hanya mengaduk-aduk sup di depannya tanpa selera, " Hey, kenapa supnya tidak dimakan? " tanya Naomi. Nero menggelengkan kepalanya, " Tidak nafsu, ngomong-ngomong Seiko kemana? " Naomi menyipitkan matanya sesaat sebelum menjawab pertanyaan Nero, " Atap. "

  Nero keluar meninggalkan supnya yang masih utuh, kemudian ia menaiki tangga yang berada di samping rumah dan naik ke atap. " Seiko? " Seiko menoleh ke arah Nero dan senyuman kecil tertarik dari sudut bibirnya. " Supnya belum dimakan, ya? " Nero terdiam, bukankah sedari tadi Seiko tidak di dalam?

' Positive thinking! Mungkin saja ada bagian atap yang berlubang, jadi Seiko bisa mengintip. ' pikir Nero.

" Kalau kau mengira atap ini bolong, tidak. Aku tahu karena tidak ada bau daging dari mulutmu. " Sekali lagi Nero terdiam mendengar pernyataan Seiko.

  Nero duduk di samping Seiko, menatap bintang-bintang di malam hari. Seperti orang pacaran memang, tapi apa daya mereka baru saling mengenal dan tidak menjalani hubungan apapun (Jadi mohon maaf bagi yang ship Neko).

" Apakah kau tahu, mengapa kita bisa berada di sini? " tanya Seiko, Nero menggeleng tanda tak tahu. " Yang aku ingat, 2 hari yang lalu kedua orang tuaku diban-- " " Jadi kau yatim piatu juga? " Seiko menutup mulutnya menyadari apa yang baru saja ia katakan.

" Juga? Tapi teman-temanmu bilang-- " " Shh! Diamlah! " Nero poker face akan bibirnya yang ditutup oleh telapak tangan Seiko. " Kita bicarakan orang tuamu dulu. " ucap Seiko sambil melepaskan bekapannya pada Nero.

  Nero menarik nafas panjang, kemudian membuangnya sebelum memulai kisahnya.

Flashback

Nero POV

" Tadaima! " Hening, tidak ada jawaban. Aneh, biasanya orang tuaku akan menyambutku dengan senyuman manis yang terpampang di wajah mereka.

" Tou-san! Okaa-chaaaaan!!!! " Walaupun sudah berteriak, masih saja belum ada jawaban. Aku mulai berlari ke kamar orang tuaku yang berada di lantai 2.

Klik!

  Dikunci?! Aku mendorong pintu itu sekuat tenaga, percuma saja! Aku mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang. Lalu...

" HYAAAAAAAAA!!!!! "

BRAK!

  Pintu terpental lumayan jauh, (bukan sampai lubang hitam ya readers). Ketika aku ingin memanggil mereka, kurasa sudah tidak perlu. Orang tuaku tergeletak di lantai, bersimbah darah dan di pojok ruangan berdiri seorang lelaki yang berpakaian serba hitam. Sambil menggenggam sebuah pisau.

Flashback End

Normal POV

" Lalu? " tanya Seiko antusias, " Aku membunuhnya dengan pisau daging ini! " jawab Nero sambil mengacung-acungkan pisaunya ke langit. Seiko menguap bosan mendengar kisah Nero, " Biasa saja. " Nero mematung, kemudian dengan gerakan kilat ia mencengkram kaus Seiko, " Kalau begitu, mari kita dengar kisahmu. "

  Kuatnya, batin Seiko, " O-okay, tapi lepaskan tangan lucknutmu dari pakaianku yang suci ini. " Nero membuang nafas dengan kasar setara dengan tangannya yang melepaskan cengkramannya dari baju Seiko.

Flashback

Seiko POV

Tok tok!

  Aku membuka mataku karena mendengar suara ketukan di pintu kamarku. Aku memeluk boneka teddyku dengan erat, aku tahu itu bukan orang tuaku karena mama bilang jika ada yang mengetuk pintu kamar saat tengah malam, jangan dibuka karena 'itu' bukan manusia.

Tok tok!

  Aku menyelimuti diriku dengan selimut agar 'dia' tidak bisa melihatku. Sepi, perasaan takutku semakin kuat dan membuang jauh-jauh ide untuk berteriak minta tolong.

' Tidak! ' Aku keluar dari persembunyianku dan berjalan mendekati pintu. ' Aku harus berani! ' Perlahan aku menggengam gagang pintu dengan perasaan campur aduk.

Akan kubuka pintu ini dan mengambil senjata apapun yang dibawa olehnya, kemudian menghabisinya.

K

reet! Grab!

  Aku menahan pisau yang hampir menyobek wajahku, aku melihatnya. Wajah pria itu, wajah yang tidak dapat kulupakan seumur hidupku.

 Wajah pria itu, wajah yang tidak dapat kulupakan seumur hidupku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" Kau hanya anak kecil, menyerahlah. " Pria itu melebarkan senyumannya, melihat itu aku menarik pisau itu sekuat tenaga. Perlahan-lahan pisau itu mulai terlepas dari genggamannya.

" M-mustahil! " Pria itu menarik kembali pisaunya, tetapi dengan cepat pisau itu berada dalam genggamanku. Kutusukkan mata pisau itu pada dadanya sampai seluruh bagian pisau menancap sempurna ke dalam dadanya.

Bruk...

  Pria itu tumbang dengan satu tusukan, aku menatap tanganku yang berlumuran darah. Aku telah membunuh, pasti mama dan papa akan marah.

" Tapi kan aku membunuh orang jahat! Pasti mereka akan bangga! " Aku berlari ke kamar orang tuaku yang berada di samping kamarku dan membukanya dengan gembira.

" MAMA! PAPA! AKU MEMBU- " Mama... Papa... penuh... darah...

" Ma? " Aku mengguncang tubuh mamaku, dingin adalah kata pertama untuk menjelaskan keadaan mama. " HUAAAAA! "

Flashback End

Normal POV

" --AAAAAAAA!!! "

Plak!

  Seiko menampar pipi Nero, kemudian mengelap wajahnya yang berlumuran dengan air suci Nero, " Kemudian, aku pindah dari Morioka ke Tokyo dan mengganti identitasku. " Nero mengelus pipinya yang perih dan melirik Seiko. " Jadi, nama aslimu siapa? "

  Seiko menghela nafas, " Aku menceritakan ini karena aku tahu kau adalah orang yang pandai menjaga rahasia, sekarang aku percayakan ini padamu dan berjanjilah padaku kalau-- " " Aku janji! " ucap Nero sambil mengangkat tangannya, Seiko tersenyum kecil melihatnya. " Watashi wa namae, Tanaka Mai "

TBC

759 words *tebar bunga*

-Kiazu12

Dark Killer : When your world is filled with killers [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now