Chapter Four

1.2K 115 18
                                    

Wednesday, June 18th 2013

Manhattan, New York, United States

11.25 AM

“Mungkin aku akan dibunuh karena mengatakan ini–tetapi aku harus memberitahumu, Nona. Kemarin malam ketika aku ingin pulang, seketika saja rumah sakit ini menjadi gelap. Tetapi aku tidak peduli, aku tetap berjalan menuju pintu keluar rumah sakit ini karena keluarga-ku sudah menunggu untuk makan malam bersama.  Namun, ketika aku baru melangkahkan kaki kira-kira tiga langkah, ada seseorang yang menutup mulutku dengan sapu tangan dan menyeretku ke ruangan yang kebetulan sedang kosong pada waktu itu.

Aku berusaha meminta tolong dengan berteriak, tetapi tidak bisa, ia masih menutup mulutku dengan sapu tangannya. Dan kau tahu siapa orang itu? Jake Thompson, kakak yang dulunya selalu kau banggakan karena kepintarannya di hampir seluruh pelajaran, ah–aku merindukan masa-masa itu. Masa-masa dimana setiap satu minggu sekali aku selalu datang ke rumahmu untuk memeriksa keadaan Mark, Anne, Jake dan juga kau karena dulu aku adalah dokter pribadi keluarga-mu.”

“A-apa? T-tidak mungkin ia datang ke rumah sakit ini,” ucap Hazel terbata-bata, sudah menjadi tipikalnya berbicara terbata-bata ketika sedang panik, terkejut, atau gugup. “Tadi pagi seseorang utusan dari FBI menemuiku dan bilang ia sudah membunuh 9 orang tak bersalah dan sekarang dia sedang dicari-cari oleh FBI, CIA, dan GPA. Jake tidak mungkin sebegitu nekatnya pergi ke rumah sakit hanya untuk bertemu kau, Dok.”

“Tapi kenyataannya memang dia pergi ke rumah sakit ini. Jake menanyakan kondisimu dan bagaimana cara untuk menyembuhkan penyakit kanker darah yang di deritamu, akupun menjelaskan kepadanya bahwa kau mungkin bisa menggunakan cara seperti; kemoterapi, transplantasi sum-sum tulang; dan terapi radiasi. Dia masih peduli dengan-mu, Hazel, dia masih menjadi seorang Jake Thompson yang sangat menyayangi adik perempuannya–“

“–Namun dia bukan seorang Jake Thompson yang selalu baik, dia bukan Jake yang aku kenal,” timpal Hazel.

“Hazeline Anne Thompson,” kata Dr. John, menarik napas dalam-dalam untuk sejenak, tipikal Dr. John. “Jangan mudah percaya dengan orang-orang itu. Aku memang tidak tahu pasti apakah Jake melakukannya atau tidak, tapi aku rasa dia belum benar-benar berubah. Dan dia bilang hari ini ia akan kembali menemuiku di rumah sakit ini, di ruanganku. Jadi, datanglah ke rumah sakit ini pada pukul 5 sore dan kau akan bertemu kembali dengan Jake, kau bisa berbicara dengannya secara baik-baik, kau juga bisa melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuknya yang selama ini kau pendam di lubuk hatimu.”

Hazel tidak tahu harus bagaimana, hatinya mengatakan bahwa ia sangat merindukan kakaknya itu. Tetapi, otaknya tidak begitu. Otaknya terus memikirkan kejadian ketika Jake meninggalkan rumah dan kasus-kasus yang ‘kabarnya’ pernah dilakukan Jake; membunuh orang, meledakkan sebuah restoran, dan masih banyak lagi.

“Hazel, aku tahu kau merindukannya,” kata Dr. John. “Jika kau ingin melepaskan kerinduan itu, datanglah, aku akan menjagamu disini untuk berjaga-jaga jika saja dia memang sudah berubah. Dan aku juga tak akan lupa memintanya mendonorkan tulang sum-sum untuk mu.”

Hazel’s POV

“Baiklah, aku akan datang,” aku memberitahunya. “Aku berharap dia benar-benar datang nanti.”

Seulas senyuman terukir di wajah Dr. John, raut wajahnya terlihat seperti ia baru saja mendapat uang sebanyak satu miliar dolar. “Setelah berbulan-bulan, akhirnya aku bisa melihat Thompson bersaudara bersatu kembali,” ucapnya. “Dan soal terapi radiasi… Jika kau ingin melakukannya, kurasa kau harus menjalani rawat inap di rumah sakit ini. Kapan kau ingin melakukannya? Hari ini?”

“Hari ini? Kurasa aku tidak bisa, walaupun aku tahu pasti lebih cepat lebih baik. Tapi aku mempunyai janji dengan seseorang, Dok,” kataku.

Sebenarnya, aku masih bingung dengan persoalan yang diceritakan oleh Dr. John tadi. Sudah berbulan-bulan aku tidak bertemu Jake, tetapi ketika ia mempunyai sedikit waktu untuk menyelinap bertemu dengan seseorang, mengapa dia memilih untuk bertemu Dr. John di rumah sakit? Mengapa dia tidak pergi ke rumah dan berbicara denganku?

“Dok, jika Jake mempunyai sedikit waktu luang untuk menemui seseorang, mengapa dia tidak pergi ke rumah saja dan menemuiku? Mengapa dia memilih untuk pergi ke rumah sakit dan menemuimu?” tanyaku.

“Tadinya aku juga berpikiran seperti itu,” balas Dr. John. “Namun dia memberitahuku bahwa rumahmu secara diam-diam telah dipasang CCTV oleh FBI, mereka melakukan itu agar jika saja Jake kembali ke rumah, mereka dapat mengetahuinya. Mereka memantau rumahmu setiap hari,” Dr. John menekankan kalimat terakhir sembari menatapku lurus.

Ini sudah benar-benar diluar batas, orang-orang itu memasang CCTV di rumahku tanpa izin pemiliknya? Mereka orang-orang formal, tetapi tidak mempunyai etika atau sopan santun.

“Terima kasih atas informasinya, Dok,” kata Hazel seraya mengulam senyumannya. “Aku harus pergi sekarang karena  aku harus menepati janjiku.” Hazel bangkit dari kursi pasien dan berjalan keluar dari rumah sakit, dilihatnya Pearson sudah membukakan pintu mobil.

Ia memasuki mobil itu. “Terima kasih, Pearson,” ucapnya. “Kita pergi ke kedai kopi kemarin, kuharap jalan raya Manhattan hari ini lancar.”

“Baiklah, Nona.”

*      *      *

“Lama sekali,” ucap Harry sarkastik sambil melipat kedua tangannya di bawah dada.

“Maaf, jalan raya Manhattan hari ini sangatlah padat,” kataku. “Dan aku tidak bisa berlama-lama disini, aku harus menemui kakakku di rumah sakit. Apakah aku sudah bercerita kalau Jake melarikan diri dari rumah karena–“ Aku tidak melanjutkan perkataanku, tidak, bukan karena Harry memotong perkataanku, tetapi karena aku baru menyadari bahwa aku tidak sengaja memberitahu Harry kalau Jake akan berada di rumah sakit pada pukul 5 sore. Bagaimana kalau Harry akan melaporkan hal ini kepada FBI, CIA, atau buruknya, GPA?

Harry membelalakkan matanya dan seketika saja mulutnya berbentuk huruf O bulat. “A-apa? Jake Thompson, dia kakakmu? Dan dia akan berada di rumah sakit?” Tanya Harry. “Bolehkah aku ikut denganmu?”

“Beri aku satu alasan kenapa aku harus mengizinkanku ikut denganku.”

“Karena aku ingin menjagamu,” ucap Harry. “Dan jika alasan itu tidak cukup untukmu, kau bisa menggunakanku untuk membantu mengamankan agar tidak ada orang yang tahu bahwa Jake berada di rumah sakit.”

Aku mengangguk. “Aku setuju dengan yang kedua, ayo kita pergi menuju rumah sakit.”

Aku dan Harry bergegas ke mobil dan pergi ke rumah sakit untuk menemui Jake, untungnya, jalan raya Manhattan kini sudah ditangani oleh polisi setempat sehingga tidak lagi terjadi kemacetan jangka panjang. Kami hanya butuh waktu satu jam untuk dapat sampai di rumah sakit ini.

“Dimana dia?” Tanya Harry sambil menggantikan peran Pearson–ya, dia membukakan pintu mobil untukku.

“Ikuti aku saja,” jawabku. Aku berjalan menuju ruangan Dr. John yang terletak tak jauh dari pintu masuk rumah sakit, namun seketika saja listrik di rumah sakit ini menjadi padam. Aku yang sudah tahu bahwa ini adalah tanda kalau Jake sudah berada di rumah sakit, langsung berlari sangat cepat, tidak peduli jika Harry bisa mengikutiku atau tidak.

Tetapi aku merasakan darah mengalir dari hidungku,

Lalu semuanya menjadi lebih gelap dari sebelumnya, aku tidak dapat merasakan apa-apa lagi.

*      *      *

TO BE CONTINUED!

A/N: Vote + Comment, ya! xx

My First & Last Summer LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang