Chapter 37 : Operation Eagle Forces ( Aden Gulf Plan of Operations )

717 29 4
                                    

 Di Jakarta . . . . . . .

Pagi hari ini Nabilah sedang menata tanaman di pekarangan rumahnya. Ini merupakan kebiasaan barunya sejak menjadi istri dari Zelado dan tinggal di rumah dinas TNI AD. Tangan - tangannya tampak cekatan dalam merapikan polybag yang berantakan karena semalam Jakarta diguyur hujan lebat. Dibalik itu ada pikiran yang kini tak bisa membuatnya terus terbayang - bayang. Pikiran itu tertuju kepada Zelado yang kini sedang menjalankan tugas negara. Namun ia tetap berusaha untuk berpikiran positif selama ditinggal suaminya pergi bertugas.

"Kesan.......

Kesan.........

Kesan.......

Kesan.......

Indahnya insan dimabuk cinta

Lupa akan segala - galanya

Menggambarkan cinta yang abadi 

Suka cita untuk selama - lamanya 

Asmara......

Asmara.........

Asmara........

Asmara.......

Cinta yang datang begitu saja

Tiada kuasa hati  menentang

Kurasa engkau begitu juga

Kaupun jatuh cinta dengan penuh gairah

Namun rasannya lihat matamu

Kaupun tersipu jumpa diriku

Apakah ini awalnya cinta?

Satukan rasa kita berdua......."

Nabilah menata polybag itu sambil menghibur diri dengan melantunkan lagu yang pernah dinyanyian oleh Gemi. Mungkin cara ini ia lakukan untuk mengusir kesunyiannya selama ia sendiri di rumah. Belum lagi selama seharian penuh Nabilah sama sekali tidak ada kegiatan. Tak lama setelah selesai menyirami tanaman, Nabilah menyiapkan makanan untuk makan malam. Hari terasa sendiri ketika suaminya pergi bertugas. Setelah itu Nabilah hanya duduk di kursi dekat jendela sambil memandang langit senja.

"Mas Zelado, kuharap kamu bisa melaksanakan tugasmu dengan baik. Di sini aku akan selalu mendoakanmu supaya diberikan kelancaran dan bisa kembali ke sini dengan selamat." Kata Nabilah berharap.

Nabilah pun mengambil kalung yang pernah diberikan oleh Zelado sewaktu terjadi serangan udara ATC di Bangka Belitung. Nabilah menggenggam erat kalung itu.

Di rumah sakit Jakarta . . . . .

Saat ini Yessa masih berada di ruang istirahat para perawat sambil menyaksikan televisi.

"Pemirsa, saat ini pemerintah Indonesia masih melakukan negosiasi dengan para perompak di Somalia untuk membebaskan WNI yang disandera. Para perompak pun menuntut pemerintah Indonesia agar lebih kooperatif dibandingkan dengan pemerintah Perancis sehingga keselamatan para WNI yang mereka sandera bisa mereka jamin. Para perompak pun menaikan nilai tebusannya semula 10 juta dollar menjadi 15 juta dollar atau setara dengan 600 miliyar rupiah. Namun pemerintah belum memutuskan karena selain negosiasi ada operasi militer yang saat ini belum menemui kepastian." Kata pembaca berita.
"Kenapa Cy kok kamu serius amat?" Tanya seorang perawat yang tak lain adalah teman dari Yessa.
"Itu, aku jadi kasihan dengan para WNI yang disandera. Semoga aja mereka dapat dibebaskan secepatnya." Jawab Yessa. "Semoga aja Kang Billy bisa melakukan tugas ini dengan baik dan berhasil." Katanya dalam hati dengan penuh harapan.

World At War IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang