#5 Cannibal Forest (2)

12 1 2
                                    

Seiko POV

  Sialan! Mereka sudah bangun rupanya, kupotong dedaunan yang menghalangi jalanku tanpa memerdulikan apakah aksiku akan terlihat atau tidak. Aku mencapai tanah kosong di belakang rumah, di sana aku menyembunyikan 9 orang pria kanibal yang menyerangku tadi siang.

" Bisakah kalian diam?! "

  Bentakkanku berhasil membuat mereka terdiam, maksudku berhenti bergerak karena mulut mereka sudah kusumpal dengan dedaunan dan ranting. Tidak lupa diikat agar tidak lepas.

" Haha, untuk apa aku menyuruh kalian diam? Kalau katanya orang dewasa itu sudah bisa berfikir sendiri dan bijak dalam memilih tindakan. " aku menampar pipiku sendiri supaya sifatku tidak keluar lagi.

" Kau tahu, tubuh seorang pria cukup untuk 9 hari? " tanyaku sambil menjambak rambut salah seorang dari mereka, " Dan dengan jumlah kalian sebanyak ini, persediaan makan kami cukup untuk 3 bulan. "

  Aku melepas jambakanku dan kembali ke dalam rumah, " Naomi? " tanyaku ragu pada sosok yang duduk di teras rumah, tetapi keraguanku hilang ketika ia menengok padaku.

" Supnya enak. " puji Naomi padaku yang duduk di sampingnya, lampu ruangan telah dimatikan sehingga keadaan hampir gelap jika sinar rembulan tidak menerangi kami.

" Pakai daging apa? " tenggorokanku tercekat mendengar pertanyaan Naomi. Aku harus jawab apa?, batinku, " Bu-burung! Ya, daging burung! " jawabku pada akhirnya, cukup masuk akal bukan?

  Naomi mengernyitkan dahinya kemudian, ber'oh' panjang. Tidak salah ia agak bingung, karena sedari tadi belum ada satu binatang pun yang lewat, bahkan serangga pun tak tampak.

" Aku tidur duluan ya~ " ucapku pada Naomi sambil melangkah masuk, Naomi mengikutiku dan menutup pintu tanpa sepatah kata pun.

Forest, ??? 07.00 AM

" Ngah! "

  Itu lagi, itu lagi! Mimpi yang kualami selalu terulang terus setiap malamnya. Gambaranku saat membunuh orang untuk pertama kalinya, selalu membayangiku setiap saat bahkan, di saat genting seperti ini.

  Aku memijat pelipisku yang terasa pusing, menyebalkan memang, tetapi apa daya aku tidak bisa menghentikan sebuah mimpi saat tertidur.

Tok tok!

" Siapa? " tak ada yang menjawab pertanyaanku, padahal aku yakin barusan ada yang mengetuk pintu. Aku menggenggam pintu geser dengan kuat bersiap untuk apapun yang menungguku di luar sana.

(Seiko : Author mulai lebay nih)
(Author : Eh, cunguk belum waktuna iki)

Sret! Shiing! Grep!

  Aku membuka pintu dengan cepat, bersamaan dengan itu sebilah pisau daging hampir mengoyak wajahku kalau saja aku tidak cekatan dalam menangkap pisau.

" Reflekmu bagus juga. " ucap lelaki muda yang berdiri di hadapanku saat ini. Ia memiliki rambut coklat yang hampir sama dengan Satoshi, aku jadi kasihan sama Kaito diantara kami hanya dia yang memiliki rambut berwarna biru.

" Kanibaru Nero. " Nero mengulurkan tangannya padaku, tetapi tangan yang lain menampar tangan Nero dengan kasar, " Di sini tidak boleh pacaran! " ucap Satoshi dengan kesal sambil merangkulkan lengannya padaku.

Duak!

" Gomen! Temanku memang seperti itu sifatnya. " aku meminta maaf pada Nero, sedangkan Satoshi mengelus-elus 'barang berharga'nya sambil mengaduh kesakitan, " Seiko kau kejam. " ucap Satoshi di sela-sela 'aduh'annya.

  Aku hanya memutar bola mataku dan memfokuskan diriku pada Nero, " Jadi, kamu ingin apa? " tanyaku, " Kalau kau ingin menyakiti Seiko akan kupenggal kepalamu. " Aku dan Nero menoleh ke dalam dan agak terkejut melihat Naomi yang masih dalam posisi berbaring, tetapi matanya melotot seperti ingin keluar dari tempatnya.

" Seiko, ya? Namanya bagus. " ucap Nero memecahkan ketegangan di antara kami, " Arigatou, Watashi wa namae Kunaifu Seiko. " Aku memperkenalkan diriku sambil menepuk-nepuk pipi mulus Nero, si empunya pipi hanya terdiam tak berkomentar.

" Masuklah, aku akan membuat sup daging-- " " LAGI?! " ucapanku dipotong oleh Kaito yang langsung terduduk dari semedinya (baca:tidur). " Ya, kenapa? " tanyaku pada Kaito. " Tidak apa-apa, aku mau tidur lagi saja. " " Kaito itu anak orang kaya, pantas saja ia tidak mau makan daging terus agar tidak gemuk. "

  Kami--kecuali Kaito--terkikik geli karena ledekan Satoshi, beberapa saat kemudian hanya Satoshi yang masih tertawa. " Kenapa kalian berhenti tertawa? " tanya Satoshi, kami menunjuk ke arah Kaito yang sudah bersiap membidik dengan shotgunnya. " I'm just kidding man, please don't kill me. "

  Satoshi memohon pada Kaito agar tidak mencabut nyawanya, untungnya Kaito mengabulkan permohonan Satoshi dan menyimpan kembali shotgunnya. " Hari ini, kau kumaafkan. Tapi, tidak lain kali. " Lesson Learned : Jangan meledek Kaito atau kepalamu akan pecah karena tembakan Kaito.

TBC

-Kiazu12

Dark Killer : When your world is filled with killers [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now