Ternyata, sedari tadi ... adiknya itu tengah menyalakan rekaman. Sungguh, ide brilliant sekali bukan?

"Nggak mau!" seru adiknya sambil berlari kecil, keluar dari kamar sang kakak.

---

"Nah gitu dong dari tadi," ucap Sherly memecah keheningan di perjalanan. Dia tertawa puas karena rencananya berjalan dengan mulus.

"Basi tahu ancaman lo."

"Basi sih basi, tapi manjuuuur. Makanya kalo punya mulut tuh disaring dulu. Nggak tahu apa punya adik pinter gini."

"Pinter pala lu peang!" Alvaro menoyor kepala Lyly.

Karena sang adik merekam perkataannya ketika ngatain Mamanya, akhirnya mau tak mau Varo pun bersedia mengantarkan sang adik. Daripada kena omel Mamanya atau bahkan nggak dikasih uang bulanan, yaaah nyerah aja deh.

Varo mah bisa apaatuh?

---

"Ma, Lyly berangkat dulu yaaa," pamit Sherly berteriak.

Mulai hari ini, Sherly masuk Sekolah Menengah Atas. Sekolah yang sama dengan Kakaknya, Alvaro.

Karena hari ini masih masa pengenalan, jadi Lyly harus berangkat sangat pagi. Ia diantar oleh Pak Udin, sedangkan Varo ... jangan ditanya, laki-laki itu masih bermalas-malasan tidur meskipun ini bukan hari libur.

Hari-hari masa pengenalan pun berjalan dengan lancar, kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari itu sangat tak terasa, hingga pada akhirnya Lyly telah resmi menjadi siswi di SMA Candrawinata, sekolah swasta milik teman Papanya.

"Bang cepetan dong, udah hampir pukul tujuh nih," rengek Lyly ketika melihat Kakaknya masih
bermalas-malasan tidur di sofa sambil menonton televisi.

"Kalo mau bareng gue ya sabar dong. Kalo nggak mau sabar sih sana pergi duluan aja. Males banget gue mesti ngikut upacara. Udah panas, nanti keringetan, nggak ada gunanya banget," jawab Varo ngasal.

Lyly mengerucutkan bibirnya, ucapan Kakaknya membuat ia kesal. Bagaimana tidak? Jam sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit, sedangkan upacara di mulai pukul tujuh tepat. Belum lagi jarak tempuh dari rumahnya ke sekolah memakan waktu lima belas menit. Tetapi, Kakaknya
saja belum siap berseragam, bagaimana bisa ia sampai tepat waktu. Oke, alamat kesiangan.

"Lah terus gue gimana?"

"Bomatlah."

"Astagfirullah ... nggak guna banget sih gue punya Abang kayak elo."

"Lo pikir gue mau punya Adek kayak elo," jawabnya masih denga nada yang kelewat santai.

"RESE LO!" teriak Lyly yang akhirnya berjalan keluar dan berniat mencari taxi. Namun, keberuntungan sedang
tak berpihak kepadanya, karena tak ada satu pun taxi yang melewati rumahnya. Ditambah handphonenya sedang service, sehingga ia tak bisa memesan ojek atau taxi online. Oh, sungguh! Hari yang teramat sial. Ada rasa ingin kembali masuk ke rumah, tapi dia telanjur gengsi untuk memohon pada Kakak sablengnya.

Ketika jam menunjukan pukul tujuh lewat empat puluh lima menit, Varo baru keluar dari rumah dengan motor kesayangannya. Ia mendapati Adiknya yang sedang berjongkok di depan gerbang rumah dengan wajah yang sudah pasrah.

ANGELWhere stories live. Discover now