Part 28 : Menuju Kebersamaan

2.1K 152 38
                                    

Satu hal yang aku suka pada pagi hari, adalah mengingat akan bertemu kalian nantinya di sekolah. Aku benci sekolah. Tapi aku suka muridnya. Jika sekolah tidak ada, maka kapan lagi kita akan berkumpul dengan lengkap seperti ini?




Suara sumbang terdengar memenuhi aula Yachda High School. Murid-murid berdatangan untuk memasuki aula. Ada beberapa murid yang tampak tergesah memasuki aula namun ada juga yang terlihat sangat santai. Dapat di lihat dari simbol yang mereka kenakan menandakan mereka adalah murid kelas dua belas.

Pegawai YHS mendatangi setiap murid yang telah duduk dengan tertib. Memberikan papan ujian, peralatan menulis, dan sebuah botol air mineral.

Devin. Salah satu murid yang tidak mengetahui adanya jadwal try out hari ini menggerutu terhadap dirinya sendiri "Sekarang try out? Ngapain gua nyantai bareng Angga semalem? Gua bego sih! Anggakan kelas sebelas"

Penyesalan terlontar begitu saja dari mulut Devin. Alif yang sama tidak taunya dengan Devin malah terlihat biasa saja. Seakan tidak ada yang perlu di khawatirkan atau di permasalahkan saat ini "Santai aja Vin. Lo duduk deket gua. Nanti gua kasih contekan"

Perkataan Alif barusan di sambut dengan sinis oleh Key yang baru saja tiba di Aula "TO aja nyontek. Gimana UN nya".

Ketiga sekawan itu hanya menatap Key yang tengah berjalan dan mengambil duduk di samping Alif. Disusul oleh Ruth dan Chindy yang duduk bersebelahan dengan Key.

"Bener kata Key. Ngapain nyontek sih. Gak banget" Ujar Ruth menyampaikan pendapatnya.

"Udalah lagian masa depan lo udah kelihatan bakalan cerah. Gak penting nilai yang lo dapat di SMA" bela Bastian menyetujui ucapan Ruth sambil mengedipkan matanya. Sedangkan Ruth hanya tersenyum kecil menanggapi kedipan mata Bastian

Devin mendesah kemudian memalingkan kepalanya menatap Bastian "Belum ketahuan cerah atau engga Bas. Soalnya Marsha belum jadian sama gua"

Bastian yang sepertinya kesal dengan ucapan Devin memalingkan kepalanya kelain arah "Semerdeka lo aja dah" kesalnya.

"Eh nanti kalau udah siap ini kita langsung ke kantin ya" ujar Key kepada semua teman-temannya.

"Kenapa? Lo gak sarapan? Udah laper? Gua beliin roti ya"

Key yang melihat Alif hendak bangkit langsung saja menahannya "Eh gak usah"

"Loh tapi laper?" terlihat raut wajah Alif yang menandakan kebingungannya saat ini.

"Gua gak laper. Kita nanti di kantin sekalian bicarain kebersamaan kita. Gua udah dapet tanggalnya" jelas Key.

"Oh kirain"

"Sip. Lagian gua kangen Marsha pengen cepat-cepat ketemu" sambung Devin dengan menampilkan senyuman manis miliknya.

"Terserah lo!" Teriak ketiga temannya. Pusing mendengar Devin yang selalu saja menyebutkan kata rindu untuk Marsha.

Disisi lain. Bagian kantin yang biasanya sunyi pada jam-jam pelajaran, saat ini telah di datangi beberapa murid. Termasuk Marsha, Vanya, dan Zalfa yang tengah duduk santai menikmati minuman yang baru saja sampai di hadapan mereka.

"Kita enak ya. Pak Burhan ngurusin TO jadi kita free deh" semangat Zalfa sepertinya saat ini tengah bertebar kemana-mana. Terlihat sekali dari awal dia memasuki sekolah sampai sekarang, senyum tak hentinya lepas dari bibirnya.

Vanya yang terlihat kesal dengan sistem guru-guru yang tidak mengikuti aturan sekolah langsung saja mengeluarkan keluhannya "Seharusnya ada guru pengganti. Kalau kaya gini mah udah melanggar peraturan sekolah. Merugikan siswa dan sekolah itu sendiri"

The Part OfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang