Chapter Five

1.1K 112 9
                                    

Aku terbangun di tempat tidur rumah sakit yang sangat nyaman, wajah yang pertama kali aku lihat adalah wajah Harry dan Dr. John.

“Jake–dimana dia?” tanyaku, mengejutkan mereka berdua yang sedang bercengkrama dengan satu sama lain, namun wajah Dr. John terlihat sedikit jengkel ketika sedang bercengkrama dengan Harry.

Dr. John mendekat padaku. “Dia pergi, Nona Thompson. Maafkan aku,” jawabnya muram.

“Oh, harusnya memang dari awal aku tidak berharap lebih dari dia,” kataku. “Aku harusnya sadar bahwa pasti dia tidak akan mau menemuiku.”

Dr. John seperti ingin mengatakan sesuatu, namun keinginannya itu seperti tertahan karena sesuatu. Tapi kali ini aku tidak akan menanyakan mengapa dia menahan keinginannya. Pikiranku terus bertanya-tanya, kapan aku akan bertemu dengan Jake? Apakah takdir tidak akan mempersatukan aku dan Jake kembali? Bahkan sampai aku mati? Entahlah, tetapi kini aku tidak yakin jika nyawaku akan bertahan lebih lama dari satu tahun.

“Hazel,” ucap Harry yang langsung menempati kursi kosong di samping tempat tidurku. Akupun mendongak dan mendapati sepasang mata berwarna hijau yang sangat indah. “Kau harus melakukan kemoterapi, oke? Tidak ada alasan lagi, kau harus melakukan terapi itu besok pagi. Aku akan berada disampingmu, selalu.”

Aku menundukkan kepalaku. “Baiklah, tetapi melakukan kemoterapi tidak akan bisa menjamin akan kesembuhanku, bukan?” tanyaku.

“Tidak ada yang bisa menjamin kesembuhan seseorang, Nona Thompson,” balas Dr. John. “Bahkan aku yang seorang dokter, tidak bisa menjamin kesembuhanmu. Hanya Tuhan yang tahu–apakah nantinya kau akan sembuh, atau tidak.”

“Tenang saja, aku yakin gadis kuat sepertimu akan sembuh dari penyakit kronis ini,” celetuk Harry, ia tersenyum untuk memberikan kesan meyakinkan kepadaku.

“Aku? Kuat?” tanyaku meyakinkan sambil tertawa palsu. “Kau pasti bercanda.”

Namun jauh dari perkiraanku, Harry menggelengkan kepalanya dan tersenyum kembali. “Tidak, tidak, aku tidak bercanda,” katanya. “Aku tahu kau adalah seorang gadis yang sangat kuat, kau itu seperti roda sepeda yang kempis, hanya membutuhkan sedikit bantuan untuk kembali seperti semula. Kau itu hanya sedikit rapuh karena meninggalnya kedua orang tuamu dan kaburnya kakakmu yang kurang ajar itu–“

“–TIDAK! KAKAKKU BUKAN SESEORANG YANG KURANG AJAR!” seruku yang sudah diluar kendali. “Jaga perkataanmu, Harry.”

Harry menghela nafas. “Oke, maafkan aku, Hazel. Aku tidak bermaksud,” ucapnya. “Sekarang kau tidur, aku akan selalu berada di sampingmu. Jika kanker itu kambuh kembali, kau hanya perlu memanggil namaku.”

“Kau tidak harus terus berada disampingku, Harry,” kataku. “Pulanglah, aku yakin Ibumu sekarang sedang cemas karena anak laki-lakinya belum pulang juga, padahal hari sudah larut malam.”

“Aku tidak akan pulang, Ibuku pasti akan mengerti, Hazel,” Ia menggelengkan kepalanya sejenak lalu melanjutkan perkataannya kembali. “Lagipula, aku sudah mengerimkan Ibuku sebuah pesan singkat yang menjelaskan bahwa aku tidak akan pulang karena aku akan menjagamu semalaman.”

***

Suster dari rumah sakit Lenox Hill membuka tirai kamarku seraya tersenyum, kemudian layaknya suster-suster lain, ia menyapaku, “Selamat pagi, Nona. Apakah anda ingin sarapan sekarang? Lebih cepat anda sarapan, lebih cepat juga anda melakukan kemoterapi. Dan jika anda melakukan kemoterapi, itu berarti anda selangkah lebih maju menuju kesehatan. Jadi saya sarankan anda memakan sarapan sekarang.” Ia memberikanku semangkuk bubur beserta segelas air mineral yang tadinya berada di atas nampan.

“Kurasa kau seharusnya menaruh air mineral ini di meja itu,” ucapku seraya menolehkan kepala kearah meja kecil yang berada di samping tempat tidurku. “Karena tidak mungkin aku memakan bubur ini sambil memegangi air mineral itu, bukan?”

Suster yang memakai nametag bertuliskan Ms. Josephine Kerrigan itu tertawa kecil. “Ah ya–maafkan atas keseleboran saya, Nona,” katanya. “Jangan laporkan saya pada kepala rumah sakit ini, oke? Saya akan dipecat jika anda melaporkanku.”

“Kau ini terlalu berlebihan, Ms. Kerrigan,” kataku, kini giliran aku yang tertawa kecil karena sikap Ms. Kerrigan yang terlalu berlebihan. “Mana mungkin aku akan melaporkanmu kepada kepala rumah sakit ini hanya karena sebuah keseleboran kecil?”

“Sebetulnya tadi saya hanya berusaha menghiburmu, Nona Thompson,” ucapnya. “Karena saya tahu rasanya mengidap penyakit yang kronis.”

Aku membelalakkan mataku. “Kau–pernah mengidap suatu penyakit mematikan?” tanyaku.

Ms. Kerrigan mengangguk. “Ya, tapi saya berhasil pulih dari penyakit itu. Saya sangat bahagia ketika dokter mengatakan bahwa saya berhasil melawan penyakit itu,” jawab Ms. Kerrigan. “Ngomong-ngomong, cepat makan habis buburmu. Dr. John akan datang sebentar lagi, dan jangan lupa persiapkan mentalmu sebelum melakukan kemoterapi, konon katanya melakukan kemoterapi itu sangatlah sakit.”

“Baiklah, aku akan segera memakan bubur ini,” kataku. “Tetapi biarkan aku mengajukan satu pertanyaan lagi untukmu.” Ms. Kerrigan mengangguk kembali, menandakan bahwa ia mempersilahkanku untuk memberikannya pertanyaan lagi. “Dimana laki-laki berambut ikal yang sudah menemaniku semalaman suntuk? Apa dia sudah pulang?” tanyaku.

“Ya, dia sudah pulang,” balasnya. Lalu Ms. Kerrigan mengambil sebuah kotak kecil yang terletak di meja kecil tak jauh dari tempat tidurku. “Kotak ini terletak di depan pintu kamar perawatanmu, Nona Thompson. Kurasa ini hadiah dari laki-laki berambut ikal itu.”

“Terima kasih telah memberitahuku, Ms. Kerrigan. Aku akan membuka kotak ini sekarang,” ucapku berterima kasih kepada Ms. Kerrigan. Kemudian, aku membuka kertas berwarna biru yang membungkus kotak tersebut, namun ketika ingin membuka penutup kotaknya, Dr. John masuk ke dalam kamarku.

“Oh, Nona Thompson. Kau seharusnya sudah menghabiskan bubur itu sebelum aku sampai di rumah sakit ini,” kata Dr. John. “Sekarang, aku meminta tolong kepadamu untuk menghabiskan bubur itu. Sepuluh menit dan kau sudah harus menghabiskan buburnya, setuju?”

***

TO BE CONTINUED!

A/N: Maaf banget kalo updatenya lama :(

My First & Last Summer LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang